that fix

~Geudae du nun… nareul bogo~

~Dalkomhage otneyo~

~Haeyojideon… geu naredo~

~Nareul bogo utneyo~

(Super Junior’s  Kyuhyun : Smile)

 

Deretan syair yang terasa pilu, serta paduan nada yang terlampau syahdu, tengah diputar oleh sang pramusaji dalam cafe berlabel ‘Coffee Milk’ itu. Sengaja ia gunakan sebagai pengiring bincang ria dari para mengunjungnya, ditengah suasana gerimis mendung di malam yang dingin.

Didalam café mungil itulah Park Haejin, pria bersenyum malaikat yang masih setia mendengar keluh kesah yang terkurung lama dalam benak seorang gadis dihadapannya.

“Jadi karena itu Kyuhyun marah padamu?”

Song Yonghoon, siapa lagi gadis yang belakangan kerap mencuri waktu dan perhatian seorang Park Haejin. Sosok rupawan itu bahkan rela melibatkan diri langsung pada perkara yang membelit gadis malang itu. Seperti sekarang misalnya, setelah mengantar Yonghoon menjenguk pria tak tahu diri yang enggan ia sebut namanya itu di rumah sakit, kini Haejin masih membuntutinya. Namun siapa sangka malah berujung pada sebuah pengakuan Yonghoon yang menumbuhkan penyesalan Haejin.

“Aku tak bermaksud merusak acara kalian saat itu, mianhae…”

“Bukan… bukan begitu maksudku Sunbae. Lagipula itu memang salahku. Aku yang tidak sengaja melupakannya”

Tentu yang mereka bicarakan adalah kejadian tepat di hari naas Kyuhyun. Yonghoon baru selesai dengan rangkuman singkatnya tentang penyebab Kyuhyun marah besar kemudian pergi dan berakhir dengan nasib malang itu.

“Lalu, mengapa kau malah setuju dengan ide gilaku?”

Yonghoon tersenyum tipis. Diletakkannya lagi Americano yang baru disesap beberapa kali. Haejin tampak setia menunggu jawaban gadis pecinta kopi yang kini mulai menunjukkan roman berbeda di wajahnya. Semacam garis kekesalan yang timbul dalam sorotan kedua benih sayunya.

“Kesabaran seseorang pastilah memiliki batas dan aku tak mau lagi terbelenggu dalam kesakitan ini. Apapun caranya, aku ingin ingatan Kyuhyun kembali”

“Ya, aku mengerti perasaanmu Yonghoon-ah”

“Tapi Sunbae, bisakah kita ubah sedikit alurnya?”

“Maksudmu?”

“Menjadi kekasihmu, kurasa itu sedikit…ee…”

“Kau keberatan meski hanya berpura-pura?”

“Bukan begitu, hanya saja…”

Bagus, Yonghoon terjebak dalam situasi rumit yang ia ciptakan sendiri. Kini bahasa apa yang harus dilontarkannya tanpa sedikitpun menyinggung perasaan Haejin?

“Hmmhh…”

Yonghoon masih memutar otak kala kekehan itu datang membuyarkan konsentrasinya. Haejin tertawa? Kenapa? Adakah yang lucu disana?

“Aku hanya bercanda, mengapa kau anggap serius?” katanya dengan setengah mati menahan tawa melihat tampang idiot yang untuk pertama kalinya ia temukan diwajah tanpa cela seorang Yonghoon. Gadis itu masih shock. Ada sejenis setan yang lebih menyebalkan dari iblis bernama Kyuhyun rupanya.

“Aku tahu maksudmu, dan memang setelah kupikir itu sangat tidak masuk akal” Pada akhirnya mereka serempak menertawakan ide gila yang nyaris saja terlaksana.

~ ~ ~ ~

Pagi yang cerah saat Kyuhyun tiba di plataran parkir kampus tercinta. Ia pun segera memilih area kosong untuk menempatkan Audi hitamnya. Ini kali pertama dirinya masuk setelah tiga hari dua malam dikurung dalam ruang pengap beraroma obat dengan jarum infuse menancap di salah satu lengannya. Kyuhyun bahkan tak mengerti mengapa harus dirawat begitu lama selagi ia merasa baik-baik saja.

