imfmm

Meski itu menyakitkan… Meskipun air mata ini terus mengalir… Aku tahu cara menyembunyikannya. Dan aku tahu bagaimana cara untuk tersenyum. Akan kusimpan semua itu disatu sisi dalam hatiku. Tapi… benarkan ini jalan kita untuk berpisah?

“Hei… kau lihat pria disana itu?”

“Ya, dia terlihat menyedihkan bukan?”

Mungkin itulah makna dibalik kicauan sepasang burung kecil pada ranting pohon di luar jendela. Saling berbisik menyampaikan kalimat bernada ejekan sambil tertawa. Memandang iba seorang pria yang kini duduk terpekur dalam diam di atas ranjangnya.

Cho Kyuhyun, dunianya seolah kosong. Hampa tanpa ada lagi udara untuk ia mengambil napas. Dadanya sesak, begitupun hati kecil yang merintih menahan lara. Padahal belum genap jarum jam itu memutar penuh pada porosnya, terhitung semenjak kepergian gadis yang menjadi salah satu sumber kehidupannya. Tapi lihat apa yang terjadi? Dia hanya bisa menangis sekarang, mengutuk atas kebodohan dan keserakahan hatinya selama ini.

Apakah ini hukuman dari Tuhan? Semacam ganjaran atas kelancangan dirinya dalam menyalahi aturan takdir. Tuhan seolah murka karena jalan mulus yang sengaja diciptakan untuknya bersama gadis itu, malah dia abaikan begitu saja. Kyuhyun memilih berputar arah pada jalur sebelumnya. Dan kini apa yang dia temukan? Sebuah jalan yang berujung pada jurang, yaitu kehancuran.

Tok…tok…tok…

“Tuan, boleh saya masuk?”

Kyuhyun mendesah. Harusnya wanita itu tahu, dalam kondisi seperti ini dia tentu tak ingin diganggu, tapi mengapa Kim ahjeumma malah datang dan mengusik ketenangannya?

“Ada apa ahjeumma?” masih tak beranjak sedikitpun, terlalu enggan meski hanya lima langkah menggapai pintu. Ia memilih bersuara dengan nada serak yang tersisa.

“Ada sesuatu dari Nyonya. Dia sempat menitipkannya sebelum pergi”

Yonghoon? Apa yang dia titipkan? Mendengar penjelasan Kim ahjeumma, nyawa Kyuhyun seolah dilempar kembali dalam tubuhnya. Dengan ribuan pertanyaan di kepala, ia menghampiri pintu kayu berwarna putih gading itu.

“Apa itu ahjeumma?” Tanya Kyuhyun kala Kim ahjeumma menyerahkan sebuah amplop besar.

“Entahlah Tuan, Nyonya hanya meminta saya menyerahkan ini jika ia sudah benar-benar pergi” Perasaan Kyuhyun makin tak menentu. Ia segera menutup kembali pintu setelah mengambil benda itu.

Berbekal firasat aneh yang kian berkecambuk dalam batinnya, perlahan Kyuhyun membuka amplop itu. Terdapat beberapa lembar kerta disana, dan satu diantaranya cukup membuat Kyuhyun tercengang. Berulang kali ia mengeja deretan Hangul yang tertera, berharap keajaiban datang hingga tulisan laknat itu hilang dari hadapannya. Namun sayang, mereka tak berubah atau berkurang sedikitpun. Surat Perceraian. Bahkan lengkap dengan tanda tangan Yonghoon disana, tinggal satu kolom lagi tersisa menanti goresan pena dari tangan Kyuhyun, dan jika itu terjadi maka artinya semua… selesai.

Ya Tuhan… mimpi buruk apa lagi sekarang? Kyuhyun tak menyangka Yonghoon benar-benar melakukan hal ini. Gadis itu benar-benar ingin pergi dari kehidupannya? Kyuhyun pikir meskipun mereka berpisah, tapi selama tak ada kata cerai diantara keduanya, akan ada kesempatan baginya untuk membawa Yonghoon kembali suatu saat nanti. Untuk saat ini Kyuhyun masih butuh waktu, ia perlu memantapkan hati. Menelisik lebih dalam lagi siapa sebenarnya gadis yang ia cintai. Kyuhyun tak pernah berpikir jika Yonghoon akan mengirim surat cerai itu padanya.

Perhatian Kyuhyun beralih pada sebuah amplop kecil berwarna biru. Mungkinkah ini surat dari Yonghoon? Pertanyaan Kyuhyun terjawab setelah ia membuka surat itu dan menemukan goresan tinta khas milik gadis itu disana.

 

Annyeong Kyuhyun-ah…

Kau sudah terima surat itu bukan?

Maaf karena tak menyampaikannya langsung. Ingin rasanya melihat senyummu lagi, memelukmu meski untuk yang terakhir kali tapi aku takut setelah itu diriku tak ingin berpisah denganmu. Aku hanya tak ingin membuatmu bimbang.

Yakinlah bahwa kau masih sangat mencintainya Kyu. Maaf karena telah mengusik kehidupan cintamu. Dan juga terima kasih telah bersedia menjadi malaikat yang Tuhan kirim untuk menjadi pelindungku. Menjadi teman saat aku benar-benar terpuruk.

Tapi Kyuhyun-ah, aku baik-baik saja sekarang. Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Jadi kuharap setelah kepergianku semua akan kembali normal. Tolong sampaikan maaf dan terima kasihku pada Hyorin-ssi. Dia terlalu banyak menderita karena diriku. Dan juga untuk Donghae oppa, aku sangat menyayanginya.

Kyuhyun-ah, aku sudah melihatnya. Cincin kalian begitu indah. Segeralah berikan padanya Kyu! jangan biarkan dia menunggu terlalu lama. Menikahlah dan hidup bahagia. Kuharap Tuhan memberkati kalian untuk selalu bersama. Jaga kesehatanmu Kyuhyun-ah.

Terima kasih dan selamat tinggal. Aku mencintaimu…

Yonghoon.

 

Meresapi kalimat demi kalimat yang tertulis dikertas itu, serasa melolosi tulang belulang dari persendian dalam tubuhnya sendiri. Sesak dan menyakitkan. Bahkan Kyuhyun tak mampu lagi menahan laju air mata yang mengalir di kedua pipinya. Namun ada satu hal yang tak ia mengerti. Mengapa Yonghoon tiba-tiba membicarakan soal cincin? Cincin apa yang dia maksud?

