so kiss me ~Saat kukatakan aku mencintaimu, itu artinya aku sungguh-sungguh mencintaimu dengan segala yang ada pada dirimu~

(Cho Kyuhyun)

“Mwo? Jadi kau sudah…”

Song Yonghoon, kembali pada tabiat buruknya. Berkat teriakan mautnya itu hampir saja seisi kelas tahu tentang rahasia besar yang baru diungkap seorang Lee Hyorin –teman satu geng Yonghoon-. “Oops… Mian” cicitnya dengan nyali menciut akibat pelototan Hyorin.

“Kebiasaan”

Cibiran itu berasal dari gadis lain disana. Song Jisun. Berbeda dengan Yonghoon yang terlihat heboh, gadis manis ini tetap tenang meski dalam situasi apapun. Seperti ini misalnya, saat Lee Hyorin membeberkan soal one night love-nya bersama sang kekasih, Jisun belum juga merespon. Ia malah sibuk dengan tab ditangan tanpa menoleh sedikitpun, tapi bagi Yonghoon ini gila. Bahkan disaat dirinya belum pernah berciuman, mengapa temannya sudah sampai ketahap sejauh itu? Sungguh menyedihkan.

“Tapi Rin-ah, bagaimana jika kau hamil nanti?”

Satu pertanyaan yang sukses mengundang rasa jengah. Hyorin dan Jisun, mereka heran bagaimana bisa mempunyai teman seperti Yonghoon. Entah kelewat polos atau memang idiot, hal semacam itu apa perlu dikhawatirkan? “Yongie-ah, ini 2015 sayang. Kau bisa temukan berbagai jenis ‘pengaman’ di luar sana”

“Ahh… benar juga”

Jisun memutar matanya malas mengingat kepolosan Yonghoon yang kadang kelewat batas. “Tapi bagaimana kau bisa melakukannya?”

“Selamat pagi semua”

Baru akan masuk inti, namun seseorang dengan suara bassnya datang dan menyapa di depan kelas. Ketiga gadis itu sontak menghentikan perbincangan lalu kembali ke bangku masing-masing. Kini tiba saatnya perkuliahan dimulai, Hyorin dan Jisun mulai mengeluarkan buku Kalkulus dalam tas mereka. Berbeda dengan Yonghoon yang malah sibuk memandangi sang dosen dari tempat duduknya.

“Ohh mengapa dia tampan sekali?” gumaman yang nyaris tak terdengar. Yonghoon masih dengan tatapan memuja, bahkan ia tak sempat mengedipkan mata. Tak peduli kini pelajaran telah dimulai, rasanya Yonghoon tak ingin ketinggalan satu gerakan kecilpun dari pria itu.

“Baiklah, kita lanjutkan materi yang kemarin…”

Begitulah Cho Kyuhyun –sang dosen tampan itu- dalam memulai caramah rutinnya. Berbekal ribuan jenis rumus bersarang di setiap bilik otaknya, ia mulai membagi satu persatu pengetahuan tentang Kalkulus. Mungkin bagi sebagian orang ini sangat memusingkan, tapi jangan salah… tampaknya satu diantara mereka begitu menikmati.

“Yonghoon-ssi, apa kau mengerti dengan penjelasanku?”

Bukan tak sadar. Kyuhyun yang mulai jengah dengan cara Yonghoon memandangnya, kini coba menghentikan aksi konyol itu. Jujur ia sedikit malas mengajar kelas ini. Karena itu berarti ia harus kembali berhadapan dengan gadis menyebalkan yang selalu membuat Kyuhyun repot dengan segala tingkah anehnya.

“Yonghoon-ssi?”

Lihat bukan? Ini sudah kedua kalinya Kyuhyun memanggil dengan nada keras, tapi Yonghoon tetap larut dalam fantasinya sendiri, dan tentu saja masih dengan senyam-senyum memandangi Kyuhyun.

“Yaa!! Yongie-ah!! Ya!!” baru setelah Jisun menyikut lengannya sambil berbisik, Yonghoon sadar dan mulai panic melihat tatapan semua orang.

“Chegayo? Waegeureyo?”

“Apa kau memperhatikan penjelasanku?” Tanya Kyuhyun dingin. Pria itu meletakkan bukunya diatas meja kemudian menatap Yonghoon tajam.

“Tentu… Tentu saja aku memperhatikanmu Songsaengnim” dengan suara bergetar, Yonghoon bahkan tak berani menatap Kyuhyun. Bukan karena takut pria itu marah, tapi malu karena lagi-lagi ia tertangkap basah oleh Kyuhyun.