Kyuhyun baru akan meninggalkan mobilnya saat tanpa sengaja sebuah objek menarik perhatiannya. Disana, tepatnya di ujung parkiran sisi kanan, ia melihat Yonghoon keluar dari sebuah mobil berwarna putih. Sempat menerka siapa  gerangan yang ditumpangi gadisnya itu dan ternyata dugaan Kyuhyun benar.

Park Haejin, pria yang belakangan sempat memicu tekanan darahnya, muncul tak lama kemudian dari sisi kemudi mobil tersebut. Langkah mereka tampak beriringan memasuki gedung kampus tanpa peduli puluhan pasang mata menandang penuh tanya. Bagaimana tidak? Ini merupakan kejadian langka dimana seorang Park Haejin datang bersama wanita.

Siapa yang tak kenal sosok Haejin? Pria tampan dengan otak cemerlang yang selama ini menjadi kebanggaan para dosen, sekaligus termasuk deretan pria yang paling diincar oleh para gadis Kyunghee. Tentu saja ini akan menjadi kabar buruk bagi mereka semua.

Tak ubahnya Kyuhyun. Pria itu masih diam merasakan kemelut dalam diri berkat adegan yang baru ditontonnya. Tak percaya bila di belakangnya Yonghoon tega melakukan ini. Ohh? Karena itukah Yonghoon tak menjenguknya lagi di rumah sakit? Asal tahu saja bahwa Kyuhyun sejatinya mengharap kedatangan gadis itu. Tapi cukup seorang diri! Jangan lagi membawa serta orang lain terlebih lelaki bermarga Park itu. Ada hal penting yang ingin Kyuhyun sampaikan andai ia datang, namun sayang sekali. Mungkin Yonghoon sakit hati dengan perkataannya tempo hari.

Ahh sial… Kyuhyun merasakan hatinya diremas lalu dibuang ke tong sampah. Layaknya benda usang yang tak lagi diperlukan. Yonghoon seakan mulai lelah dan menyerah akan dirinya. Tapi bagaimanapun, ia tak boleh berpaling begitu saja bukan? Apa dia melupakan arti cicin yang melingkar di jari manisnya? Ohh astaga, kepala Kyuhyun mendadak pening kala memikirkan hal itu.

~ ~ ~ ~

“Sunbae, mereka terus memandangi kita”

Yonghoon berujar dengan nada bisikan. Sejak pertama menginjakan kaki di kampus pagi ini, hawa dingin serta aura gelap seolah terus mengincar dirinya. Mungkin itu berkat tatapan semua orang. Yonghoon merasa seperti bekas narapidana yang baru dilepas dari pejara, dimana orang-orang akan memandanganya dengan tatapan risih. Berbanding terbalik dengan senyum lebar yang mereka tujukan pada pria disampingnya itu.

“Tenanglah, jangan pedulikan mereka!”

Gadis itu mengutuk sikap santai Haejin. Bagaimana bisa tenang jika para gadis disana menatapnya seolah hendak mencincang habis tubuhnya? “Tapi Sunbae, sepertinya lebih baik kita…”

“Yonghoon-ah…”

Demi Tuhan ia nyaris jantungan saat Haejin berhenti dan menarik pundaknya hingga mereka saling berhadapan. Tak hanya itu saja, bahkan ia menurunkan wajahnya hingga beberapa senti hanya untuk menatap kedua iris coklat Yonghoon. Tebak bagaimana situasi disekitarnya kala itu! Tapi jangan harap Haejin akan peduli.

“Biarkan saja! Kau tak perlu cemas dengan pandangan semua orang. Memang mereka paham apa yang sedang kau alami hingga bertindak seperti ini?” Gadis itupun menggeleng. “Jadi masihkah mereka layak dipedulikan?”

Ommo… Terdengar seperti bisikan setan. Sungguh tak sepadan dengan senyum malaikat yang kini ditebarkannya pada semua orang. Yonghoon seolah dihadapkan pada sisi lain dari seorang Park Haejin. Daebak… Apa orang lain tahu tentang hal ini?

“Yonghoon-ah!!”

Seruan itu bermuara tak jauh dari gedung Perpustakaan. Dimana sosok Jisun lengkap dengan earphone bersarang diteliga kini melambai-lambai kearah mereka. Gadis berambut ikal itu meminta Yonghoon untuk datang menghampirinya. “Eoh, Jisun-ie. Gidareyo!!”