Kyuhyun coba menggali ingatannya lebih dalam lagi. ‘Cincin kalian’? Apakah dirinya dan Hyorin pernah memiliki cincin pasangan?

“Astaga…”

Mungkinkah maksud Yonghoon adalah cincin dalam kotak biru itu? Kyuhyun ingat kala Yonghoon tertidur di ruang kerjanya malam itu. Apa dia melihatnya disana? Ohh jangan bilang karena hal inilah Yonghoon bersikeras ingin berpisah.

“Tidak, bukan seperti itu Yonghoon-ah” Kyuhyun mulai gelisah.

Yah.. cincin itu dulu memang milik mereka. Kyuhyun berniat melamar Hyorin sesaat sebelum kejadian naas menimpa Hyunjoong –kekasih Yonghoon- , sebab itulah dirinya tak sempat memberikan cincin itu karena desakan kedua orang tua Kyuhyun untuk menikah dengan Yonghoon.

“Dia pasti salah mengartikan cincin itu”

Detik kemudian Kyuhyun bangkit dari keterpurukannya, menyambar kunci mobil diatas nakas dan bergegas mengejar Yonghoon ke bandara. Yonghoon harus tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kyuhyun tak mau gadis itu pergi membawa kekeliruan yang mugkin akan berakibat fatal bahkan untuk Kyuhyun sendiri. Jika Yonghoon menyangka Kyuhyun akan segera menikahi Hyorin, gadis itu pasti akan benar-benar melupakannya. Dan mungkin Kyuhyun akan kehilangan kesempatan untuk membawa gadis itu kembali suatu saat nanti.

Kurang dari empat puluh lima menit, Audi hitam Kyuhyun kini terparkir di plataran bandara. Daebakk… Padahal jarak Gangnam-Gimpo biasanya ditempuh sekitar satu jam lebih. Terbayang betapa gilanya Kyuhyun membelah jalanan Seoul seolah milik nenek moyangnya sendiri. Mau bagaimana lagi, tak banyak waktu tersisa. Tepat jam 10:00 KTS, pesawat yang membawa gadis itu akan lepas landas. Dan betapa frustasinya seorang Kyuhyun saat arlojinya menyisakan waktu kurang dari sepuluh menit.

Kyuhyun berlarian memasuki area bandara, berusaha mencari sosok Yonghoon diantara ribuan orang menyemut disana-sini. Satu keyakinan dalam hati Kyuhyun, apapun yang terjadi dia harus menemukan gadis itu. Meski tak berarti ia bisa mencegah kepergianya, namun paling tidak Yonghoon harus tahu tentang kesungguhan dalam hatinya.

~ ~ ~ ~

Semilir angin memaksa dedaunan kering meninggalkan tangkai rapuh mereka. Membuat ranting-ranting pepohonan kini tampak sangat kesepian. Namun ternyata hal itu mampu menarik perhatian seorang pria disana. Lee Donghae, senyumnya mengembang saat daun-daun berguguran menerpa tubuhnya. Sembari menikmati belaian angin pada rambut yang semula tertata rapi, hingga menampakan dahi indah yang begitu menawan.

Gangjin. Adalah sebuah desa kecil di daerah Gudong-myeon, ternyata menyimpan keindahan alam yang masih sangat asri. Barisan pepohonan rindang di tepian jalan kian menambah kesan sejuk yang menenangkan. Untuk pertama kalinya Lee Donghae datang ketempat ini. Seperti biasa, ia mengikuti acara bakti social yang diadakan beberapa bulan sekali. Menjadi relawan memang sudah hobinya sejak lama.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, Donghae disuguhi oleh pemandangan kebun strawberry. Tanaman yang subur dengan buah yang merah merona cukup menggelitik jiwa penasaran dalam dirinya. Selagi belum ada pasien yang datang, tak masalah jika dia menengok sebentar bukan? Dan saat itu pula ia dibuat takjub oleh deretan strawberry yang lain daripada yang lain.

Tak seperti pada umumnya, strawberry yang ia temukan disini semua berbentuk hati. Cantik sekali bukan? Tapi jangan salah! Bukan karena jenis mereka yang special atau apa, tapi ini memang hasil kreatifitas dari para petaninya. Mereka sengaja memberi cetakan pada buah yang masih muda agar tumbuh menyerupai hati. Daebakk, baru kali ini Donghae melihat buah yang begitu cantik. Hingga rasanya sayang jika harus dimakan.

Tapi bicara soal buah itu, ingatan Donghae melayang pada gadis maniak strawberry yang ia kenal. Song Yonghoon, dia adalah hama strawberry paling menakutkan yang pernah ada. Andai sekarang gadis itu bersamanya, Donghae tak yakin deretan buah cantik itu masih tetap utuh dan berjajar rapi disana.

Ahh, satu ide jahil muncul di kepala. Donghae kemudian merogoh ponsel dalam saku jubah yang ia kenakan, berniat menghubungi gadis itu lewat video call. Kira-kira bagaimana reaksi Yonghoon jika melihatnya berada dalam hamparan buah yang ia sukai? Pasti akan histeris karena iri. Hahh… Donghae memang senang sekali menggoda Yonghoon.

‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau …”

Sayang sekali, Donghae meringis karena rencana indahnya gagal total. Yonghoon tidak bisa dihubungi, bahkan hingga berulang kali ia mencoba namun tetap kicauan itu yang berdendang di telinganya.

“Kemana gadis bodoh itu?” gumam Donghae sebal. Tak biasanya Yonghoon mematikan ponselnya. Namun belakangan, gadis itu semakin sulit dihubungi.

“Dokter Lee!!” pekik seorang wanita yang terpogoh-pogoh lari kearahnya. Donghae lantas menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

“Ada apa Suster Jung?”

“Ada seorang pasien yang akan melahirkan Dok, dia sudah di klinik sekarang”

“Oke, kita kesana”

~ ~ ~ ~

Lee Hyorin, berbekal rasa gundah ia berusaha membelah lautan manusia yang sibuk dengan hingar bingar dunia gemerap malam. Tak peduli umpatan kesal dari orang-orang yang berhasil ia singkirkan karena menghalangi jalannya. Hyorin hanya ingin segera menemukan pria itu. Cho Kyuhyun, pria yang beberapa saat lalu menelponnya dalam kondisi mabuk berat. Entah sadar atau tidak pria itu memintanya untuk datang kemari.

Sebuah bar. Hyorin tahu, Kyuhyun bukanlah tipe yang gampang bercumbu dengan alkohol. Meski kemampuan minumnya tak bisa dianggap remeh, tapi Kyuhyun takkan melakukannya jika tanpa alasan. Begitupun kali ini, Hyorin yakin sesuatu pasti telah terjadi.