“Benarkah? Coba jawab pertanyaanku! Apa integral dari turunan sin x?”

“Ne?”

Mampus kau nona Song! Pagi-pagi dia harus rela menjadi santapan Kyuhyun. Lagipula salahnya sendiri bukan? Kalau ditanya, Kyuhyunpun juga pasti bosan jika tiap kali harus terlibat dalam situasi menyebalkan seperti ini.

~ ~ ~ ~

Baru setengah hari, tapi tenaga Kyuhyun serasa terkuras habis. Padahal masih dua kelas lagi setelah ini. Menjadi dosen ternyata bukan perkara mudah. Meski hanya berkicau didepan kelas, tapi buktinya cukup menguras tenaga dan emosi. Mungkin dengan bersantai sejenak di kursi yang empuk, akan sedikit mengurangi rasa nyeri yang menyiksa punggungnya. Itulah mengapa Kyuhyun langsung menghilang saat kelas kedua usai.

Begitu sampai ruang pribadinya ia lantas menjatuhkan diri di kursi kesayangan. Memberi sedikit pijatan pada pelipis yang pening akibat himpitan kaca mata. Baru ia mendapat posisi ternyaman namun tiba-tiba…

Wiiinggg…. “Astaga”

Kyuhyun nyaris jantungan saat kursi yang ditumpanginya berputar setengah lingkaran. “Annyeong chagiya” terlebih saat seorang gadis tiba-tiba muncul dan menyapa dengan senyum andalannya. Dapat dipastikan bahwa dialah penyebab hancurnya ketenangan jiwa dan raga Kyuhyun.

“Ya!! Untuk apa kau kemari?”

“Tentu saja untuk menemuimu.”

“Bagaimana jika orang lain melihatmu disini Honnie-ah?”

Benar juga. Kyuhyun dan Yonghoon, mereka sepakat tak mengumbar kemesrahan di depan umum, apalagi kampus. Itu tempat terlarang karena menyangkut profesi Kyuhyun. Padahal keduanya merupakan sepasang tunangan yang hendak menikah. Meski atas dasar perjodohan, namun tampaknya tak pernah ada penolakan.

“Siapa peduli? Aku sangat merindukanmu oppa”

‘Oppa’?

Dunia Kyuhyun mendadak kelam. Jangan dikira itu semacam panggilan sayang atau apa, baginya itu lebih terdengar seperti alarm tanda bahaya. Lihat saja, sebentar lagi pasti Yonghoon merengek dengan segudang permintaan.

“Kali ini apa yang kau inginkan? Aku sedang lelah” kata Kyuhyun lengkap dengan muka memelas tanpa beranjak sedikitpun dari duduknya.

Bingo! Kesempatan emas yang tak boleh sia-sia. Yonghoon bergerak melancarkan aksinya. Ia mulai mendekati Kyuhyun, meraih kedua lengan kursi hingga pria tampan itu terkurung disana. Kyuhyun protes? Tentu saja. Ia tampak gelagapan saat berada dalam jarak sedekat ini dengan Yonghoon. “Yang ku inginkan adalah kau, oppa” satu bisikan di telinga cukup membuat Kyuhyun meremang.

“Yonghoon-ah, cepat menyingkir dari hadapanku”

“Shirro”

Gadis itu pasti sudah gila. Bukannya menjauh, ia malah semakin mengikis jarak. Dan bodohnya lagi Kyuhyun masih tak bergerak sedikitpun. Entah apa yang membuatnya enggan berontak. Ia malah asik menikmati cara unik gadis nakal yang kini tengah berusaha menciumnya. Lihat saja bibir yang sengaja mengerucut manja! Bukannya sexy malah terkesan lucu. Apa lagi dengan mata yang terpejam, meski terlihat manis tapi Yonghoon lebih tampak seperti idiot mesum.

Namun kedua mata Kyuhyun membola saat fokusnya perlahan turun pada satu titik yang cukup menggoda. Belahan dada Yonghoon. Astaga kemana perginya syal yang tadi sempat melingkar manis di lehernya. Bahkan dua kancing teratas kemeja yang ia kenakan dibiarkan terbuka seolah Yonghoon sengaja menunjukan betapa indah pemandangan didalamnya. Meski tak terlalu besar namun… Ohh ini tidak benar, Kyuhyun bahkan kesulitan menelan ludahnya sendiri. Ia lantas mendorong Yonghoon hingga gadis itu terpental.

