5

“Takdir bukanlah tentang kesempatan, tapi itu adalah pilihan. Takdir bukan juga hal yang harus kau tunggu, tapi itu adalah sesuatu yang harus kau capai”

 

Busan, Februari 2016

 

Lima belas menit sudah mereka habiskan dalam diam. Entah mengapa sulit sekali memulai percakapan. Kyuhyun yang sibuk dengan benda pipih kotak panjang digenggamannya sedangkan Yonghoon memilih menyibukkan diri dengan secangkir teh ditangannya. Langit Busan tengah mendung saat gadis yang mengenakan sweater rajut itu memandang keluar jendela.

Tak pernah disangka, niat Kyuhyun semula ingin mengganjal perut yang lapar seusai menghadiri acara amal, namun tampaknya Tuhan memiliki rencana lain yang lebih indah yaitu mempertemukan dua insan itu kembali setelah Yonghoon memutuskan pergi.

“Ehhmm…”

Satu suara sengaja Kyuhyun gunakan demi memecah keheningan, hal itu sukses menarik perhatian Yonghoon yang tenggelam dalam lamunan. Kedua pasang mata mereka kini saling memandang, menyampaikan berjuta kerinduan yang begitu mendalam. Tampak segelintir kesakitan tergambar di kedua pasang manik sayu itu namun sayang, tak satupun dari mereka yang berani mengungkapkan.

“Jaljineseo, Yonghoon-ah?”

“Eumm… Neo neun?”

Kyuhyun tersenyum miris. Memang apa lagi? Hanya itu yang bisa ia tunjukkan. Kyuhyun sendiri bahkan tak yakin, apakah benar dia baik-baik saja selama ini tanpa Yonghoon? Hidup dalam sebuah ketidakpastian tentang akhir kisah perjalanan cinta yang begitu suram.

“Kenapa kau berada disini?”

Ya, bukankah seharusnya ia di Belanda sekarang? Hidup bahagia bersama ayah dan ibunya, seperti yang ia bilang terakhir kali sebelum pergi. Yonghoon tahu apa arti dari pertanyaan Kyuhyun itu. “Aku hanya tak mau  kedua orang tuaku tahu tentang keadaanku”

Harga diri Kyuhyun sebagai pria serasa dipukul habis-habisan oleh kalimat itu. Bagaimanpun dia seorang suami yang harus bertanggung jawab penuh atas istrinya, namun apa yang terjadi? Bahkan Yonghoon rela tak pulang demi menutupi kekacauan yang terjadi.

“Kenapa tak kembali saja kerumah kita?”

Mendengar kalimat itu, Yonghoon yang semula sibuk memandang rintik hujan yang mulai turun, kini beralih menatap Kyuhyun. Namun bukan sebuah kata yang ia ungkapkan, hanya sekilas senyuman yang mengandung arti pebuh. Bagaimana bisa Kyuhyun bicara seperti itu? Bukankah dia tahu persis alasan mengapa Yonghoon memilih pergi?

Baiklah. Anggap saja Kyuhyun salah bicara. Rasanya dia ingin menampar bibirnya sendiri saat ini. Senyuman getir Yonghoon tampaknya cukup membuat Kyuhyun sadar.

“Apa kau senang disini?”

“Eumm…”

Bagus. Dunia Kyuhyun seolah runtuh hanya dengan sekali anggukan. Padahal ia berharap hal sebaliknya yang terjadi. Kini semangat untuk membawa gadis itu pulang perlahan meredup. Kenapa? Sekali lagi, karena Kyuhyun tak yakin pada dirinya sendiri. Tak yakin bisa membuat Yonghoon bahagia bila kembali bersamanya. Tapi… benarkah ia rela jika harus hidup tanpa gadis itu lagi?

“Apa kau tak berniat pulang bersamaku?”

“Mwo? Hahaha…”

Yonghoon tertawa. Itu terdengar menyakitkan ditelinga Kyuhyun. Rasanya seperti ditolak dan juga dipermalukan. Padahal ia sengaja membuang harga diri yang tinggi, melempar jauh sifat egois yang mendarah daging di tubuhnya. Namun tanggapan Yonghoon sungguh mengecewakan.

“Kita sudah bercerai Kyu, apa kau lupa?” satu cibiran Yonghoon yang membuatnya mengerti. Gadis itu pasti mengira mereka benar-benar telah berpisah.

“Kata siapa? Tak pernah ada perceraian diantara kita”

Tentu saja Yonghoon terkejut. Bukankah bibi Kim bilang Kyuhyun sudah menerima surat perceraian itu? “Apa maksudmu?”

“Aku tak pernah menandatangi surat itu. Jadi artinya kau masih sah menjadi istriku”

“Ta..tapi… bagaimana bisa?”

“Memang apa yang tidak bisa dilakukan seorang Cho Kyuhyun?” Sial, Yonghoon benci dengan senyuman miring itu. Seringai paling menyebalkan yang pernah ada didunia, sekaligus menjadi hal yang sangat ia rindukan belakangan ini.

Ya Tuhan, mengapa jadi seperti ini? Yonghoon masih berusaha keras mencerna tindakan Kyuhyun. Tentang apa motif Kyuhyun tak mau menandatangani surat cerai itu. Mungkinkah dia ingin menahannya? Lantas bagaimana dengan Hyorin? Apa Kyuhyun sudah melupakannya? Ohh… itu tidak mungkin.