“Kalian mau ke Perpus?” tanya Haejin.

“Ne Sunbae. Kau duluan saja! Sampai bertemu nanti”

“Eoh, arraseo”

Dengan langkah ringan Yonghoon beranjak pergi. Meski sejatinya tak luput dari incaran tiap pasang mata, namun siapa peduli? Seperti kata Haejin tadi, mereka bukanlah hal yang layak ditakutkan.

Baru ia sampai di tempat Jisun berdiri, saat temannya itu malah menarik dirinya pergi. “Ya!! Mau kemana?” Bukan lagi Perpustakaan seperti tujuan semula, Jisun malah membawanya ketempat yang sepi.

“Yonghoon-ah, kau harus jawab pertanyaanku!”

Lihat gayanya! Dia berlagak seolah detektif yang siap dengan segala macam introgasi. Tak seperti Jisun yang kini tampak semangat, Yonghoon hanya pasrah menanggapi tingkah sahabat yang satu ini. “Mwonde?”

“Kau datang bersama Haejin Sunbae?” Binggo! Tepat sesuai dugaan Yonghoon.

“Eoh, wae?”

“Micheoseo?!”

“Apa tidak boleh?”

“Kau tidak peduli pada Kyuhyun?”

“Memang dia peduli padaku?”

“Mwo?? Wahhh… Daebak! Kau pasti sudah gila”

Yang benar saja! Kemana perginya Yonghoon yang selalu memuja sosok itu. Gadis yang lebih mementingkan perasaan Kyuhyun hingga kadang ia melupakan dirinya sendiri. Terus saja membelanya walau apapun yang terjadi. Bahkan saat Kyuhyun mulai bertingkah sejak ingatannya hilang Yonghoon pun masih peduli meski hatinya tersakiti, tapi apa yang Jisun lihat sekarang sungguh tidak masuk akal.

“Kita lihat saja bagaimana reaksinya jika aku bersikap seperti ini”

Itu lebih terdengar seperti genderang perang. Yonghoon tampaknya siap dengan segala sandiwara yang hendak ia mainkan. Meski terkesan buruk dimata orang lain bahkan termasuk Kyuhyun, tapi yang ia lakukan semata-mata demi kesembuhan pria itu.

“Yonghoon-ah, jangan bilang kau sengaja melakukannya” Jisun mulai curiga. Tapi apa tanggapan Yonghoon? Gadis itu hanya tersenyum lebar kearahnya. “Ya!! Eodiga? Jawab dulu pertanyaanku!!”

“Kajjaaa!! Kau tak ingin Prof. Jung menelanmu hidup-hidup bukan?”

Benar juga! Jisun menatap benda mungil yang melilit pergelangan tangannya, sebelum memutuskan lari mengejar Yonghoon yang lebih dulu pergi.

“Ya!! Khajiga!!”

~ ~ ~ ~

“Kali ini kita cukupkan sekian, sampai bertemu lagi di lain kesempatan”

Adalah kalimat terakhir Dosen Kim sebelum pergi meninggalkan ruang kelas. Sepertinya baru sekali ini mata kuliah Mikro Ekonomi terasa bagaikan surga. Bukan karena materinya yang mudah diterima, tapi lebih kepada siapa yang menyampaikannya. Dosen Kim, atau boleh siapapun asal bukan Profesor menyebalkan bermarga Jung itu. Sekali saja dia absen rasanya cukup membuat mereka bernapas lega.

Masih sekitar setengah jam lagi hingga kelas berikutnya dimulai. Sebagian memilih keluar namun ada pula yang tetap tinggal dikelas. Seperti Jisun yang kini sibuk berselancar didunia maya dengan tab kesayangannya. Kembali pada hobinya memantau perkembangan fashion yang tengah menjadi trend di kalangan muda. Yahh maklum saja, gadis pecinta fashion itu memang tak boleh ketinggalan berita demi kelangsungan bisnis butiknya. Tapi itu soal Jisun. Lalu bagaimana dengan gadis disampingnya yang sejak tadi mendengus sebal karena diacuhkan? Song Yonghoon, ia paling benci ketika Jisun mulai tenggelam bersama benda pipih nan lebar itu.