“Oppa!!”

Gadis itu meradang melihat pemandangan laknat didepan matanya. Betapa tidak? Kyuhyun tengah asik dibuai oleh belaian lembut nan erotis dari tiga wanita jalang disekelilingnya. Hyorin mengepal erat seolah ingin mengahabisi ketiga parasit itu.

“Pergi kalian semua!!” cecar Hyorin terlampau tenang dan dingin. Tanpa pergerakan sedikipun kecuali tatapan tajam nan menusuk pada mereka. Namun apa? Ketiga wanita itu tetap saja acuh, sekilas terlihat memandangnya remeh.

“Ommo, Hyorinie? Annyeong…” entah kemana perginya akal sehat Kyuhyun, ia malah melambaikan tangan kearah Hyorin.

“Ku bilang pergi dan jangan sentuh dia lagi!!” kesabarannya mulai habis. Gadis itu tak tahan melihat Kyuhyun diam saja digerayangi layaknya pria murahan.

“Kalian pergilah, eoh? gadisku sudah datang jadi cepat pergi” apa-apaan mereka? hanya dengan satu kalimat Kyuhyun, mereka serentak membubarkan diri. Meski dengan sedikit umpatan bahkan tatapan kesal yang sengaja dilempar kearah Hyorin.

“Sayang kemarilah!” Kyuhyun yang sempoyongan menarik satu kursi tinggi untuk Hyorin tempati, kemudian menuangkan sisa bir dalam botol itu ke dalam gelasnya.

“Oppa, apa yang terjadi? Tak biasanya kau datang ketempat seperti ini”

“Ssssttt…!! jangan tanyakan apapun! Kita hanya perlu berpesta malam ini”

Pesta? Hyorin tidak mengerti. Ada hal baik apa hingga mereka harus berpesta? Tapi tidak! Ini bukan pesta. Bahkan raut kebahagiaan sedikitpun tak tergambar di wajah Kyuhyun. Pria itu malah terlihat menyedihkan dengan tampang frustasinya. Hohh sebenarnya apa yang terjadi? Hyorin masih berpikir keras sebelum ia menemukan satu alasan paling logis yang mampu membuat Kyuhyun jadi segila ini.

“Kau bertengkar dengan Yonghoon-ssi?”

Kala itu Kyuhyun hendak menenggak minumannya, namun ia urungkan setelah mendengar ucapan Hyorin. “Bisakan tidak membicarakannya? Dia sudah pergi jadi jangan bahas dia lagi!” Heol, benar dugaan Hyorin. Situasi semacam ini pasti bersangkutan dengan gadis itu. Tapi apa?

“Pergi? Apa maksudmu oppa?” Hyorin berfirasat buruk. Apa Yonghoon tak main-main dengan ucapannya? Benarkah ia pergi dari Kyuhyun seperti yang ia katakan dulu? Jika memang begitu, gadis itu benar-benar sudah gila. Dia egois.

“Berhenti minum dan cepat jelaskan padaku oppa!!”

“Sudahlah rin-ah. Aku muak dengan semua ini. Dia pergi tanpa peduli perasaanku. Jadi lupakan dia! Lebih baik pikirkan saja tentang kita, eoh?” Kyuhyun emosi. Dia lelah dengan situsi rumit ini. Atau mungkin lebih tepatnya, putus asa. Terlebih saat usahanya mengejar Yonghoon berakhir sia-sia. Kyuhyun tak menemukan gadis itu di bandara, dia tak sempat bertemu Yonghoon. Mungkin Tuhan terlanjur murka hingga niat baik Kyuhyun meluruskan kesalah pahaman itu gagal total, dia terlambat. Gadis itu lebih dulu pergi.

“Tidak! Kau tidak boleh membiarkannya pergi begitu saja. Bukankah kau juga mencintainya? Aku tahu perasaanmu oppa”

“Hahh… cinta? Jangan bercanda!”

Kyuhyun benci mendengar kata itu. Cinta macam apa yang hanya menyimpan luka dan kepedihan? Dan nyatanya cinta itu pula yang mengantarkan dirinya pada ambang kehancuran. Semua hancur, kisah asmara bahkan persahabatan yang dibangun sejak lama kini semua habis tak tersisa.

“Hyorin-ah, kita menikah saja” Astaga, apa bir yang ia tenggak tadi berhasil meracuni otaknya? Omongan Kyuhyun semakin melantur saja.

“Mwo? Menikah?”

“Eoh. Seperti yang dia bilang, tak ada yang menghalangi kita sekarang. Jadi tunggu apa lagi? Ayo menikah dan tunjukan padanya bahwa kita bisa hidup bahagia. Tunjukkan padanya agar dia puas dan bisa hidup dengan tenang.”

Ya Tuhan, pria itu sudah gila. Apa sedikitpun tak terpikir bahwa Hyorin akan terluka oleh perkataannya? Gadis itu tak menyangka Kyuhyun akan setega itu padanya. Menikah adalah hal terindah yang pernah ia impikan. Bersanding dengan pria idaman dalam suasana mengharukan di hadapan Tuhan. Saling mengikat janji suci untuk bahagia dan bersama selamanya. Tapi apa yang Kyuhyun tawarkan? Sebuah lelucon mengerikan yang mengatasnamakan pernikahan. Tak ada ketulusan sedikitpun didalam hati Kyuhyun, yang dapat Hyorin lihat kini hanyalah amarah dan kekecewaan yang sejatinya ingin Kyuhyun sampaikan pada gadis bernama Yonghoon itu.

“Bagaimana sayang? Apa kau mau menikah denganku?”

Hyorin memilih diam. Terlalu menjijikan mendengar sapaan itu. Cho Kyuhyun, pria yang dulu menghujaninya dengan cinta, kini dengan tega menggoreskan luka pada hatinya. Luka yang begitu dalam dan perih ia rasakan.

“Wae? Kenapa menangis sayang?”

Kyuhyun dengan sisa kesadaran, beranjak turun dari kursinya. Mengarahkan kedua tangan untuk membelai pipi Hyorin. Menghapus jejak kepedihan yang baru ia torehkan. Berharap sakit itu mau berpindah, mengalir perlahan ke tubuhnya hingga tak menyisakan sedikitpun di hati Hyorin. Tapi apa? Tangisnya semakin terdengar pilu saat Kyuhyun merengkuh tubuh mungil itu. Ia tahu Hyorin sangat terluka karena ucapannya. Kyuhyunpun sadar, dia adalah pria paling berengsek yang pernah ada.