“Micheoso?” pekiknya tajam dengan napas memburu. Kyuhyun sekuat tenaga menahan detak jantung yang diam-diam menggila. Memang siapa yang takkan panas dingin bila disuguhi dengan pemandangan semolek itu?

“Wae? Kenapa kau selalu menolak saat aku ingin menciummu?” protes Yonghoon. Tentu saja tak terima dengan perlakuan Kyuhyun. “Aku hanya ingin kau memperlakukanku layaknya kekasihmu, Kyuhyun-ah. Kita sudah bertunangan, tapi sekalipun kau belum pernah menciumku”

“Jangan kekanakan Yonghoon-ah!”

“Lihat! Kau selalu menganggapku seperti anak kecil. Kenapa? Apa karena kau yang mengasuhku dari dulu?”

Pengasuh? Ya, mungkin saja. Dulu, saat Yonghoon berumur sepuluh tahun, sang ayah tiba-tiba pulang membawa seorang anak laki-laki penuh luka ditubuhnya. Menurut cerita anak lelaki bernama Cho Kyuhyun itu mengalami kecelakaan tragis hingga menewaskan ayah dan ibunya. Sejak saat itulah, Tuan Song yang merupakan teman karib kedua orang tua Kyuhyun, bersedia merawat dan membesarkannya. Yonghoon tentu senang, ia takkan merasa kesepian lagi karena kini telah hadir sosok Kyuhyun sebagai seorang Oppa.

“Atau mungkin kau tak pernah mencintaiku?”

“Yonghoon-ah, berapa kali harus ku jelaskan? Aku tak ingin membuat ayahmu kecewa. Dia telah menyerahkanmu padaku, jadi yang harus kulakukan adalah menjagamu seutuhnya”

Itu adalah janji Kyuhyun. Janji pada Tuan Song juga pada dirinya sendiri. Dia takkan ‘menyentuh’ Yonghoon sedikitpun hingga sampai saat itu benar-benar tiba. Saat dimana ia berhak memiliki Yonghoon seutuhnya. Kyuhyun tak ingin menodai kepercayaan Tuan Song. Pria yang telah berbaik hati menyerahkan hal paling berharga dalam hidupnya. Yaitu putri kecil yang kini merengek dihadapan Kyuhyun. Gadis super kekanakan yang selalu menjungkir balikkan dunia dan hatinya. Kyuhyun tak ingin karena kesalahan kecil saja, membuat Tuan Song berpikir ulang untuk menyerahkan putri kecilnya itu.

“Tapi Kyu, sebentar lagi kita akan menikah. Bahkan temanku yang baru beberapa bulan berkencan mereka sudah tidur bersama, tapi kita?”

Benar bukan? Tepat sesuai dugaan Kyuhyun. Yonghoon bertingkah seperti itu pasti ada sebabnya. Dan seperti biasa itu karena perngaruh orang lain. Ohh Tuhan, kenapa gadis ini mudah sekali terpengaruh? Kapan dia akan bersikap dewasa?

“Lain kali jangan dengarkan apa kata orang! Mengerti? Kau ini terlalu gampang dihasut” cibir Kyuhyun sembari mengenakan kembali kacamata minusnya. Berlagak sibuk dengan tumpukan hasil esay yang tadi sempat ia bawa.

“Ini bukan soal terhasut atau apa, tapi…”

“Cukup Song Yonghoon! Jika kau terus bersikap seperti ini, lebih baik kita pikirkan ulang tentang rencana pernikahan kita”

Deg…

Apa maksud Kyuhyun? Yonghoon mencelos mendengar perkataan itu. Bak dihantam beribu alunan ombak, hati Yonghoon terasa sesak. Juga airmata yang kini mulai menggenang di pelupuk mata, membuatnya tampak menyedihkan. Apa Kyuhyun berniat membatalkan pernikahan mereka? Hanya karena hal sesepele ini Kyuhyun nekat bertindak sejauh itu? Astaga… Mungkin benar, Kyuhyun memang tak pernah mencintai Yonghoon.

Sesaat kemudian Yonghoon beranjak pergi, meninggalkan Kyuhyun yang masih bersikap acuh. Mungkin ia benar-benar marah kali ini. Merasa muak dengan kelakuan Yonghoon yang tak kunjung menuai perubahan. Mulai timbul keraguan dalam hatinya, bagaimana kehidupan mereka kelak jika Yonghoon masih saja kekanakan seperti ini?