“Aku ingin minuman dingin” rengeknya disela kebosanan yang melanda.

“Belikan satu juga untukku!” kicau Jisun dengan tanpa menoleh sedikitpun. Menyebalkan, padahal Yonghoon berniat mengalihkan perhatiannya dari benda kotak itu. Namun kembali pada seorang Jisun yang memang keras kepala, jadi sepertinya itu percuma.

“Arraseo!”

Dengan berat hati Yonghoon akhirnya pergi seorang diri. Itu lebih baik ketimbang mati bosan didalam sana. Lagipula ia memang butuh sesuatu agar matanya kembali terjaga. Dua jam lebih mendengarkan ceramah Dosen Kim rasanya seperti lullaby yang biasa ia dengar sewaktu kecil. Jadi mungkin sedikit cafein akan sangat berguna baginya.

Gadis pecinta kopi itu langkahnya terhenti pada sebuah mesin minuman otomatis. Tak lama kemudian dua kaleng berbeda jenis pun keluar setelah ia memasukan beberapa koin. Tanpa tunggu lama Yonghoon segera membuka penutup kaleng itu lalu meminumnya tanpa ragu. Yahh… Dari dulu Cappuchino dingin memang yang terbaik, setidaknya bagi seorang Yonghoon. Ia pun segera berbalik hendak menuju kelasnya lagi, namun apa yang terjadi hingga langahnya tiba-tiba terhenti?

“Kyuhyun-ah…”

Ya… Disana, tepatnya beberapa langkah kedepan. Tak sengaja ia mendapati pria beriris kelam itu menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. Hingga sekian detik berselang, Yonghoon yang tak kunjung paham arti sorotan Kyuhyun akhirnya memutuskan menghampiri pria itu.

“Jal jinesseo, Kyu?”

Setengah mati Yonghoon menahan diri tak berhambur memeluk tubuh tegap yang belakangan membuatnya tersiksa karena sangat merindukannya. Bahkan kini meski sosoknya tepat di depan mata, Yonghoon tetap tak mampu berbuat apa-apa. Seolah tembok kaca yang membentang kini berusaha menghalangi mereka. Hingga terasa sulit meski hanya ingin menyentuhnya saja. Yonghoon kembali merasakan sesak itu datang pada lubuk hatinya kala Kyuhyun hanya diam tanpa berujar sepatah katapun.

Namun tak lama kemudian, siapa sangka Kyuhyun bergerak meraih kaleng kopi dari genggaman Yonghoon dan menggantinya dengan air mineral dalam botol kecil yang sempat Kyuhyun bawa. Selepasnya ia langsung pergi meninggalkan gadis yang hingga kini masih sulit mengartikan tindakannya itu.

Butuh beberapa saat bagi otak sempit Yonghoon demi mencerna maksud Kyuhyun. Mungkin dia lupa bahwa dulu Kyuhyun membenci kecintaannya terhadap kopi. Bahkan dia selalu mengomel saat Yonghoon memaksa minta minuman bercaffein itu tiap kali mereka kencan. ‘Terlalu banyak mengkonsumsi caffein tidak baik untuk kesehatan’ kurang lebih seperti itulah ceramah singkat Kyuhyun. Yonghoon baru menyadari suatu hal kala untaian kalimat tersebut terngiang dikapala. Bukankah itu ungkapan Kyuhyun dulu? Dulu sekali saat Kyuhyun masih mengingatnya. Astaga…

“Kyu…”

“Yonghoon-ah!!”

Ia baru ingin mencegah kepergian Kyuhyun saat seseorang berlarian kecil menuju kearahnya. “Sunbae…”

Ya, Haejin memang paling tahu saat dimana dia harus datang sebagai pengganggu. Tapi tentu bukan itu yang ia maksud. “Yonghoon-ah, ikutlah denganku sekarang!” titahnya lengkap dengan kaitan erat di lengan Yonghoon.

“Tapi sunbae…”

“Song Yonghoon!”

Nada itu terkesan dingin dan menakutkan. Serta tatapan datar nan kelam Haejin nampaknya cukup membuat Yonghoon mati kutu. Ia sempat bimbang sebelum akhirnya merelakan bayangan Kyuhyun yang kian menjauh, kemudian memilih pasrah dengan tarikan Haejin yang membawanya pergi entah kemana.