~ ~ ~ ~

Kim Ah Jung, belum genap sepuluh menit ia larut dalam tidur yang lelap saat bel rumah meraung-raung ditelinga. Wanita setengah baya itu kemudian turun ranjang dan segera membuka pintu utama. Namun betapa terkejutnya dia saat mendapati tuannya terkulai lemas tak berdaya di bahu seorang wanita.

“Astaga, tuan?” bibi kim terlihat panic. Ia lantas membantu Hyorin menahan badan Kyuhyun.

“Ahjeumma, kita bawa dia kekamar”

“Baik Nona”

Menurut saja meski dalam hati merasa kecewa. Sejujurnya, bibi Kim senang melihat Kyuhyun bergegas mengejar Yonghoon pagi tadi. Ia berharap tuannya itu segera pulang dengan membawa kabar gembira. Namun apa yang terjadi kini malah sebaliknya. Terlebih ia kecewa melihat Kyuhyun pulang bersama wanita lain, apalagi dalam keadaan seperti ini.

“Ahjeumma, bisa tolong ambilkan air dan kain pengompres untuk Kyuhyun?” pinta Hyorin setelah membaringkan pria itu di ranjang. “Badannya sedikit panas. Kurasa dia demam” Awalnya memang curiga. Namun setelah mendapat ketulusan dimata gadis itu, bibi Kim serasa tak bisa menolak. Pada akhirnya ia mengabulkan permintaan Hyorin.

Butuh beberapa saat menunggu bibi Kim kembali membawa apa yang dia minta, Hyorin gunakan kesempatan itu untuk melepas sepatu Kyuhyun dan menyelimutinya. Kaki dan tangan Kyuhyun terasa panas, begitu pun dahi yang kini dipenuhi oleh keringat. Tampaknya Kyuhyun benar-benar terserang demam.

“Silahkan nona”

“Terima kasih”

“Adakah yang dibutuhkan lagi nona … ”

“Lee Hyorin. Ahjeumma bisa memanggilku Hyorin ”

“Baik, Hyorin-ssi”

“Sepertinya tidak ada lagi, hanya saja jika Kyuhyun masih demam saat ia sadar nanti, bisa tolong berikan dia obat perurun panas?”

“Ne, algeupseumnida”

Kemudian wanita itu pamit undur diri, membiarkan Hyorin yang merawat Kyuhyun. Tanpa sengaja, pertanyaan yang menggelayut dibenaknya tentang siapa gadis itu sebenarnya, kini terjawab sudah. Lee Hyorin. Gadis itukah yang menjadi sumber perdebatan antara tuan dan istrinya? Sekarang ia paham, mengapa Yonghoon bersikeras ingin mempersatukan Kyuhyun dengan Lee Hyorin. Selain anggun, gadis itu juga terlihat tulus dan santun. Pantas Kyuhyun begitu menyukainya.

Setelah satu jam lebih Hyorin baru selesai mengompres dahi Kyuhyun. Well… berkat usahanya itu demam Kyuhyun berangsur-angsur turun. Kini tiba saatnya untuk pulang, ia sempat terkejut melihat jam dinding hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Hyorin bangkit dan mengambil tasnya di nakas. Namun saat hendak melangkah pergi, ia menyadari satu gerakan kecil disana. Dahi Kyuhyun berkerut, meski mata terpejam namun wajahnya tampak gelisah. Selain itu napas Kyuhyun juga kian memburu. Mungkinkah ia bermimpi buruk?

“Khajima… Jebal Yonghoon-ah…” Rintih Kyuhyun ditengah tidurnya.

“Oppa gwaenchana? Oppa…”

“Khajima… khajima…”

Hyorin berusaha menenangkan, diraihnya tangan Kyuhyun yang mengepal erat. Disitu ia merasakan genggaman Kyuhyun semakin kuat. Kyuhyun seolah tak membiarkan dirinya pergi, tak ingin terlepas walau sebentar. “Gwaenchana oppa… gwaenchana… gwaenchana…” suara lembut Hyorin terdengar menenangkan. Kyuhyunpun mulai tenang dan kembali terlelap meski genggaman itu sama sekali tak melonggar.

“Wae? Jelas-jelas kau tak ingin dia pergi. Kenapa kau bohongi perasaanmu sendiri oppa?”

Hyorin menatap miris tangan mereka yang saling bertautan. Ini menjengkelkan. Disaat peluang untuk kembali bersama kini sudah didepan mata, tapi kenapa hati Kyuhyun malah bergerak ketempat lain. Terlihat jelas bahwa Kyuhyun sangat menginginkan gadis itu, tapi entah karena ego yang tinggi hingga memaksanya untuk tetap tinggal. Jika sudah seperti ini, Hyorin bisa apa lagi? Percumah saja diteruskan jika tak ada lagi rasa cinta bukan? Ia heran kenapa kisah asmara mereka tak pernah berjalan mulus. Apa ini pertanda bahwa mereka memang tak ditakdirkan untuk bersama? entahlah.

~ ~ ~ ~

Pagi yang cerah dan menyenangkan. Mungkin itu pendapat sebagian orang saat sang mentari berbaik hati membagi kehangatan. Karena dengan begitu semangat beraktivitaspun akan jadi berlipat ganda. Ya, normalnya memang demikian. Tapi lihat apa yang terjadi pada pria satu ini.

Cho Kyuhyun, ia malah sibuk mengumpat sebal pada sinar mentari yang lancang mengusik tidur lelapnya. Saat ia terbangun, rasa pusing masih tersisa di kedua pelipisnya. Dan satu lagi, ia butuh sesuatu untuk membasahi ternggorokan yang kering kerontang. Dengan sedikit sempoyongan Kyuhyun keluar kamar, menuruni anak tangga pelan satu persatu, hingga seseorang menyadari kedatangannya kemudian menyapa

“Selamat pagi tuan?”

Sapa bibi Kim yang tengah sibuk didapur. Kyuhyun tersenyum, meski tak setulus biasanya. Kenapa? Karena ia merasa kecewa. Bukan suara itu yang ingin ia dengar sekarang. Bukan pula sosok itu yang ia nanti sapaannya. Harapan tentang mimpi semalam agar tak menjadi nyata, ternyata sia-sia. Itu bukanlah mimpi. Gadis itu benar-benar telah pergi. Ia tak ada disisinya lagi.