~ ~ ~ ~

Yonghoon berlarian membawa sakit didalam hati. Satu hal yang ia tahu sekarang adalah cinta Kyuhyun yang hanya sedalam itu. Atau bahkan kemungkinan terburuknya adalah Kyuhyun memang tak pernah mencintainya. Sikap baik Kyuhyun padanya selama ini mungkin sekedar bentuk terima kasih serta penghormatan pada sang ayah. Yonghoon saja yang kelewat senang hingga salah mengartikan semua itu. Lihat bukan bagaimana Kyuhyun menolaknya tadi? Bagi Yonghoon itu adalah satu bukti kuat dimana Kyuhyun memang tak pernah menyimpan hati untuknya.

Bukk…bukk…bukk…

Di tengah pikiran yang kalud, focus langkah Yonghoon terganggu oleh bunyi pantulan semacam bola basket. Saat ia menoleh ke sisi kiri, benar saja… ia mendapati pria itu disana. Tengah asik berkencan dengan benda bulat kesayangannya di dalam gedung olahraga.

“Ha Dong…” panggilnya manja sembari mendekat. Tak lupa dengan muka memelas seperti biasa. Namun sial, pria itu hanya menoleh sekilas sebelum akhirnya kembali focus pada ring di sisi lapangan. Dan boommm… satu tembakan three point berhasil ia cetak. Yonghoon yang sebal karena diacuhkan memilih duduk dilantai hingga pria itu mau mempedulikannya.

“Wae? Apa karena dia lagi?”

Meski tak lepas dari bola yang ia mainkan, namun pria itu mulai merespon lewat sebuah kalimat. Masih dengan pertanyaan yang sama. Tak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Seolah terlalu hafal dengan penyebab muka masam Yonghoon itu.

“Eumm…” cukup dengan satu anggukan, air mata Yonghoon banjir seketika. Sedikit sebal, mengapa pria itu dengan mudah menebak bahkan sebelum ia bercerita?

Ha Dong Jae. Adalah orang kedua setelah Jisun yang tahu tentang cerita asmaranya. Atau lebih tepatnya lagi, Dongjae adalah satu-satunya orang yang tahu detail tentang lika-liku perjalanan cinta Yonghoon dan Kyuhyun. Itu wajar… selain teman sekelas mereka juga bertetangga. Dongjae adalah teman Yonghoon sejak kecil. Mereka berdua tumbuh bersama, bahkan setelah Kyuhyun datang dalam kehidupan mereka.

“Kurasa… Kyuhyun memang tak pernah mencintaiku” kedengarannya sangat menyedihkan. Tak jauh berbeda dengan tampang Yonghoon saat ini. Terlihat putus asa. Ia malu pada Kyuhyun, juga malu pada diri sendiri. Mengapa tak dari dulu menyadari perasaan Kyuhyun? Ia malah sibuk berkoar-koar mendendangkan cinta di hadapan pria itu tanpa pernah berpikir sebelumnya.

“Mungkin sebenarnya Kyuhyun terpaksa menyetujui perjodohan ini” lagi, untuk kesekian kali cairan bening itu mengalir begitu saja. Mewakili rasa sakit yang terpendam di lubuk hatinya. Selain menangis, Yonghoon tak tahu lagi harus berbuat apa. Rasanya tak rela bila harus melepas Kyuhyun, namun hati kecil Yonghoon juga tak ingin pria itu menderita bila disisinya.

Setelah membiarkan Yonghoon puas menuangkan keluh kesahnya, Dongjae yang semula diam kini mulai mendekati gadis itu. Menepuk punggung Yonghoon seperti yang biasa ia lakukan. Berharap tangis itu akan terhenti dan Yonghoon menjadi sedikit lebih tenang. Ia benci melihat gadis itu menangis, terlebih karena orang yang sama. Kyuhyun dan Kyuhyun lagi. Pria yang telah merebut sebagian besar waktunya bersama Yonghoon. Pria yang telah memporak porandakan benteng pertahanan yang sengaja ia bangun sejak lama agar Yonghoon tak mau menoleh pria lain selain dirinya.

“Dongjae-ah, apa aku tak layak dicintai? Memang seberapa buruk diriku hingga Kyuhyun tak mau membuka hatinya untukku?”

“Sssshhtt… mana boleh kau bicara seperti itu?” sungguh, jika saja Dongjae tak memikirkan perasaan Yonghoon, detik ini juga dia sudah lari dan menghabisi nyawa Kyuhyun. Beraninya ia membuat Yonghoon menangis seperti ini. Sebenarnya apa yang telah pria berengsek itu lakukan?