Namun sejatinya tanpa mereka sadari, diam-diam Kyuhyun sengaja memperlambat gerak tubuhnya. Berharap gadis itu datang dan menghentikan langkahnya. Terlebih saat sosok Haejin muncul tiba-tiba, Kyuhyun harus tahu bagaimana Yonghoon menyikapinya. Namun saat ia berbalik dan tak lagi menemukan gadis itu disana, Kyuhyun tersenyum miris atas apa yang baru ia harapkan.

~ ~ ~ ~

“Sunbae, wae geuraeyo?”

Yonghoon masih heran mengapa Haejin bersikeras menariknya pergi. Padahal itu tadi kesempatan bagus untuk mengorek sedikit tentang ingatan Kyuhyun, bukan?

“Apa kau berniat melupakan rencana kita?” tandas Haejin setelah melepas lilitan eratnya. Pria bermata elang itu sedikit naik pitam rupanya. Tampak dari sorotan yang meskipun datar namun tetap setajam parang.

“Bukan begitu Sunbae, hanya saja Kyuhyun sedikit aneh. Dia bersikap seolah mulai mengingatku”

“Dan kau percaya begitu saja?”

Layaknya panah yang sengaja dilesatkan dari busurnya. Ungkapan Haejin menegaskan betapa bodohnya Yonghoon saat berurusan dengan Kyuhyun. Ia pasti menelan mentah-mentah setiap apa yang dilakukan pria itu padanya, entah baik ataupun buruk sekalipun.

“Ini bahkan baru dimulai, mengapa kau mudah sekali terpengaruh?”

Memang begitulah Yonghoon. Ia sendiri tak habis pikir dengan dirinya. Layaknya kerbau yang dicocok hidungnya, dengan mudah dia menuruti apa kata orang lain. Tak hanya Kyuhyun, bahkan ketika Haejin datang dengan sebuah rencana gila, ia pun akhirnya menurut begitu saja.

“Bagaimana jika itu hanya akal busuknya agar bisa menyakitimu? Kau harus bersikap tegas jika tak mau kembali terluka Yonghoon-ah”

“Tidak Sunbae! Aku tahu Kyuhyun bukan orang seperti itu. Sekalipun memang dia membenciku, aku yakin dia lebih baik menghindar dan mengacuhkanku seperti dulu”

“Dari mana kau yakin?”

“Aku lebih tahu dia dibandingkan dirimu”

~ ~ ~ ~

Siang itu, entah angin apa yang membuat beberapa mahasiswa berjenis pria mendadak berkumpul pada sebuah meja. Tentu lengkap dengan jatah makan siang mereka. Terlalu sayang jika harus melewatkan hidangan kantin yang menggoda. Tapi yang cukup menjadi perhatian adalah ketika seorang Kyuhyun yang jarang ikut bergabung kini malah terlibat didalamnya. Membuat Yonghoon yang juga tengah menikmati santap siangnya mulai menaruh rasa curiga.

“Bagaimana? Apa kita jadi diundang?” tutur salah satu dari mereka. Tampak pula yang lain antusias seolah menantikan kabar gembira. Tak lama kemudian seorang pria yang biasa di panggil Seojoon mulai mengeluarkan ponsel pintar dari sakunya.

“Chan-chaann… Mereka minta bertemu besok hari Sabtu” katanya sembari memamerkan sebuah pesan singkat tertera pada layar datar itu.

Maka dalam hitungan detik kantin dibuat heboh atas teriakan kompak mereka. Benar bukan? Pasti memang ada sesuatu. Namun disaat semua bersorak, tampak satu diantara mereka hanya melongo tanpa tahu apa-apa.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?”  cicit pria malang yang tak lain adalah Kyuhyun.

Seojoon yang berada tepat disisinya baru sadar bahwa ia melupakan seseorang. “Kyuhyun-ah, kau harus ikut dengan kami besok!”

“Kemana?”

“Suatu acara dimana kau bisa mendapatkan bidadari yang belum pernah kau temui sebelumnya”

“Maksudmu kencan buta?”