“Ahjeumma, bisa buatkan teh hangat untukku?”

“Baik tuan”

Bibi Kim memperhatikan gerak-gerik Kyuhyun yang lesu. Kalau biasanya jam segini Kyuhyun sudah rapi dengan setelan jas dan siap kekantor, tapi kali ini tidak. Ommo, apa tuannya itu masih sakit?

Kyuhyun hendak menuju ruang tengah saat ia ingat satu hal yang membuatnya penasaran. “Semalam siapa yang membawaku pulang?”

“Nona Hyorin, bahkan dia sempat merawat tuan sebelum pulang”

“Hyorin?”

Kyuhyun ingat, semalam mereka memang bertemu. Di bar, dengan suasana yang… ohh Kyuhyun enggan mengingatnya lagi. Terlalu menyakitkan melihat gadis itu menangis karena dirinya, pria berengsek yang pantas diberi pelajaran.

Kyuhyun menjatuhkan diri disofa, menyandarkan punggung serta kepala yang masih terasa berat. Melempar pandangan pada langit-pangit putih, berharap menemukan sesuatu yang menarik disana. Ini terlalu sepi. Padahal hingga kemarin ia masih mendapati gadis itu berkeliaran disekitarnya, yahh… meski dalam situasi yang tidak menyenangkan. Paling tidak, Yonghoon masih bersamanya. Tapi sekarang…

“hahhh…”

Helaan napas perlambang putus asa. Menyedihkan, tak tahu lagi apa yang ia lakukan setelah gadis itu pergi. Haruskah ia menemui Hyorin lagi? Sekedar memastikan apakah perasaannya akan lebih tenang bila bersama gadis itu. Ohh… tapi Kyuhyun sedang tak berminat melakukan apapun hari ini.

Terlalu bosan, ia menyambar remote dimeja dan menyalakan TV. Sekedar membunuh senyap yang menggiring pikirannya melayang tak tentu, karena setelah itu Kyuhyun hanya berbaring tanpa minat sedikitpun mendengar celotehan sang pembawa acara.

‘Berita terkini hari ini datang dari maskapai penerbangan Korean Air. Dikabarkan pesawat Boeing 747-400, hilang kontak semalam pukul 21:46 KTS. Petsawat ini bertolak dari bandara Internasional Gimpo menuju Amsterdam Belanda sejak pukul 10.20 KTS dengan membawa penumpang sejumlah 165 orang…’

Praaaanggg…

Bibi Kim yang mendengar berita itu tampak terkejut, bahkan nampan beserta isi yang dibawanya jatuh begitu saja. Tak jauh berbeda dengan Kyuhyun, sejak mendengar kata Belanda, perasaannya mulai tak tenang. Dunia serasa kiamat detik itu juga. Pikirannya melayang. Yonghoon… Mungkinkah itu… astaga.

“Nyonya tuan…”

“Aniya ahjeumma… maldo andwae…”

“Tapi nomor pesawat itu sesuai dengan…”

“Aniyaaaa…!!! Ku bilang bukan!! Yonghoon pasti baik-baik saja. Dia tidak ada dalam pesawat itu.”

Tapi Kyuhyun sendiri tak yakin. Memang benar itu pesawat yang tertera di tiket Yonghoon, bahkan jam keberangkatan merekapun nyaris sama. Ya Tuhan, mungkinkah itu Yonghoon? Kyuhyun harus pastikan. Ia bergegas mencari keberadaan kunci mobilnya, kemudian berlarian keluar rumah. Namun baru saja ia membuka pintu, tanpa diduga seseorang baru saja datang.

“Hai Kyu… apa Yonghoon didalam? Aku membawakan strawberry kesukaannya” Tapi Kyuhyun tak peduli, tak punya waktu sekedar meladeni sang tamu. “Yaa!! Kyuhyun-ah, kau mau kemana?”

Lee Donghae heran melihat Kyuhyun yang kesetanan. Tak lama setelah Kyuhyun masuk ke mobil, ia mulai melaju kencang. Donghae masih melongo sampai bibi Kim datang menghampirinya. Dari situlah ia tahu tentang kabar naas itu dan bergegas menyusul Kyuhyun.

~ ~ ~ ~

Pusat informasi Bandara Gimpo. Saat Kyuhyun sampai disana, tempat itu sudah penuh sesak dengan orang-orang bertujuan sama dengannya. Tentu saja mereka rela antri demi mendapat kepastian kabar keluarga yang menjadi korban. Tapi Kyuhyun? Seolah tak punya waktu lagi, ia tak mau hanya duduk diam menunggu hingga gilirannya tiba. Pria itu memilih menerobos masuk pintu yang kebetulan tanpa penjaga.

“Tuan, apa yang kau lakukan disini? kau tidak boleh masuk!” seorang petugas menyadari kedatangan Kyuhyun dan mulai menahannya.

“Ahjeussi, jebalyo. Aku ingin tahu istriku berada dalam pesawat itu atau tidak. Tolong beri tahu aku sekarang juga”

“Saya mengerti Tuan, tapi harap mengantri. Mereka yang diluar sana juga sama seperti anda.”

“Jebalyo… jebal tuwajuseyo. Istriku bernama Song Yonghoon, tolong periksa apa dia termasuk didalamnya, kumohon” rengek Kyuhyun yang menjadi pusat perhatian semua orang dalam ruangan itu.

Dalam situasi seperti ini mana bisa dia menunggu. Kyuhyun hanya butuh kepastian sambil terus berharap akan keselamatan Yonghoon. Sudah cukup gadis itu pergi, mengapa kini Kyuhyun harus dihadapkan pada kenyataan bahwa nyawa Yonghoon dalam bahaya? Jika Yonghoon benar-benar celaka, Kyuhyun bisa gila karenanya. Demi Tuhan, ia sungguh tak ingin kehilangan gadis itu.

“Kumohon periksa sekarang juga” masih dalam kungkungan para petugas Kyuhyun terus meronta. Meminta belas kasihan pada mereka semua hingga seseorang berkata “Eobseoyo”

“Mwo?”

Siapapun dibuat melongo termasuk Kyuhyun, saat seorang petugas yang duduk didepan computer tiba-tiba memberi jawaban. Mungkin kasihan dengan Kyuhyun yang terlihat cemas dan ketakutan.

“Tak ada nama Song Yonghoon dalam daftar penumpang pesawat itu”

“Jeongmalyo?” Kyuhyun mulai bernapas lega.