“Tanyakan apa yang ingin kau tanyakan! Jangan suka menyimpulkan sendiri” seolah hafal dengan kebiasaan buruk gadis itu. Kyuhyun bahkan dengan mudah membaca kerutan didahi Yonghoon. Gadis itu mendengus sebal melihat sikap sok dingin Kyuhyun. Lebih menyebalkan lagi saat pria itu malah sibuk bercumbu dengan secangkir Cappuchino yang ia buatkan tadi.

“Yonghoon-ah, dengarkan aku baik-baik!”

Apa lagi sekarang? Yonghoon sudah terlalu bosan mendengar bualan Kyuhyun. Pria menyebalkan yang suka berbuat semaunya sendiri. Namun kala mendapati manic hitam Kyuhyun itu memandangnya lekat, Yonghoon mulai sadar. Tak ada sedikitpun niatan bergurau disana.  

“Aku ingin kita kembali seperti dulu”

“Mwo?”

Tatapan Yonghoon mendadak kelam mendengar kalimat itu. Seperti dulu lagi? Apa itu berarti saat Yonghoon selalu menderita karena…

“Tidak! Bukan kembali kesaat dimana kepedihan selalu datang menghampiri kita. Saat semua harus terluka karena jalan yang kita tempuh tak sesuai dengan harapan. Maksudku adalah mari kita buka lembaran baru. Kembali bersama dan hidup bahagia”

Bahagia? Ohh bahkan Yonghoon nyaris lupa bagaimana rasanya. Setelah sekian lama terbelenggu dalam kehidupan yang suram, kini Kyuhyun datang lagi dan menawarkan sebuah kebahagiaan? Sungguh hal yang menggiurkan. Tapi bagaimana dengan hati pria itu? Jika masih tersimpan nama lain disana, mustahil kebahagiaan itu akan menjadi nyata.

“Eotte? Apa itu masih bisa kita lakukan?”

“Bagaimana dengan Hyorin-ssi?” Bingo! Panah Yonghoon melesat mengenai sasaran. “Apa kau masih mencintainya?” Satu pertanyaan yang cukup menggetarkan keyakinan. Sesuai dugaan Kyuhyun, Yonghoon pasti akan menghakiminya dengan urusan itu.

“Tentang dirinya, aku menyerah. Takkan ada Hyorin lagi dalam hatiku”

Lihat! Kyuhyun bahkan tak berani menatap Yonghoon sekarang. Mengapa? Ini terlihat seolah Kyuhyun tak sepenuh hati. Apa begitu berat melepas gadis itu? “Kau yakin, Kyuhyun-ah?”

Cho Kyuhyun dengan otak cemerlang yang dimilikinya, sedikit bualan kecil bukanlah perkara sulit demi menanamkan kepercayaan dalam diri Yonghoon. Tapi kembali pada hati yang masih terombang-ambing, Kyuhyun tak ingin membohongi gadis itu. Tak rela jika hubungan yang kelak akan terjalin didasarkan atas kebohongan. Ia terlalu muak dengan semua itu.

“Cho Kyuhyun, jika kau belum yakin dengan hatimu. Lebih baik jangan pernah katakan itu”

“Ya. Aku memang bodoh. Aku pria paling  berengsek yang pernah ada. Dalam satu waktu mencintai dua gadis yang berbeda, bukankah itu gila? Tapi sungguh aku tak bisa melepaskanmu Yonghoon-ah. Kau tahu betapa menyedihkannya diriku saat kau pergi? Rasanya seperti tak bisa bernapas lagi. Dalam situasi seperti itu, masihkah aku sempat memikirkan gadis lain selain dirimu? Tidak Yonghoon-ah. Hanya kaulah yang selalu ada dalam pikiranku”

“Aku yakin itu hanya sementara Kyu. Lambat laun, kau pasti bisa melupakanku. Dan dengan mudah kau akan kembali pada Hyorin-ssi”

“Tidak! Itu sudah cukup bagiku. Itu cukup membuktikan bahwa aku memang mencintaimu. Aku yakin kini aku benar-benar…”

“Hentikan! Aku tak ingin mendengarnya lagi. Aku tak ingin mendengar apapun lagi darimu. Ini sudah malam Kyuhyun-ah, sebaiknya kau pulang!”

“Tunggu!” Kyuhyun panic saat Yonghoon mulai beranjak pergi. Tampaknya gadis itu masih tak percaya dengan perkataannya. Harus dengan cara apa lagi Kyuhyun meyakinkannya?

“Apa kau sungguh tak ingin kembali bersamaku?” satu pertanyaan terakhir. Kyuhyun berharap sebuah keajaiban datang hingga Yonghoon mau menerimanya kembali.

“Tidak! Kecuali jika kau hanya mencintaiku”

Yonghoon benar-benar pergi tanpa menoleh sedikitpun. Tampaknya waktu yang sengaja ia berikan pada Kyuhyun selama ia pergi, itu sia-sia. Buktinya Kyuhyun masih sama. Bimbang. Tanpa keyakinan sedikitpun atas hatinya.

“Ommo…” Yonghoon terkejut saat lengan kirinya ditarik dengan paksa.

“Baiklah… ini terakhir kalinya kukatakan padamu. Aku… mencintaimu. Gadis menyebalkan yang selama ini merecoki hidupku. Gadis yang mengobrak-abrik seluruh tatanan dalam hidupku. Tapi kau adalah gadis yang tak pernah bisa ku biarkan pergi begitu saja meninggalkanku”

Ya Tuhan, Yonghoon serasa diserang bertubi-tubi. Dasar Cho Kyuhyun! Dia ingin manyatakan cinta atau mengajak berkelahi sebenarnya? Yahh maklumi saja! Kyuhyun pasti gugup setengah mati saat harus mengakui bahwa ia mencintai sahabatnya sendiri. Ohh… Manis sekali.