“Hei… Jangan menganggapnya seperti itu. Ini lebih menarik dari sekedar kencan buta. Kau tahu siapa lawan main kita? Mereka adalah gadis kalangan atas dari Seoul University”

“Itu sama saja” Memang… Mau dirancang sebagus apapun atau dengan siapapun, kencan buta tetaplah kencan buta dan Kyuhyun paling malas dengan hal itu. Wajar bukan? Bahkan tanpa dia bersusah payah melakukannya, puluhan gadis telah mengantri demi menjadi kekasihnya.

“Terserah, yang jelas kau harus ikut. Lagipula bukankah kau tak punya hubungan lagi dengannya?”

“Maksudmu?”

Lewat satu gerakan dagu saja cukup membuat Kyuhyun tahu siapa maksud Seojoon. Tentunya seseorang yang tengah berada tak jauh dari sana, seorang gadis yang memang diam-diam menjadi intaian Kyuhyun sejak awal. Gadis yang beberapa saat lalu berhasil memporak-porandakan sejumput harapan dalam hati kecilnya.

“Kulihat belakangan ini dia tak mengekorimu lagi, apa kau telah dicampakkan?”

Sungguh, bibir Seojoon sudah layaknya petasan yang membuat telinga Kyuhyun penging hingga terasa kian emosi saja “Tutup mulutmu Park Seojoon!!” tandasnya kuat. Pria berlahan rambut tengah itupun menghentikan aksi ledekannya.

“Arraseo-arraseo… lalu bagaimana? Apa kau mau ikut?”

Sejenak Kyuhyun menimbang tawaran bodoh itu lagi. Meski ia malas, tapi ini mungkin saja akan sedikit berguna. Hanya perlu melihat bagaimana reaksi gadis itu bila mengetahuinya. Akankah ia marah seperti sedia kala? Atau melenggang begitu saja tanpa rasa peduli. Jiwa penasaran itulah yang akhirnya memutuskan pilihan Kyuhyun.

“Baiklah, aku ikut”

“Jinjjaro? Ya…!! Kyuhyun ikut bersama kita besok” teriak Seojoon pada yang lain dan tentu ditanggapi dengan sorakan pula.

Disisi lain, seorang pria bersama senampan hidangan kantinnya tengah berdiri di sisi pintu. Memilah dari sebagian kecil bangku yang kosong untuk ia tempati. Hingga tanpa sengaja fokusnya jatuh pada seseorang yang memang ia cari sejak tadi. Dari situlah, Park Haejin, pria bersurau kecoklatan itu menggiring langkahnya menuju kesana.

“Sunbae!!”

Sayangnya sebuah panggilan datang tiba-tiba, tak lama kemudian bisa dilihat Park Seojoon yang melambai-lambai kearahnya. “Disini saja!” tawarnya. Namun mendapati siapa yang duduk disamping lelaki itu membuat Haejin ingin berlalu begitu saja.

“Kemarilah Sunbae, ada yang ingin kami bicarakan!” tampak Hoobaenya itu tak pantang menyerah. Tapi maaf saja, Haejin terlalu malas jika harus disuguhkan dengan tampang masam yang belakangan memompa tekanan darahnya.

“Nanti saja. Aku kesana dulu”

“Heeeiii… Ayolah Sunbae, ini penting sekali”

Haejin bisa apa bila Seojoon tiba-tiba bangkit dan mendudukannya di bangku kosong itu. Ya, bangku tepat di hadapan Kyuhyun. Sial bukan? Entah mimpi apa dia semalam hingga harus berhadapan dalam situasi menyebalkan ini. Bahkan dengan tak sopannya bocah itu bertingkah seolah tak melihat dirinya disana. Well, itu lebih baik ketimbang harus beradu dengan manik bulat yang membuatnya jengah seketika.

“Sunbae, Sabtu ini apa kau punya waktu?” sambar Seojoon hingga suasana aneh pun terpecahkan.

“Entahlah, aku tidak yakin. Wae?”

“Kau masih ingat dengan perbincangan kita dulu? Gadis-gadis itu bilang ingin bertemu di akhir pekan. Jadi kau harus menepati janjimu!”

Dasar Park Seojoon! Memang kapan terakhir mereka membicarakannya? Itu hampir sebulan yang lalu jika Haejin tak salah hitung. Ia bahkan lupa dengan janji yang pernah dilantunkannya pada pria berbelah rambut tengah itu.

“Janji macam apa?”

“Ayolah, kau tak bermaksud menghindari pertemuan dengan mereka bukan?”