“Ne. Memang awalnya nona Song Yonghoon memesan tiket atas pesawat itu, tapi dalam daftar keberangkatan namanya tak lagi tercantum. Mungkin dia telah membatalkan penerbangan.”

Mendengar penjelasan itu, Kyuhyun serasa lepas dari jeratan iblis. Tubuhnya terasa ringan hingga merosot dan bersimpuh di lantai. “Syukurlah” ia tak bisa lagi menyembunyikan rasa syukurnya. Tanpa terasa air mata Kyuhyun lolos begitu saja. Ini seperti mimpi. Tuhan benar-benar mengabulkan doa dan harapannya. Meski Kyuhyun tak tahu dimana Yonghoon bedara sekarang, tapi setidaknya gadis itu lolos dari maut. Untuk saat ini itu saja sudah cukup bagi Kyuhyun.

~ ~ ~ ~

“Gwaenchana?”

Lee Donghae datang bersama dua kaleng minuman hangat. Setelah dibuat pusing mencari keberadaan Kyuhyun, untung saja dia menemukan pria itu disini. Di sebuah bangku disisi luar bandara. Terlihat kacau dan sangat mengenaskan. Dia lebih tampak seperti pasien yang kabur dari rumah sakit. Terlihat pucat dengan keringat dingin mulai bercucuran di dahi dan juga pelipisnya.

“Sudah kuperiksa disemua penerbangan ke Belanda, tak satupun Yonghoon tercantum didalamnya. Ada kemungkinan dia masih di Korea”

“Jeongmalyo?”

“Eoh. Jadi jangan khawatir, dia pasti baik-baik saja”

Satu lagi titik terang. Kabar baik yang membuat Kyuhyun kembali lega. Yonghoon masih ada di Korea, itu berarti Kyuhyun akan lebih mudah menemukannya. Tapi jika benar Yonghoon tidak pergi, mengapa dia juga tak kembali kerumah? Dimana dia sakarang?

“Kyuhyun-ah, sebenarnya apa yang terjadi hingga Yonghoon memutuskan untuk pergi?” Donghae tak habis pikir. Bukankah belakangan ini hubungan mereka membaik? Bahkan sikap Kyuhyun pada Yonghoon tak sedingin dulu. Lalu mengapa gadis itu malah pergi?

“Dia menceraikanku Hyung”

“Mwo? Bagaimana bisa?”

Astaga. Sungguh tak bisa dipercaya. Mengapa Yonghoon nekat melakukan itu? Belum genap seminggu ia menasehatinya bukan? Tapi apa? Dia tetap saja keras kepala. Padahal Donghae berharap apapun yang terjadi mereka jangan sampai berpisah. Tak tahukah Yonghoon betapa berat hati Donghae melepaskannya? Ia rela mengambil keputusan itu karena hanya bersama Kyuhyunlah Yonghoon bisa bahagia. Tapi dengan mudahnya Yonghoon malah pergi. Atau… terdapat alasan yang belum ia ketahui mungkin? Dia yakin, Yonghoon tak akan pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Donghae tahu gadis itu sangat mencintai Kyuhyun. Hahh… ingin sekali dia menanyakannya, tapi melihat keadaan Kyuhyun seperti itu rasanya sedikit tak tega.

“Kau bisa ceritakan itu nanti. Lebih baik sekarang kita kerumah sakit”

~ ~ ~ ~

Senja di tepi sungai. Tahukah betapa cantiknya Han kala bertabur rona kuning keemasan? Indah sekali. Terlebih saat tiupan angin membawa gerakan halus pada permukaan airnya, terkesan sangat menenangkan. Itulah mengapa kebanyakan dari mereka memilih senja sebagai saat yang pas untuk datang kemari. Entah berkencan atau sekedar menghabiskan waktu senggang yang ada. Seperti gadis ini misalnya. Ditengah suasana hati yang gundah, Hyorin memilih Han sebagai tempat menenangkan diri.

‘Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima…’

Ohh… Berapa kali lagi ia harus mencoba? Hyorin nyaris putus asa tiap kali mendengar celotehan sang operator. Ayolah, dia hanya ingin mengetahui keadaannya, itu saja. Tapi mengapa Kyuhyun sama sekali tak menjawab panggilannya?

“Ommona…” satu benda dingin melekat di pipi dan itu sukses membuatnya terkejut. Rupanya ada orang jahil disana.

“Otteyo? Apa dia sudah bisa dihubungi?”

Ya.. Hyorin memang tak sendiri. Kim Jong Woonlah yang senantiasa menemaninya. Meski beberapa saat lalu ia sempat menghilang tiba-tiba. Pria itu cukup pintar beralasan. Dengan dalih ingin mencari minuman, Jongwoon sengaja memberi ruang untuk gadis itu bicara dengan Kyuhyun. Jongwoon cukup mengenal Hyorin, jadi mudah saja baginya menebak penyebab kegundahan hati Hyorin.

Hyorin menggeleng, berusaha tegar dengan sembunyi dibalik senyuman. Tak ingin Jongwoon tahu betapa besar kekecewaan dalam hatinya. Tapi sayang, Jongwoon tak sebodoh itu nona. “Jangan tersenyum! Kau terlihat menjengkelkan, arra? Jahh, kemarilah!”

“Mwoya?” sedikit heran saat Jongwoon tiba-tiba menepuk bahunya sendiri. Pria disampingnya itu kemudian merentangkan tangan. Membuka lengannya lebar-lebar.

“Jika kau ingin menangis, Kim Jongwoon yang tampan dan baik hati ini siap meminjamkan bahunya untukmu, Hyorin-ssi” ujarnya kelewat bangga.

“Buahaha…”

Sontak pria itu melongo “Wae useo?” (kenapa tertawa)

Wae useo? Jelas saja!! Siapa yang bakal menangis melihat tingkah super PDnya? Astaga, pria itu benar-benar. Hyorin bahkan tak bisa lagi menahan diri. Tawanya pecah seiring celotehan sebal dari si Tuan Narsis itu.

“Yaa!! Geumanhae!!

Percumah saja, buktinya kini tawa Hyorin malah semakin menjadi. Siapa suruh dia mengomel dengan tampang bodohnya. Melihat pria itu cemberut, Hyorin serasa baru menjahili anak TK. Ternyata dibalik sikap dewasanya, dalam diri seorang Kim Jongwoon masih tersimpan jiwa kekanakan yang terlihat manis, dimata Hyorin.