“Aku mencintaimu Yonghoon-ah. Dan aku berjanji takkan ada lagi wanita lain, selain dirimu. Bagaimana? Apa kau menerimaku?”

“Eee.. Kyuhyun-ah… Aku hanya tidak ingin hal seperti dulu terulang lagi. Jadi aku…”

“Aku tahu, maka dari itu aku tidak akan memaksamu menjawabnya sekarang. Satu minggu lagi, saat kau telah menemukan jawabannya, jika kau ingin kembali padaku, datanglah ke Seoul. Pergilah ke Gedung Raum pukul 10.00 KTS. Aku akan menunggumu disana”

 Itu kata Kyuhyun sebelum ia pergi. Meski sempat mengecup kening Yonghoon penuh kelembutan, namun tak ada respon sedikitpun dari gadis itu. Ia masih terlalu sulit mencerna setiap perkataan Kyuhyun. Masih menimbang apakah ini nyata atau hanya mimpi belaka.

~ ~ ~ ~

Song Yonghoon, lengkungan manis dibibirnya tak kunjung pudar. Senantiasa mengiringi perjalanan panjang yang tengah ia lalui. Dengan sebuah kereta express, Yonghoon bertolak dari Stasiun Busan sejak dini hari. Dan entah mengapa, perjalanan kali ini terasa sangat menyenangkan. Sejauh mata memandang ia dimanja oleh suguhan alam yang begitu menawan. Tapi asal tahu saja, bukan mutlak itu semua yang membuatnya tersenyum bahagia.

Satu kejadian di suatu malam , -tepatnya seminggu yang lalu- ternyata sukses menggelitik ingatan Yonghoon. Bahkan membuat pipinya bersemu merah saat ucapan pria itu kembali terngiang di telinga. Sebuah ungkapan cinta yang menggelikan, akhirnya keluar dari bibir seorang Cho Kyuhyun. Meski jauh dari kesan romantic, tapi itu jauh lebih baik daripada Kyuhyun hanya diam. Setidaknya Yonghoon tahu bahwa di hati Kyuhyun, terdapat ketulusan yang mendalam untuk dirinya.

Kerena sebab itulah Yonghoon berada disini saat ini. Sebuah kereta yang menjadi penghantar dirinya menuju satu langkah baru. Sebuah jalan yang mengarahkannya pada kehidupan yang lebih baik. Menuju pelangi yang pernah Tuhan janjikan setelah tiada lagi rintik-rintik hujan. Mungkin kinilah saatnya seorang Yonghoon yang malang dapat menuai kebahagian.

~ ~ ~ ~

The Raum, Yeoksam-dong.

Aura kebahagiaan sangatlah kental, terpancar dari wajah-wajah riang dalam gedung megah bernuansa putih itu. Dipercantik dengan rangkaian bunga yang berbanjar, memenuhi kedua sisi karpet merah membentang di tengah ruangan. Tampak pula seorang pendeta tua disana, tengah berbincang ramah dengan beberapa tamu undangan.

Ditengah kerumunan itu, -Lee Donghae- pria yang kini semakin tampan dengan jas abu tua senada dengan bawahannya, melangkah pelan pada satu sisi jendela. Tempat dimana seseorang tengah berdiam diri, menatap penuh harap pada pintu masuk utama yang masih terbuka lebar.

“Apa dia belum juga memberimu kabar Kyu?” Tanya Donghae pada pria itu.

Cho Kyuhyun, pria bertuxedo hitam legam itu hanya menggeleng pelan, mengukir senyuman yang teramat menyedihkan. Wajah tampannya kini sangatlah layu, bagaikan mawar yang tengah menanti ajal. Ia putus asa, mungkin ini memang akhir dari segalanya.

“Perlukah aku menghubunginya?”

Donghae yang tak kuasa melihat raut kesedihan serta keputus-asaan di wajah Kyuhyun, merasa harus berbuat sesuatu. “Sudahlah Hyung, mungkin Yonghoon memang tak berniat kembali padaku”

“Tapi Kyu…”

“Aku harus bersiap, acara akan segera dimulai”

Dengan langkah gontai, seolah nyawa dalam tubuhnya kini tak lagi sempurna, Kyuhyun berjalan menuju satu ruangan yang masih tertutup rapat. Namun sekali lagi, ijinkan dia berbalik menatap sang pintu utama. Sambil terus memohon, sosok gadis yang sangat ia tunggu perlahan akan muncul, berjalan menghampirinya dengan senyum manis yang mempesona. Permintaan Kyuhyun sebenarnya cukup sederhana, ia hanya ingin gadis itu datang. Itu saja. Tapi apakah dia melupakannya? Apa Yonghoon memang tak sudi untuk bertemu dengannya lagi? Entahlah… Kyuhyun hanya bisa berharap, Tuhan akan membuat sebuah keajaiban, hingga gadis itu datang sebelum Kyuhyun memutuskan untuk benar-benar menyerah.

Cklekk…

Ditariknya kedua gagang pintu besar ruangan itu, senyum Kyuhyun mengembang kala focusnya jatuh pada sosok jelita di dalam sana. Seorang gadis berbalut gaun putih besar, yang tampak bersinar seperti seorang bidadari. Terlebih saat kedua mata almondnya menyempit bersama lengkungan manis dibibir pinknya yang tipis. Kyuhyun tahu, mengapa sejak dulu ia begitu mencintai sosok itu.

“Kau sudah siap Rin-ah?” kata Kyuhyun padanya.

Lee Hyorin, gadis itu mengangguk pelan. Bangkit dari duduknya lantas menyambut uluran tangan Kyuhyun, bak seorang putri raja yang siap berdansa dengan pangerannya.