“Aku memang menyedihkan. Kau lihat bukan? Selama ini tak ada pria yang mau mendekatiku. Mereka seolah menghindar dan menjaga jarak. Apa aku ini jelek? Apa aku sama sekali tidak menarik? Hanya kau teman pria yang mau dekat denganku”

Dongjae sedikit menahan tawa. Tentu saja, karena semua itu terjadi atas ulah dirinya. Ohh benar-benar Yonghoon yang malang. Teman yang selama ini ia agung-agungkan, sebenarnya tak lebih dari seorang musuh dalam selimut. Tahukah alasan mengapa tak pernah ada pria yang mau mendekati Yonghoon? Tidak! Mereka bukannya tak mau, lebih tepatnya tak berani setelah Dongjae mengancam akan menghabisi mereka semua. Tak ada yang boleh mendekati Yonghoon selain dirinya. Astaga…

“Hanya kau dan Kyuhyun lah yang mau berteman denganku”

Mendengar nama Kyuhyun, hati Dongjae sedikit berjengit. Hanya pada pria itulah dirinya rela melepas Yonghoon. Pria baik yang selama ini sudah ia anggap seperti Hyungnya sendiri. Dongjae ingat, saat dulu pertama kali Yonghoon mengenalkan Kyuhyun padanya, ia sangat membenci laki-laki itu. Karena, itu artinya dia harus rela melihat Yonghoon bermain dengan orang lain. Namun suatu ketika Kyuhyun datang sebagai malaikat penolong saat ia hampir mati dikeroyok teman sekolahnya, sejak saat itulah mereka mulai dekat, dan Dongjae mulai rela membagi Yonghoonnya pada Kyuhyun.

“Setelah melihat kenyataan bahwa Kyuhyun tak pernah mencintaiku, aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Pada akhirnya diriku kembali menjadi Yonghoon yang menyedihkan”

“Dari mana kau tahu dia tak mencintaimu?”

“Dia tak mau menyentuhku” pekiknya tajam. “Disaat teman-temanku berkoar tentang malam indah mereka bersama kekasihnya, Kyuhyun bahkan tak pernah mau menciumku. Dia selalu menolak saat aku menginginkannya.” Gadis ini benar-benar gila. Bisa-bisanya membicarakan hal vulgar dengan nada sekeras itu? Untung hanya ada mereka berdua dalam gedung olahraga ini. Dan lagi-lagi, tangis Yonghoon kembali pecah. Hahh dasar kekanakan.

“Yaa!! Uljima!! (jangan menangis)” kali ini Dongjae harus berusaha lebih keras agar tangis Yonghoon tak semakin menjadi. Bagaimana jika orang lain mendengar? Terlebih jika itu Dosen Kim, acara membolosnya bisa gagal total nanti. Dongjae terulur menghapus air mata dikedua pipi Yonghoon, sedikit tak tega sebenarnya melihat Yonghoon seperti ini. Tapi kembali pada alasan mengapa dia menangis, itu terdengar menggelikan. “Jadi kau minta dicium?”

Masih dengan lelehan airmata. Ketika Yonghoon mengangguk lemah, ia lebih mirip seperti bocah yang merengek minta permen. Tapi dimata Dongjae, terkesan imut dan menggemaskan. Mungkin itulah satu daya tarik dalam diri Yonghoon yang membuatnya tergila-gila.

“Hoonie-ah…” terdengar begitu lembut, apa lagi saat telapak hangat Dongjae menangkup kedua pipi Yonghoon. Serta binar mata almond yang kini mengunci tatapannya, benar-benar membuat Yonghoon terlena seketika. Entah kekuatan apa yang tersimpan dalam diri Dongjae. Ini terasa seperti sihir, Yonghoon hanya diam membeku saat wajah tampan itu perlahan mengikis jarak. Titik focus dimata Dongjae kini mengarah tepat pada bibir ranum Yonghoon. Tak peduli dengan pamandangan yang lebih menggiurkan dibawah sana, karena dengan bodohnya Yonghoon lupa membenarkan kancing yang terbuka. Bukan itu yang Dongjae inginkan, ia hanya ingin mengecup bibir Yonghoon. Berusaha menyampaikan gejolak dalam jiwa yang menyiksanya tiap kali bersama gadis itu. Perasaan tulus yang begitu lama ia pendam.