Hyorin baru berhenti saat merasakan kram mulai menyerang perutnya. Sekaligus tak enak hati pada Jongwoon yang kini masih berdiam diri. “Kau marah?” tanya Hyorin pada pria itu. tapi bukannya menjawab, Jongwoon malah sibuk menenggak minuman kaleng ditangannya.

“ Arraaa… Aku tahu kau tidak mungkin marah padaku”

“Uhukk…uhukk.. Yaa!! Percaya diri sekali? Dasar narsis!”

“Bukankah kau sama saja?”

Langsung bungkam. Jongwoon kembali sibuk dengan kaleng itu. Heol, dia cukup tahu diri. Hyorin jadi ingin tertawa lagi. “Entah kenapa, rasanya aku tak ingin menangis lagi hanya karena situasi ini” tatapan Hyorin berubah sendu. “Menangispun, aku tak tahu apa yang sebenarnya harus ku tangisi. Semuanya terasa biasa saja. Hambar, entah sakit atau senang kini sulit membedakannya”

“Bukankah itu bagus?” celetuk Jongwoon.

“Mwo?”

“Yahh itu wajar… Mungkin karena terlalu lama berpisah kini kau mulai terbiasa. Perlahan dirimu tak lagi bergantung padanya, hati kecilmupun kini tak mengharapkannya lebih seperti dulu. Itulah mengapa semuanya terasa datar sekarang”

“Benarkan?”

“Eumm”

Hyorin tertegun, mungkin benar apa kata Jongwoon. Perasaan yang selama ini membabi buta, perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Bahkan hati kecil yang dulu kaku, kini mulai menerima kenyataan bahwa Kyuhyun lebih mengharapkan gadis lain. Sejujurnya dalam hati Hyorin saat ini, ia senang melihat Kyuhyun bahagia meski tak harus bersamanya. Asal Kyuhyun bahagia, diapun akan ikut bahagia. Mungkinkah itu pertanda bahwa dirinya kini mulai bisa melupakan Kyuhyun?

“Sudah saatnya kau bangkit, Hyorin-ah! Tak baik terus menerus larut dan terbelenggu dalam masalah ini. Lupakan masa lalu, lupakan semua yang membuatmu gila. Aku yakin, Tuhan telah menyiapkan rencana manis untuk kau gapai. Jadi kini bangkit dan tersenyumlah!”

“Kau benar! Kau benar oppa!!” Ia menuruti kata Jongwoon, mendadak bangkit dan berdiri tegap. “Yaa!! Lee Hyorin, fighting!!!” pekiknya pada diri sendiri. Serasa mendapat suntikan energi. Hyorin tampak lebih ceria dengan senyumnya.

“Geure, geurokkae useo!! Kau terlihat lebih hidup sekarang. Lee Hyorin fighting!!”

“Fighting!!”

Jongwoon senang. Ini pertama kalinya ia meihat tawa yang begitu lepas diwajah Hyorin. Senyuman yang tulus, tanpa beban dan kesedihan. “Wahhh lihat betapa cantiknya dirimu saat tersenyum. Dengan begitu kau akan mudah menggaet pria manapun. Mulai sekarang kau harus mencobanya. Kau tahu? Sesungguhnya banyak sekali lelaki yang tertarik padamu, Rin-ah”

“Benarkah? Hahaha…”

“Eoh, termasuk diriku”

Kikikan Hyorin lenyap seketika. “Mm…mwo? Apa maksudmu oppa?”

Jongwoon tersenyum, mengarahkan tangannya ke pundak Hyorin dan membimbing gadis itu menatap ke keduanya. Dari situlah dia ingin Hyorin tahu, dia ingin Hyorin merasakan ketulusan yang terpendam dalam hatinya. “Aku yakin kau pasti tahu maksudku, Rin-ah”

~ ~ ~ ~

-A Month Letter-

~ ~ ~ ~

Harum bunga melati tercium dari secangkir teh yang diseduh dalam suhu yang tinggi. Lee Donghae tengah asik bercumbu dengan minuman favoritnya itu, sembari menikmati suguhan kota Seoul dimalam hari. Berada pada ketinggian hampir dua ratus kaki, ia dapat leluasa menikmati gemerlap cahaya Seoul layaknya lembah bertabur bintang. Keindahan itulah yang membuatnya betah berada disini. Disebuah gedung pencakar langit, tempat dimana seseorang tengah sibuk dengan pekerjaannya.

“Sampai kapan kau akan tetap seperti ini Kyu?”

Cho Kyuhyun, dalam sebulan terakhir entah berapa kali ia disodorkan dengan pertanyaan yang sama. Dan berapa kali pula harus ia jelaskan agar Hyungnya itu mengerti. Kyuhyun yang terlampau bosan, lebih tertarik pada tumpukan dokumen dimeja ketimbang harus membuka mulutnya lagi.

“Ini sudah sebulan lebih Kyu, apa kau tak berniat mencarinya?”

Sudah menjadi kebiasaan rutin tiap kali bertemu, ujung-ujungnya Donghae pasti akan melemparinya dengan perihal Yonghoon. Asal tahu saja, Kyuhyun bukan tak ingin mencari tahu keberadaan gadis itu. Ayolah, tak ada yang ingin Yonghoon kembali melebihi Kyuhyun menginginkannya. Hanya saja, ada kegelisahan tersendiri yang menghantui Kyuhyun selama ini.

Setelah apa yang terjadi, masihkah Tuhan mengijinkannya memiliki Yonghoon? Masihkan Tuhan sudi memberi satu kesempatan lagi untuknya memperbaiki kekacauan ini? Kyuhyun sendiri tak yakin. Bagaimana jika Yonghoon menolaknya? Atau bagaimana jika gadis itu telah menemukan kebahagiaan diluar sana? Haruskah ia membawanya kembali? Atas jaminan apa Kyuhyun bisa membuatnya bahagia? Kyuhyun takut akan menyakitinya lagi jika memaksa untuk kembali bersama. Itulah alasan mengapa Kyuhyun belum juga bangkit.

Tok…tok…tok…

Sekretaris Shin datang memecah keheningan yang sempat melanda ruangan itu. “ada apa Nona Shin?”

“Maaf Sajangmin, Nona Hyorin minta bertemu. Dia sudah menunggu di luar”

“Baiklah. Biarkan dia masuk”

Wanita itu pergi setelah mendengar titah Kyuhyun. Kini giliran Donghae yang angkat bicara. Tampaknya ia kurang suka mendengar kedatangan mantan kekasih Kyuhyun itu.