~ ~ ~ ~

“Gamsahamnida ahjeussi”

Yonghoon buru-buru turun seletah menyerahkan beberapa lembar uang pada sang supir taxi. Ia tak bisa berhenti tersenyum sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Seoul lagi. Yonghoon senang bisa kembali ketempat dimana ia tumbuh besar selama ini, tempat yang menyimpan banyak kenangan bersama semua orang yang amat ia cintai. Keluarga, sahabat, dan juga… pria itu tentunya.

“Lama menunggu Cho Kyuhyun? Hahaha…”

Kikikan gila yang sempat terdengar sebelum ia melangkah masuk kedalam gedung itu. Sesuai permintaan Kyuhyun, sesampainya di Seoul ia langsung meluncur ke gedung Raum. Yahh, meski sedikit terlambat. Tidak lama, hanya mundur satu jam dari waktu perjanjian, pikirnya. Di setiap langkah ia terus menebak-nebak, kira-kira kejutan macam apa yang hendak pria itu berikan padanya disana.

Ohh, apa mungkin Kyuhyun ingin melamarnya lagi? Wahh… kalau memang itu yang terjadi, maka seorang Cho Kyuhyun benar-benar telah berubah menjadi sosok yang romantis. Tapi bukankah Kyuhyun bilang mereka belum bercerai? Ahh entahlah, kita lihat saja nanti.

Ting…

Lift pun terbuka, Yonghoon yang hendak keluar dikejutkan dengan puluhan karangan bunga. Sebagian besar dari mereka berisi ucapan selamat. Eoh? Mungkin tengah terselenggara sebuah upacara pernikahan disana. Gadis itu tak mau ambil pusing, ia tetap melaju ketempat yang Kyuhyun bilang. Tapi saat sebuah pintu besar terbuka lebar, menampakkan sepasang mengantin tengah bergandengan tangan menuju altar, langkahnya terhenti.

Yonghoon ingat betul bagaimana rasanya berada dalam posisi itu. Kala iringan lagu mulai mengalun merdu, membuat debaran jantung kian memburu puluhan kali lipat, rasa gugup bercampur haru lemebur menjadi satu. Dan alangkah indahnya bila pria yang menggandeng tangannya dulu adalah pria yang sangat ia cintai, mungkin saat itu ia akan menjadi wanita paling bahagia didunia. Namun apa? Tuhan seolah tak menghendaki hal itu, Tuhan lebih memilih Kyuhyun yang menjadi pendamping hidupnya.

Kyuhyun?

Tunggu! Yonghoon terkejut melihat sosok mempelai pria itu. Meski tampak belakang, namun rasanya ia tak asing dengan tubuh jangkung tersebut. Entahlah, mengapa dari rambut hingga ujung kaki ia tampak mirip seperti… Kyuhyun?

“Andwae!” sangkalnya dalam hati. Tapi ayolah, berapa lama ia mengenal sosok Kyuhyun? Bahkan hanya mencium baunya saja Yonghoon sudah pasti kenal bahwa dia adalah pria menyebalkan itu.

“Andwae!” pikirannya semakin kacau saat tanpa diduga pasangan itu saling bertatap muka, melangkah perlahan sambil tersenyum bahagia. Dari situlah semakin jelas terlihat bahwa mereka adalah… Kyuhyun dan Hyorin.

“KyuHyun-ah, andwae!” Maka detik itu pula Yonghoon lari sambil menangis, berniat menghampiri kedua mempelai itu namun sayang, baru ia sampai didepan pintu, tubuhnya mendadak dicekal oleh para penjaga. Ia tak bisa berbuat apapun selain menangis disana.

“Jangan lakukan itu Kyu!” pekiknya dengan nada tercekat. Yonghoon masih meronta sekuat tenaga, namun kecalan mereka malah semakin kuat. Hal itu tentu menjadi pusat perhatian semua orang disana, tak terkecuali kedua orang itu.

Kyuhyun dan Hyorin, sontak menghentikan langkah anggun mereka. Pria itu terkejut melihat kedatangan Yonghoon. Tapi mengapa harus sekarang? Ia tak mau Yonghoon melihatnya dalam situasi seperti ini. Gadis itu pasti merasa dikhianati. Sungguh, rasanya Kyuhyun ingin berlari dan menghampiri Yonghoon detik itu pula, tapi bagaimana dengan Hyorin?

Astaga Kyuhyun serasa dipaksa menelan buah simalakama. Ia tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Melihat Yonghoon ditarik paksa, tentu saja ia rela. Bahkan tak pernah sekalipun ia berbuat kasar gadis itu, tapi mereka… ohh sialan.

“Kyu!”

Kyuhyun hendak berlari saat seseorang tiba-tiba memanggilnya. Disitulah ia baru ingat akan satu hal… Lee Donghae. Dan benar, panggilan itu berasal darinya. Donghae menatapnya penuh arti, seolah meminta ijin untuk menangani masalah ini. Maka cukup dengan satu anggukan Kyuhyun, Donghae pun bergegas menghapiri para pengawal sialan itu.

“Lepaskan dia!” titahnya pada mereka.

“Tapi Tuan…”

“Kubilang lepaskan!”

Dan tepat disaat cekalan itu terlepas, tubuh Yonghoon ambruk menyentuh lantai. Tertalu lemah meski hanya untuk berdiri. Mendapati Kyuhyun hendak menikah lagi, sarasa jantungnya dipaksa untuk berhenti.