Tunggu sedikit lagi, sepasang benda lunak itu akan saling bersentuhan. Berbagi kehangatan serta sensasi menggiurkan yang selama ini hanya mampu Yonghoon bayangkan, rasanya seperti mimpi yang hendak menjadi kenyataan. Namun dalam sekejap semua itu hancur berantakan, saat Yonghoon merasakan tangan kanannya ditarik dengan paksa.

“Kyu…Kyuhyun-ah…”

Mendadak panas dingin, itulah perasaan Yonghoon seletah mendapati pria itu berdiri dengan muka merah padam sambil mencengkram erat tangannya. “Ireona!!” dingin dan menusuk. Ciri khas seorang Cho Kyuhyun yang sedang marah besar. Tamat riwayatmu Song Yonghoon! Ia seperti pencuri yang sedang tertangkap basah.

“Ireona!!” Titah Kyuhyun sekali lagi. Tapi bukanya bangkit gadis itu malah semakin menunduk. Entah karena takut atau malu, Yonghoon tak berani menunjukan muka didepan Kyuhyun. Hingga satu gerakan muncul, Dongjae yang semula diam menahan diri kini mulai berdiri. Menghujam Kyuhyun dengan tatapan penuh emosi.

“Kubilang bangun, Song Yonghoon!!”

“Shireo!”

“Lepaskan dia Hyung!” Tak kalah dingin. Pada dasarnya sifat Dongjae tak jauh berbeda dengan Kyuhyun. Mereka sama-sama menakutkan disaat marah.

“Ha Dongjae, anggap saja diriku tak pernah melihat perbuatanmu. Sebagai gantinya, tinggalkan kami sekarang juga!” Sial, tajamnya kalimat itu melebihi sebilah pedang. Sekali tebas saja mampu merontokan nyali hingga ke akar, terbukti Dongjae kini tak lagi bisa membalas perkataannya. Dengan berat hati ia menyambar tas yang tergeletak di lantai kemudian pergi. Sempat melirik sekilas pada Yonghoon, ingin rasanya membawa gadis itu lari. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak memiliki hak sedikitpun atas Yonghoon.

Kini tinggalah mereka berdua disana, Yonghoon yang tak juga bangkit tampaknya masih betah mendiamkan Kyuhyun. Sekuat tenaga menahan diri agar tak meledak-ledak seperti biasa, agar dirinya tak lagi dicap kekanakan oleh Kyuhyun, ia sudah sangat muak dengan sebutan itu.

“Kau marah?” Kyuhyun berusaha mensejajarkan tubuhnya. Diraihlah dagu runcing Yonghoon hingga perlahan mau menatapnya. “Kau marah padaku sayang?” ohh sial. Demi Tuhan, Yonghoon ingin sekali menghajar pria itu sekarang. Bisa-bisanya berlagak mesra setelah apa yang dia lakukan? Itu sungguh menyebalkan.

“Lepas!! Kau bilang tak ingin menyentuhku Cho Kyuhyun”

“Ternyata benar, gadis kecilku benar-benar marah sekarang”

Yaishh… Kyuhyun pabo! Itu sama saja kau menuang minyak dalam api yang membara. Lihat saja, sebentar lagi Yonghoon pasti meledak dengan berbagai kicauannya. “Yaa!!” benar bukan? Yonghoon lengkap dengan kepala yang mendidih kini bangkit dan menghujani Kyuhyun dengan tatapan murka.

“Kau… sampai kapan kau akan menganggapku seperti itu. Asal tahu saja, aku bukan lagi gadis kecil yang harus kau timang seperti dulu. Aku adalah wanita dewasa yang siap menikah. Bahkan kita telah bertunangan Cho Kyuhyun, tinggal tunggu beberapa bulan lagi hingga diriku sah menjadi istrimu. Tapi mangapa kau tak pernah memperlakukanku layaknya kekasih. Apa aku tak layak mendapatkan cintamu? Katakan padaku!”

“Bagus, mengapa baru sekarang berteriak? Diam bukanlah gayamu Nona Song” apa-apaan pria ini? Yonghoon makin kesal mendengar Kyuhyun bicara tak sesuai alur.

“Aku tidak sedang bercanda Cho Kyuhyun”

“Arraseo… Arraseoyo… justru itulah yang ingin ku lihat”

“Mwo? Apa maksudmu?”