Jadi maksudnya kencan buta? Ohh Tuhan, yang benar saja. Haejin tak percaya jika bukan karena pria sinting yang telah meracuni otaknya itu dulu, mungkin dia tak kan terlibat hal semacam ini. Menggelikan.

“Eottokkae Sunbae?”

Jelas jawabannya “Tidak”

“Wae? Kau bilang bersedia ikut. Sunbae, semakin banyak pria tampan yang datang, reputasi Universitas kita akan semakin melonjak dimata mereka. Lihat! Bahkan Kyuhyun juga ikut”

“Uhukk…”

Tatapan mereka terlempar pada pria yang tersedak saat namanya tiba-tiba disebut. Memang sialan si Seojoon itu. Dia berniat membenamkan harga diri Kyuhyun dalam kubangan lumpur di hadapan musuhnya sendiri. Hebat bukan?

Tanpa sengaja kedua pasangan mata mereka bertemu. Kilatan tajam Kyuhyun kian beradu dengan sorotan datar nan beku yang menjadi ciri khas seorang Haejin. Hingga satu dari sudut bibirnya samar terangkat, Kyuhyun yang mendapati seriangai menyebalkan itu sadar akan sebuah peringatan.

“Maaf saja. Aku hanya tak ingin menyakiti seseorang” tuturnya ringan tapi mengandung arti tajam, masih dengan senyuman miring dan focus yang tak bergeser sedikitpun dari bola mata Kyuhyun.

“Ommo, jadi rumor itu benar? Kau sedang dekat dengan seseorang, Sunbae? Siapa dia?”

Tak jauh berbeda, Kyuhyun yang sejatinya paham dengan rencana kotor dalam benak Sunbaenya, tak mau kalah sedikitpun dalam sesi adu tatap mereka. Ia malah makin penasaran dengan ungkapkan pria itu selanjutnya.

“Jangan sekarang! Tunggu sampai aku benar-benar mendapatkannya, aku akan dengan bangga memperkenalkan dia padamu” dan…

Braakkk….

Kursi itu bahkan terjungkal saat Kyuhyun mendorongnya asal demi meraih kemeja Haejin dan menariknya kuat. Entah kekacauan apa yang hendak dibuatnya kali ini, yang jelas ia berhasil merebut perhatian seluruh pengunjung cafetaria. Kyuhyun masih bisa menahan diri saat Haejin mulai berulah dengan berbagai celotehannya. Namun kesabaran seseorang tentu berbatas bukan? Terlebih bagi orang seperti Kyuhyun yang memang menempati level terendah dalam urusan sabar.

“Waeyo? Apa perkataanku menyinggungmu Cho Kyuhyun?”

Pasti ada yang salah dengan keturunan Park itu. Mungkin saja dia sudah gila. Jelas-jelas tahu dirinya dalam bahaya, tapi mulutnya masih saja berbisa. “Berengsek kau!!”

Buughh…

Satu pukulan dan cukup mengundang jeritan. Ya, tentunya meluncur dari bibir puluhan wanita pemuja sosok Park Haejin. Mereka shock sekaligus tak terima. Tapi jangan harap Kyuhyun akan peduli. Persetan dengan semua itu, dia hanya perlu melayangkan beberapa pukulan lagi hingga puas, atau syukur-syukur bisa membuat pria sialan itu sadar akan perbuatannya.

Buughh…

Entah keberapa kalinya kepalan keras itu menyapa tulang pipi Haejin. Kyuhyun berubah layaknya monster yang tak bisa dikendalikan. Bahkan cekalan beberapa temannya mampu dia tepis dengan mudah. Haejin salah telah membangunkan iblis yang bersemayam diraga Kyuhyun. Kini dia harus terima ganjaran atas ulah lidahnya.

“Kyuhyun-ah hentikan!”

Yang sungguh tak masuk akal itu ketika pukulan Kyuhyun mendadak berhenti hanya karena sebuah teriakan. Layaknya signal yang melumpuh kinerja syaraf  Kyuhyun, bahkan pria itu kini hanya diam merasakan napas sesak yang masih memburu. Tak lama kemudian titik fokusnya bergerak pada sosok seorang gadis disana. Gadis yang baru saja menarik jiwanya kembali. Mengusir iblis keparat yang sempat menguasai diri Kyuhyun.