Inikah maksud Kyuhyun memintanya kemari? Ingin membuatnya hancur dengan mempertontonkan adegan pernikahannya bersama Hyorin? Apa Kyuhyun ingin memperlihatkan betapa bahagianya dia tanpa Yonghoon disisinya? Lantas apa guna kata cinta dari bibirnya kala itu, jika pada akhirnya ia tetap menikahi Hyorin. Astaga apa maksud Kyuhyun sebenarnya?

Masih dengan tatapan menyedihkan tertuju pada kedua mempelai disana, tanpa Yonghoon sadari tubuhnya terangkat perlahan. Entahlah, ia seperti tak dapat merasakan apapun kecuali rasa sesak serta perih yang menjalan disekujur tubuh. Dirinya hancur, cintanya hancur, begitu pula yang terjadi pada hatinya.

Berbekal rengkuhan tangan Donghae dikedua sisi bahunya, perlahan ia mulai bangkit. Memutus kontak mata dengan Kyuhyun, dan melangkah perlahan meninggalkan tempat itu. Baik, jika memang inilah akhir yang Kyuhyun inginkan, baiklah. Jika memang kebahagiaan Kyuhyun berada pada tangan gadis itu, baiklah. Toh, memang tujuan awal Yonghoon adalah melihat Kyuhyun kembali bersama Hyorin bukan? Persetan dengan pernyataan cinta di Busan kala itu, kini Yonghoon anggap sebagai angin lalu.

~ ~ ~ ~

Dalam Mercedes hitam milik Lee Donghae, disinilah mereka berada saat ini. Belum beranjak sedikitpun dari arena parkir di plataran Raum. Dan tentu saja masih beriring tangisan pilu yang teramat menyedihkan. Entah cara apa lagi yang harus ia gunakan untuk membuat tangis itu terhenti, Donghae nyaris kehilangan akal.

“Kau tahu? Menangis hingga sumur matamu keringpun takkan ada gunanya” cibir Donghae yang kelewat kesal. Sudah hampir setengah jam mereka disana namun tangisan Yonghoon tak kunjung reda. “Sekarang hentikan lalu dengarkan penjelasanku! Aku yakin setelahnya kau akan tertawa, menertawakan betapa bodohnya dirimu itu”

“Mwo?”

Cibiran Donghae terasa panas ditelinga. Cobalah pikir! Wanita mana yang akan diam, duduk tenang, sedangkan pria yang dicintainya hendak menikahi gadis lain. Yonghoon masih terlalu waras tuan! Dia masih tahu persis apa itu sakit hati.

“Yonghoon-ah, asal kau tahu saja. Kyuhyun tidak menikah”

Ohh jinjja… “Yaa!! Kau pikir aku buta eoh?” jelas-jelas dengan kedua matanya sendiri Yonghoon melihat mereka hendak menuju pelaminan. Menghampiri sang pendeta yang telah menunggu mereka disana. Oke, Yonghoon hargai niat baik Donghae jika ingin menghiburnya, tapi paling tidak gunakan ide yang masuk akal.

“Apa kau tak melihat seorang pria yang berdiri di altar bersama sang pendeta?” Pria? Entahlah… Yonghoon sendiri tidak yakin. Sejak pertama melihat Kyuhyun menggandeng gadis itu, pikirannya langsung kacau. Mana sempat ia memperhatikan keadaan sekitar. Yang terlintas dikepala hanyalah Kyuhyun yang hendak menikah, dan itu nyaris membuatnya gila.

“Kim Jong Woon, dia adalah sang mempelai pria”

“Ne? Tapi tadi Kyuhyun…”

“Dia hanyalah pendamping. Hyorin tak memiliki siapapun kecuali ibunya disini. Jadi ia meminta Kyuhyun menjadi pendampingnya”

“Mwo? Jeo…jeongmalyo?” kedengarannya seperti drama. Kejadian yang jelas terlihat didepan mata, nyatanya tak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Yonghoon masih berpikir keras mencerna setiap untaian kalimat Donghae, ia tak bisa percaya begitu saja.

“Yaa…!! Apa aku terlihat pandai mengarang cerita?”

Ayolah Nona, kalau memang Kyuhyun yang menikah, harusnya dia yang berdiri di altar menunggu Hyorin. Jinjja pabo!! Mengapa Yonghoon tak berpikir sejauh itu? Terlebih, bukankah dulu dia pernah menikah? Harusnya dia tahu persis tentang hal semacam itu bukan? Yahh mungkin benar kata Donghae, dia memang bodoh. Melihat Kyuhyun menggandeng gadis lain saja, serasa dunia akan tamat. Cinta memang membuatnya fungsi otaknya sedikit berkurang.

“Jadi, apa kau mengerti sekarang?”

Gadis itu tersenyum layaknya idiot. Donghae merasa geli melihat tingkah Yonghoon yang teramat berlebihan. Tapi hal itu membuatnya sadar, tak ada lagi kesempatan baginya untuk memiliki Yonghoon. Cinta Yonghoon sepenuhnya kini hanya milik Kyuhyun seorang. Tak terbayang betapa hancurnya Yonghoon jika pernikahan itu memang diselenggarakan untuk Kyuhyun dan Hyorin. Gadis itu pasti sudah gila karenanya.  Tapi tidak! Donghae takkan sanggup melihatnya.

“Gadis bodoh” ujarnya sembari mengacak rambut Yonghoon gemas. Senang melihatnya tersenyum kembali. Berapa lama ia tak melihat pemandangan indah seperti ini? Lebih cantik dari lukisan mentari di kala senja. Donghae berharap senyuman itu takkan lagi ditelan kepedihan.