“Aku ingin melihat Yonghoon yang selalu jujur pada perasaannya sendiri. Gadis tangguh yang selalu bicara sesuai isi hati. Bukan Yonghoon yang hanya diam dan mengacuhkanku seperti tadi” Yonghoon makin tak mengerti jalan pikiran Kyuhyun. Sebenarnya apa masalah mereka sekarang? Mengapa Kyuhyun malah terus menerus membicarakan dirinya? “Cho Kyuhyun, sekali lagi kutanya padamu. Apa kau mencintaiku? Atau setidaknya, pernahkah kau memandangku sebagai seorang wanita? Bukan lagi adik manis yang harus selalu kau jaga”

Kyuhyun mendesah. Mengapa harus pertanyaan itu lagi? Kapan Yonghoon akan menyadari cinta sucinya? Tak tahukah dia? Betapa besar pengorbanan Kyuhyun untuk mendapat restu dari ayah Yonghoon. Betapa keras usahanya mendapat pengakuan dari Tuan Song agar rela melepas putri semata wayang itu untuknya? Tidak! Yonghoon tak sedikitpun tahu tentang hal itu.

Cho Kyuhyun, dia sadar dirinya bukanlah siapa-siapa. Hanya seorang anak malang yang kebetulan dipungut oleh dermawan. Kyuhyun tak tahu bagaimana harus hidup jika dulu Tuan Song tak membawanya. Itulah mengapa hingga kini Kyuhyun rela mengabdikan diri pada pria itu.

Namun suatu ketika, saat Kyuhyun mulai terlena, saat dia mulai berani menaruh hati pada putri kesayangan Tuan Song, Kyuhyun merasa tak tahu diri. Layaknya pagar makan tanaman, Kyuhyun benar-benar malu pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya dia bertekat untuk membuang perasaan itu, namun apa yang terjadi? Cintanya pada Yonghoon malah semakin membabi-buta.

Tuan Song bukan pria bodoh yang tak peka dengan perubahan tingkah Kyuhyun. Dia tahu bahwa Kyuhyun menyukai anak gadisnya. Meski Tuan Song begitu menyukai Kyuhyun, tapi jangan dikira dia rela menyerahkan Yonghoon begitu saja. Maka dari itulah ia memberikan berbagai persyaratan yang harus Kyuhyun lakukan jika ingin mendapatkan Yonghoon. Termasuk meminta Kyuhyun menjadi Dosen di Unversitas milik Yayasannya –tempat Yonghoon berkuliah saat ini-. Lalu, dengan tujuan apa Tuan Song melakukannya? Tentu saja supaya Kyuhyun bisa terus memantau dan menjaga gadis kecilnya itu.

“Lihat! Kau tak bisa mejawabnya bukan? Jadi benar, selama ini kau memang tak pernah mencintaiku” kesabaran Yonghoon telah habis. Ia benar-benar kecewa pada Kyuhyun. Jika memang itu kenyataannya, mengapa tak bilang saja dari awal? Dengan begitu Yonghoon takkan pernah mengharapkannya.

“Mau kemana? Kita belum selesai bicara” Kyuhyun mulai panic saat Yonghoon beranjak pergi.

“Tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Seperti katamu, akan kuminta ayah membatalkan pernikahan kita”

“Tunggu!” Yonghoon mengernyit merasakan cengkraman Kyuhyun hinggap di tangannya. Seolah pria itu benar-benar tak mengijinkannya beranjak seinchipun. “Siapa yang bilang aku ingin membatalkan pernikahan kita?”

“Lalu? Kau pikir aku sudi menikah dengan pria yang sama sekali tak mencintaiku?”

“Siapa bilang aku tak mencintaimu?”

“Buktinya kau sama sekali tak mau ‘menyentuh’ku, atau bahkan sekedar menciummmpttt…”

Tamat riwayatmu Nona! Siapa suruh bermain api. Kyuhyun yang mulai kalap, tak mau lagi mendengar kicauan Yonghoon hingga akhir. Diraupnya bibir mungil itu dengan penuh emosi. Tak peduli Yonghoon terus meronta, ingin lepas dari jeratannya. Tapi jangan harap! Sekali kau masuk dalam perangkap Cho Kyuhyun, jangan pernah bermimpi untuk bisa lari darinya. Itulah mengapa selama ini Kyuhyun tak pernah menciumnya . Ia takut akan tergiur hingga lupa diri, dan janji teguh yang ia pegang selama ini akan ternodai.