“Lee Hyorin? Jadi selama ini kau masih berhubungan dengannya? Ohh bagus…” Donghae tampak emosi. Tak menyangka jika Kyuhyun akan sepicik ini. “Aku tahu sekarang. Pasti ini alasanmu tak mau mencari Yonghoon, bukan?”

“Hyung berapa kali harus kujelaskan…”

“Omong kosong. Geurae, lakukan sesukamu! Biar aku yang mencari Yonghoon. Tapi kelak saat kutemukan, jangan harap kau bisa memilikinya lagi. Camkan itu!”

“Ommo… Donghae-ssi, neodoo yogiseo?” perdebatan sengit itu terhenti saat Hyorin hadir diantara mereka. Situasi yang sedikit aneh, membuat gadis itu merasa kurang nyaman. “Aku bisa tunggu di luar jika kalian ingin bicara penting”

“Tidak perlu!” baru Hyorin akan keluar, tapi suara Lee Donghae terkesan dingin dan menusuk. “Aku yang akan pergi dari sini”

“Hyung…”

Percumah, Donghae yang terlalu muak dengan sikap Kyuhyun takkan mempedulikannya. Pria itu benar-benar pergi, membawa serta kekecewaan yang membelenggu di benaknya. Kini tinggalah mereka berdua diruangan itu, Kyuhyun dan juga Lee Hyorin. Entah apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, Donghae tak mau tahu lagi.

~ ~ ~ ~

Hari yang sangat melelahkan, sama seperti hari-hari sebelumnya. Itulah yang Kyuhyun rasakan belakangan ini. Tapi jangan salah, bukan karena perkerjaan yang menuntutnya melakukan ini dan itu. Sebagai seorang direktur, tentu ia bebas minta siapa saja untuk membantunya. Tapi enggan ia lalukan. Kenapa? Karena ini merupakan trik Kyuhyun menghindar dari gundah hati yang ia rasakan.

Kyuhyun tak mau hanya duduk manis dikursi, menunggu pegawainya datang membawa setumpuk berkas yang harus ia tanda tangani. Itu sangat membosankan. Yang ada pikiran Kyuhyun bakal melayang-layang tak tentu dan berakhir dengan kesedihan karena mengingat gadis itu. Tidak!! Kyuhyun harus lakukan sesuatu agar tak larut dalam masalah itu lagi. Seperti ini misalnya, sejak kemarin ia rela jauh-jauh pergi ke Busan hanya untuk acara amal. Heol, kelihatan tak masuk akan bukan? Tapi itulah kenyataan.

“Sajangnim, anda ingin langsung pulang ke Seoul sekarang juga?”

“Tentu saja Seojun-ssi”

Kim Seojun. Dari raut wajahnya, ia terlihat ingin menyampaikan sesuatu. Kyuhyun bisa menangkap gelagat aneh sopir barunya itu melalui kaca spion dalam mobilnya. “Waeyo? Apa ada masalah?”

“Animnida sajangnim. Hanya saja, apa tak sebaiknya anda makan dulu? Kulihat anda belum sempat makan siang karena mengikuti acara tadi”

Yahh… Siang mulai berganti sore tapi Kyuhyun belum juga mengisi perutnya, malah sejak pagi ia tak makan apapun. Entahlah, belakangan ini napsu makan Kyuhyun berkurang derastis. Rasanya tak satupun menu yang bisa menggugah selera. Tapi benar kata Seojun, setidaknya walau sedikit ia harus makan.

“Kudengar, didekat sini terdapat kedai ikan panggang yang cukup terkenal. Sajangmin, apa anda tak ingin mencobanya?” pria manis yang lebih muda dua tahun darinya itu terus berceloteh. Kyuhyun sempat geli dengan cara Seojun membujuknya. Untuk ukuran seorang pegawai baru, rupanya ia cukup berani.

“Baiklah, kita kesana”

“Jeongmalyo?”

Kyuhyun hanya mengangguk sembari tersenyum melihat tingkah Seojun. Pria itu mengingatkan Kyuhyun pada sepupu jauhnya bernama Jino. Sifat mereka hampir sama. Periang, meski kadang sedikit kekanakan. Tapi Kyuhyun sempat curiga mengapa Seojun begitu semangat ingin datang kekedai itu. Mungkinkah sebenarnya dia yang ingin makan disana? Ohh bisa saja.

Tak butuh waktu lama mereka pun sampai. Seojun dengan sigap memarkir mobil didepan kedai. Saat Kyuhyun ingin keluar, ia baru sadar “Jadi inikah tempatnya?”

“Ne Sajangmin” dengan bangga Seojun menjawab, tapi mendengar helaan napas Kyuhyun, dia jadi sedikit ragu. “Waeguraeyo Sajangnim? Ada yang salah dengan kedai ini?”

“Tidak. Hanya saja, ini adalah kedai Paman dan Bibiku”

“Ommo, jeongmalyo?”

Astaga. Kenapa bisa kebetulan sekali? Ini adalah kedai milik Paman dan Bibi Lee. Mereka adalah tukang kebun yang dulu bekerja di rumah kedua orang tua Kyuhyun. Mereka pulalah yang merawat Kyuhyun saat dia kecil. Belum lama ini juga Kyuhyun sempat datang kemari, tapi saat itu bersama Yonghoon.

Ohh sial, Kyuhyun serasa dilempar kembali pada kenangan indahnya bersama gadis itu. Dulu saat Yonghoon terserang depresi, dia merengek ingin makan ikan panggang buatan Paman Lee. Kyuhyun tak punya pilihan selain menuruti permintaan Yonghoon kala itu, dia hanya ingin membuatnya senang. Setidaknya ditengah kenyataan pahit yang melanda Yonghoon, Kyuhyun masih ada disisinya, menghiburnya. Tapi kini? Ahh sudahlah.

“Kajja” titah Kyuhyun sambil berlalu.

Seojun merasa tak enak hati melihat Kyuhyun yang sempat melamun tanpa sebab. Sepertinya tempat ini memiliki kesan terserdiri bagi bosnya itu. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlajur. Pada akhirnya ia mengikuti Kyuhyun masuk. Saat Kyuhyun baru sampai diambang pintu, seorang gadis cantik datang berniat menyembut mereka dengan senyuman.

“Eoseo oseyo… ommo”

Seketika Kyuhyun membeku, begitupun gadis itu.

Tbc…

 

Wahhh igo nuguya? Hahaha… Tunggu jawabannya di next chapter a.k.a the last chapter. Maaf dan terima kasih karena bersedia menunggu lama. Jebal komen juseyo… #bow