“Mianhae” ujar Yonghoon lembut. Tampaknya ia sadar akan kebodohannya. Memang disitulah kelemahan Yonghoon. Ia selalu tertindak tanpa berpikir panjang.

“Dwaeseo! Yang harus kau pikirkan sekarang adalah hidupmu. Sudah tiba saatnya untukmu bahagia Hoonie.”

Benar. Cukup sudah kepahitan yang selama ini ia telan. Mulai sekarang, bolehkah Yonghoon menyesap sedikit rasa manis kehidupan yang coba Tuhan tawarkan? Ayolah… Selama napas masih di kandung badan, maka roda kehidupan pasti akan terus berputar. Mungkin inilah saatnya Yonghoon mulai merangkak naik menuju titik puncak.

“Yonghoon-ah, berjanjilah padaku! Mulai hari ini kau akan hidup bahagia. Jangan biarkan siapapun termasuk Kyuhyun menyakitimu. Namun jika itu terjadi, datanglah padaku! Aku akan selalu ada untukmu”

“Heheeiii… Tuan Lee, apa kau malaikat yang sengaja Tuhan kirimkan padaku, eoh? Kalau memang begitu, maka tunjukkan sayapmu! Cepat!! Aku ingin melihatnya”

“Yaa!!!”

Dasar gadis gila! Tak sadarkah dia bahwa Donghae tengah berusaha menyapaikan perasaannya? Yahh, meski terdengar seperti bualan tapi justru itu keluar dari lubuk hati yang terdalam. Andai ia bisa menyampaikannya secara langsung, pasti itu akan terlihat keren. Tapi dalam situasi seperti ini? Yang benar saja! Itu sama artinya dengan menuang setitik nila pada susu sebelanga. Sudah cukup! Tinggal selangkah lagi Yonghoon mencapai kebahagiaan, mana mungkin Donghae tega mengacaukannya dengan sebuah pernyataan cinta.

Tukk…tukk…tukk…

Ketukan di sisi luar kaca mobil berhasil mengintrupsi perdebatan kecil mereka. Melalui ekor matanya, Yonghoon mendapati sosok menyebalkan yang membuatnya nyaris gila, lengkap dengan raut cemas terpampang di paras tampannya.

“Wae?” dengan nada sedatar papan setelah ia membuka jendela, Yonghoon bertanya seolah tak terjadi apapun.

“Turunlah! Akan kujelaskan semuanya padamu” masih dengan tampang gelisah, Kyuhyun bertingkah seolah takkan ada lagi kesempatan selain saat ini.

“Tidak perlu!”

Sial, ini bukan saatnya bercanda Nona. Kyuhyun yang terlanjur kalap langsung membuka pintu mobil dan menyeret Yonghoon keluar. Gadis itu hanya menurut dengan sesekali menggerutu. Sedangkan Donghae, memutar matanya malas karena tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Aku ingin kau mendengar semua penjelasanku, Yonghoon-ah” Heol, keajaiban apa ini? Tampaknya Cho Kyuhyun yang arogant kini telah musnah. Tak ada lagi nada dingin yang biasa ia tunjunkan.

“Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan! Aku sudah tahu semuanya” berbeda dengan Yonghoon. Entah dari mana ide gila itu muncul, gadis yang kini melipat kedua tangannya angkuh didepan dada itu berniat melancarkan satu aksi bulus terhadap Kyuhyun.

“Dengan otak sempitmu itu, kuyakin kau pasti salah paham. Jadi cukup dengarkan dan jangan menyelaku!”

“Sudah kubilang tidak perlu Cho Kyu….”

Pletakk…. Pletakk….

“Aahhhkk…”

Bagus Tuan lee! Harusnya lakukan itu sejak tadi. “Cari tempat lain jika ingin bertengkar? Apa kalian tidak malu dilihat semua orang?” Keduanya meringis menahan ngilu di ujung kepala. Donghae tak habis pikir, cukup katakan apa yang ingin mereka katakan, tapi mengapa malah bertengkar seperti bocah?

“Dia sudah tahu Kyu. Sudah ku jelaskan semua padanya. Jadi sekarang cepat selesaikan urusan kalian! Tapi ingat! Aku tak ingin mendengar pertengkaran lagi, mengerti? Aku pergi”

Ohh lihat gayanya! Dia seperti seorang hakim saja. Tapi Kyuhyun yang kesal melihat tingkah Donghae itu kini hanya bisa mengutuk dalam hati. Walau bagaimanapun dia harus berterimakasih karena Donghae ada di situasi seperti ini, dengan begitu Yonghoon takkan pergi membawa kesalahpahaman lagi.

“Oppa!!”

Grepp…

“Yaaaa!!!” Demi Tuhan. Kyuhyun serasa ingin meledak sekarang. Bagaimana bisa gadis itu memeluk pria lain didepan matanya? Yonghoon seolah tak peduli dengan keberadaan dirinya disana.

“Aku menyayangimu, oppa”

Mendengar kalimat itu, Donghae yang sejak tadi membeku kini mulai mengutus lengan kekarnya perlahan mendekap Yonghoon. Membalas pelukan tubuh mungil itu dengan rengkuhan hangat nan tulus. Ikut merasakan betapa bahagianya gadis yang kini masih betah menyembunyikan senyuman manis di balik dada bidangnya itu.