“Kyuummphh…”

Tunggu…! Tunggu sebentar lagi hingga Kyuhyun selesai dengan misinya. Ia takkan menyia-nyiakan kesempatan lagi. Hanya inilah satu-satunya cara agar Yonghoon tahu perasaan Kyuhyun yang sesungguhnya. Kyuhyun tak yakin gadis itu akan percaya jika hanya lewat sebuah kata cinta.

“Mmmpphh…”

Ciuman Kyuhyun yang liar, kini mulai menjinak. Sapuan lidahnya yang lembut kian membuat Yonghoon melayang. Meski sedikit kesulitan, Yonghoon yang amatir kini berusaha membalas ciuman itu. Seperti apa yang Kyuhyun lakukan padanya, ia mulai menyesap bibir bawah Kyuhyun yang basah karena saliva. Lidahnya yang nakal mulai memberanikan diri beradu dengan milik Kyuhyun. Saling melumat hingga decakan sensual terdengar memenuhi ruangan. Entah dari mana Yonghoon belajar semua itu. Meski tak selihai Kyuhyun, tapi lumayan bagi seorang pemula sepertinya.

Melalui ciuman ini Kyuhyun berharap gadis itu sadar akan cinta yang begitu besar untuknya. Perasaan tulus dari seorang pria bernama Cho Kyuhyun, yang salama ini hanya mampu tersimpan rapat dalam lubuk hatinya. Perasaan yang lebih dari sekedar cinta dan kasih sayang seorang Oppa terhadap adik kecilnya.

“Bagaimana? Apa kau mengerti sekarang, Hoonie-ah?”

Ujar Kyuhyun saat aktivitas mereka usai. Jujur saja, Kyuhyun tak rela pergulatan manis itu berakhir. Dalam sekejap, bibir Yonghoon yang beraroma Cherry berubah menjadi candu yang membuat Kyuhyun gila tak ingin lepas darinya. Tapi mengingat Yonghoon yang nyaris kehabisan napas, ia harus rela untuk mengakhiri sampai disitu saja.

Yonghoon mengangguk. Hanya itu saja yang bisa ia lakukan sekarang. Berkat ulah mereka tadi, kini ia tak berani mengangkat wajah. Yonghoon tak mau menunjukkan pipi yang merah merona karena malu. Dia yakin, Kyuhyun pasti akan menertawakan dirinya nanti. Tapi tunggu, semua itu belum berakhir! Jantung Yonghoon nyaris lompat saat Kyuhyun tiba-tiba memeluknya. Merengkuh tubuh mungilnya dalam satu dekapan hangat. Dari situ ia merasakan bibir Kyuhyun mendarat dipuncak kepala. Diam-diam menyesapi aroma strawberry dari helaian rambut Yonghoon. Entak sejak kapan Kyuhyun mulai menyukai wangi kekanakan itu.

“Saranghae…” bisiknya tepat di telinga Yonghoon.

Sontak gadis itu membeku. Inilah yang dia inginkan. Kalimat inilah yang ingin ia dengar dari bibir Kyuhyun. Setelah bertahun-tahun lama menunggu, akhirnya kini terucap. Tebak betapa senangnya seorang Song Yonghoon! Ini bahkan lebih mengejutkankan daripada saat ia menang lotre. Selain pernyataan cinta, ia juga mendapatkan bonus yaitu ciuman yang… ohhh… bulu kuduk Yonghoon meremang saat menyadari sesuatu yang basah dan lembut tengah menyesap lehernya dengan lembut.

“Apa yang kau lakukan?” bentaknya seraya melepaskan diri.

Pria itu meringis, menunjukkan deretan gigi rapinya tanpa rasa malu sedikitpun. “Hanya memberi tanda” ujarnya tanpa dosa.

“Tanda apa?”

“Semacam tanda agar seseorang tahu bahwa kau telah dimiliki. Kau adalah milikku!! Milik Cho Kyuhyun!!”

Bluuushh….

Siapa yang tak meleleh mendengarnya bicara demikian. Tak terkecuali Yonghoon, dia hanya menunduk menyembunyikan senyuman serta pipi yang kian memerah. Tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi rayuan maut itu.

Sedangkan Kyuhyun, dia masih betah menatap tajam pria yang kini berdiri tegak diambang pintu sejak beberapa saat yang lalu. Pria yang menahan luka dan amarah yang begitu menyiksa, saat ia harus melihat pemandangan laknat itu didepan mata. Kepalan tangan yang semakin erat dikedua sisi tubuhnya, membuktikan betapa sakit luka hati yang ia rasakan. Ha Dongjae, dialah si pria menyedihkan itu.

~THE END~