“Yaa!! Ya!! Yaa!! Gheumanhera, eoh!!” tampak sekali Kyuhyun tak tahan melihat adegan menyebalkan itu. Mungkin jika ditahan lima menit lagi, ia bisa terserang darah tinggi. Kyuhyun buru-buru menarik Yonghoon hingga pelukan mesra itu terlepas. “Hyung kha, palli kha eoh?! Kha!!” usirnya

Kekanakan sekali. Tapi beginilah Kyuhyun jika sudah berurusan dengan masalah hati. Terlebih gadis yang ia cintai kini adalah Yonghoon, bukan gadis yang baru ia kenal salama satu atau dua tahun. Tapi dia adalah gadis yang tumbuh besar bersamanya, gadis yang melewatkan hampir setiap detik dan menit bersamanya. Dia bukanlah tempat yang tepat jika Kyuhyun ingin menjaga image seperti yang ia lakukan didepan gadis lain, karena Yonghoon tahu segalanya. Yonghoon tahu semua tentang dirinya.

“Kajja! Acara belum selesai, jadi kita harus kembali” titah Kyuhyun sembari mengggandeng tangan Yonghoon mesra. Berusaha menjadi pria hangat agar gadis itu merasa nyaman disisinya, namun…

“Shireo”

Kyuhyun jelas mlongo kala Yonghoon menepis tautan jemarinya “Wae?”

“Aku terlanjur malu untuk kembali kesana” Tentu saja! Mengingat kedatangan Yonghoon beserta tindakan konyol yang cukup menjadi pusat perhatian para tamu, mana mungkin dia berani menampakkan muka lagi dihadapan mereka.

“Silahkan saja kalau kau ingin kembali, tapi aku mau pulang dan istirahat dirumah. Aku lelah sekali”

Ohh batapa Kyuhyun ingin menelan gadis itu hidup-hidup. Jika memang Yonghoon sadar atas kesalahannya, bukankah lebih baik ia kembali untuk sekedar meminta maaf pada Hyorin atas apa yang terjadi? Atau setidaknya ucapan selamat atas pernikahan sebagai bentuk basa-basi, tapi… ahh sudahlah. Ceramah hingga mulut Kyuhyun berbusa sekalipun, belum tentu gadis itu mau menurutinya. Yang ada mereka akan kembali bertengkar.

~ ~ ~ ~

Cahaya senja masuk perlahan melalui celah-celah tirai jendela. Seolah mereka penasaran dengan apa yang terjadi sesungguhnya di dalam sana. Sebuah kamar yang hingga kini masih terasa sunyi, padahal terdapat dua anak manusia masih dengan detak jantung serta napas teratur didalam tubuhnya.

Cho Kyuhyun, disinilah dia berada saat ini. Sebuah ranjang besar yang pernah menjadi saksi bisu akan dinginnya mahligai pernikahan. Entah sudah berapa lama lengkungan manis itu bertengger dibibir Kyuhyun. Melihat gadis itu tertidur pulas didalam pelukannya, Kyuhyun serasa hidup di surga bersama peri cantik dambaan hatinya. Tak peduli lagi dengan acara pernikahan Hyorin, dia hanya ingin bersama Yonghoon sekarang. Dan benar saja, sesampainya dirumah ia rela menemani Yonghoon yang terlelap hingga berjam-jam, tanpa niatan untuk beranjak sedikitpun. Cukup diam memandangi paras cantik yang amat ia rindukan. Apa ini terkesan gila? Ohh…Tentu saja tidak bagi Kyuhyun. Bahkan mendekap Yonghoon hingga semalam suntukpun serasa belum mampu membayar kerinduannya pada gadis itu.

Dalam hati yang terdalam, lewat senyuman tulus yang terukir di wajahnya, Kyuhyun mulai berseru pada Tuhan. Menyampaikan berjuta rasa penyesalan, atas apa yang telah ia perbuat di masa lalu. Mengabaikan rencana indah yang sengaja Tuhan gariskan untuknya hidup bahagia.

Jika saja ia tahu akan seperti ini jadinya. Jika saja ia tahu betapa manis akhir kisah perjalanan hidupnya, mungkin Kyuhyun takkan mau bertolak pada jalur semula. Ia baru sadar, bersama Yonghoonlah kebahagian yang sesungguhnya dapat tercipta. Bahkan hanya dengan melihat senyumnya lagi, Kyuhyun serasa hidup kembali. Ia merasa bodoh karena mati-matian menolaknya dulu. Kini ia wajib bersyukur, bahkan setelah apa yang dia lakukan, Tuhan masih memberinya satu kesempatan. Maka dari itu dalam hati Kyuhyun berjanji, ia takkan pernah lari dari takdir.

Gadis itu menggeliat kecil saat rengkuhan Kyuhyun terasa semakin erat pada tubuhnya. Dengan sesekali kecupan hangat mendarat di puncak kepala Yonghoon, pria itu tak henti mendendangkan rasa syukur dalam benaknya. Yonghoon pun terjaga, perlahan ia mulai membuka mata. Sedikit heran saat disuguhi tingkah aneh serta senyuman menggelikan dari Kyuhyun. Rasanya seperti mimpi ia berada dalam situasi ini.

“Waeyo?” Tanya Yonghoon sedikit curiga.

“Aniyo, aku hanya sedang bahagia. Bisa memelukmu lagi seperti ini, aku merasa kembali bernyawa”

Senyuman itu kini merembet ke bibir Yonghoon. Merasakan ketulusan yang mendalam saat bibir Kyuhyun perlahan mengecup lembut dahinya. Sebuah kasih sayang yang tulus serta cinta yang sesungguhnya, kini mulai Kyuhyun berikan hanya pada dirinya. Yonghoon berharap mulai detik ini mereka akan terus bersama, membangun keluarga kecil yang bahagia. Melewati suka dan duka kehidupan dengan bergandengan tangan. Bersama selamanya.

“Yonghoon-ah, berjanjilah kau takkan pernah meninggalkanku”

“Mwo?? Kau yang harusnya…”

“Ssshhhtt… cukup jawab saja!”

Masih sama. Selembut apapun seorang Cho Kyuhyun, tampaknya sifat pemaksa itu tak berkurang sedikitpun. Masih mengalir di setiap pembuluh darah dalam tubuhnya. Tapi mau bagaimana lagi, itu resiko yang harus kau ambil Nona.

“Hahh… Baiklah, aku berjanji” kata Yonghoon pasrah.

“Eoh??” Yonghoon bingung saat Kyuhyun tiba-tiba bangkit dan duduk bersilah dihadapannya. Namun ia yang terlalu malas bergerak, cukup berbaring dan mendengarkan pria itu bicara. Kira-kira apa lagi maunya sekarang?

“Nada bicaramu terkesan setengah hati” Astaga Cho Kyuhyun, haruskan hal seperti itu dipermasalahkan? Seperti anak kecil saja!

Yonghoon membuang napas jengah saat Kyuhyun kembali berulah. Dalam hati ia bertanya. Tuhan, Engkau kemanakan pria bermarga Cho yang terkenal akan kejeniusannya dalam berbagai bidang? Yang ada kini hanya seorang pria idiot yang sangat kekanakan. Harusnya Kyuhyun tahu, setelah lepas dari lika-liku cinta serta kehidupan suram, masihkah Yonghoon sanggup beranjak pergi? Tidak tuan, ia sudah terlalu lelah. Gadis itu kini tak punya sedikitpun tenaga meski sekedar untuk menjauh darimu. Bahkan mungkin jika kau menyakitinya sekali lagi, dia akan mati.

“Apa aku pernah bercanda dalam urusan seperti ini Cho Kyuhyun?”

“Entahlah… tapi yang jelas aku masih belum percaya”

“Ck… terserah kau saja!” gadis itu kesal. Percuma bicara dengan orang keras kepala, ia lebih tertarik membungkus lagi tubuhnya dengan selimut tebal sambil bergerak membelakangi Kyuhyun.

Sedangkan pria itu masih diam, memutar otak mencari cara agar Yonghoon tetap disisinya. Hingga satu ide brilliant muncul, ia lantas bergerak mendekati gadis itu. “Hoonie-ah” panggil Kyuhyun lembut seraya menggiring tangan kanannya melingkar erat di perut Yonghoon, namun gadis itu masih diam. Bukan berarti tak peduli, hanya saja ia perlu sedikit waspada. Entahlah, tiba-tiba Yonghoon merasa dalam bahaya.

“Yonghoon-ah, bagaimana bila kita lakukan ‘itu’ ”

Damn! Benar dugaan Yonghoon. “Michoseo?”

“Waeee? Itu satu-satunya cara agar kita terikat selamanya. Supaya kau tak main kabur lagi seperti dulu”

Yonghoon yang tak terima pun langsung bangkit. Pria menyebalkan itu coba menggunakan cara kotor untuk mengikatnya? Sial. “Aku tidak mau! Enak saja. Bagaimana jika suatu saat aku hamil, tapi kau malah pergi dengan gadis lain? Andwae! Jeolte andwae!”

“Ya!! Kau pikir aku pria macam apa hah?”

“Siapa suruh kau gunakan alasan macam itu?”

“Aku hanya tak ingin kau pergi Hoonie. Lagi pula aku meminta apa yang memang boleh ku minta. Kau kira mudah hidup bahkan tidur bersama seorang wanita tanpa berbuat apapun dalam jangka waktu yang lama?”

“Mwo? Jadi selama ini kau…”

Ohh My God, situasi macam apa ini. Moment romantic yang harusnya tercipta mengapa berubah lanyaknya medan perang? Ayolah, ini saat yang tepat untuk saling memadu kasih berpadu rindu. Tapi berkat emosi labil serta ketidak-sinkronan antara mulut dan hati masing-masing, maka beginilah jadinya.

Sudahlah biarkan saja mereka. Biarkan mereka berdebat hingga lelah sendiri nantinya. Yang patut dipertanyakan sekarang adalah, mengapa ada pasangan seaneh itu? Layaknya dua magnet dengan kutub yang sama, mereka akan saling tendang bila dipersatukan. Tapi lihat jika salah satu dari mereka berbalik dan pergi menjauh, sisi yang lain akan menariknya sekuat tenaga hingga takkan ada lagi jarak diantara mereka.

Yahh mungkin itu akan menjadi cerita unik dibalik rencana indah Tuhan. Mungkin memang seperti itulah cara mereka saling memadu cinta. Lihat saja sampai sejauh mana mereka akan bertahan. Tapi semoga, Tuhan selalu memberkati keduanya. Menjadikan mereka sebagai pasangan dengan cerita kehidupan yang menarik disetiap detiknya.

 

END

Akhirnya selesai dengan ending yang tak bernyawa… hahaha… 😀

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk teman-teman yang rela membuang waktu demi berkencan dengan HoonieKyu disini. Jika tak ada kalian, cerita abal-abal ini tak kan ada artinya. Terima kasih pula untuk seseorang sudah terlalu rajin menguber-uber saya hingga akhirnya ff ini pun berhasil tamat -_- Dan special ‘ThanKyu’ untuk mereka yang sudah rela saya aniaya bahkan dari awal hingga akhir episode. #HoonieKyu. Maaf karena telah membuat kalian menunggu lama chingu. See you all, Saranghae…

Salam kecup dari Kyuhyun :*

Cast:

 aa

Song Yonghoon

ee

Cho Kyuhyun

bb

Lee Hyorin

cc

Lee Donghae

dd

Kim Jongwoon