“Kenapa berhenti? Lakukan saja seperti biasa kau tak peduli padanya! Bukankah selama ini kau memang…”

“Cukup Sunbae!! Kumohon, hentikan semua ini”

Yonghoon muak dengan tindak provokasi Haejin. Itu malah membuat Kyuhyun semakin buruk dimata orang lain. Kyuhyunnya bukan orang seperti itu? Dia hanya butuh waktu untuk kembali menjadi dia yang dulu. Yonghoon pun sadar cara ini salah. Dan rencana itu? Demi Tuhan, Yonghoon telah salah membawa Haejin masuk dalam urusannya. Hahhh… Lebih baik ia membawa pria itu pergi, sebelum situasi menjadi lebih buruk lagi.

“Ayo Sunbae!”

Diraihnya lengan Haejin dan mulai beranjak pergi. Ia bahkan tak punya nyali meski sekedar melirik bayangan Kyuhyun. Ia malu pada Kyuhyun, malu atas dirinya yang terlampau bodoh hingga menyeret mereka dalam suasana layaknya perang.

“Jadi kau lebih memilihnya?”

Satu kalimat seperti mantra yang membekukan dunia Yonghoon. Termasuk langkah kedua kakinya yang tak mampu lagi berayun. Suara berat Kyuhyun telah menjelma manjadi racun yang mematikan tiap kali ia mendengarnya.

“Bahkan hari itu kau juga memilih pergi dengannya”

Demi Tuhan, apa yang baru saja ia katakan? Kyuhyun mulai bersikap aneh lagi sekarang. Bertingkah layaknya ia telah mengingat semua… ohh astaga!!

“Hari itu?” Yonghoon serasa menemukan titik terang. Tanpa sadar tubuhnya berbalik, menghampiri sosok yang begitu dirindukannya selama ini. Benarkan Kyuhyunnya mulai kembali?

“Ya, hari dimana harusnya kita menghabiskan waktu bersama. Namun kau malah pergi entah kemana”

Dua kalimat saja cukup membuat Yonghoon tak mampu bertutur-kata. Dan sekali lagi tolong katakan padanya bahwa ini nyata, bukan mimpi, halusinasi ataupun semacamnya. Gadis itu kini bahkan sulit menelan ludah. Dia masih terjebak dalam suasana haru, senang, dan setitik rasa kecewa. Jadi Kyuhyun telah mengingatnya? Sejak kapan? Dan mengapa selama ini…

Buughh…

Yonghoon terkejut melihat tubuh Kyuhyun terkapar di depan mata. Ia baru menyadari apa yang terjadi kala mendapati Haejin dengan muka merah padam serta kedua tangan mengepal hendak melancarkan serangan berikutnya. Sekeras apapun Yonghoon mencoba menghentikan Haejin namun apa daya gerak tubuhnya masih kalah cepat, maka sekali lagi pukulan itu mendarat manis di wajah Kyuhyun dan sukses meninggalkan bercak darah di satu sudut bibirnya.

“Andwaeyo, Sunbae!”

Sejatinya Haejin bukanlah sosok yang ringan tangan. Tapi melihat Kyuhyun yang telah membodohi semua orang, terutama Yonghoon yang dibuat begitu menderita, jangan salahkan jika sisi gelapnya mulai bangun. Well, sebenarnya disini siapa yang bersandiwara?

“Ini balasan karena kau telah mempermainkannya”

Haejin bersiap melayangkan satu pukulan terakhir saat Yonghoon tiba-tiba muncul dihadapannya “Sunbae, hentikan!!” dan buughh… Tanpa berniat menghindar tubuh mungil itu akhirnya terlempar akibat hantaman yang cukup keras. Terlambat bagi Haejin untuk menarik kembali pukulannya.

“Yonghoon-ah…”

Seketika Kyuhyun berhambur pada tubuh gadis yang mulai hilang kesadaran itu. Tampak darah segar mengalir dari sudut bibir serta hidungnya. Mendapati Yonghoon terkulai lemas dipangkuannya membuat otak Kyuhyun blank seketika. Yang tersisa hanya kepanikan serta emosi yang memuncak saat tahu Haejin hanya diam saja.

“Berengsek kau Park Haejin!”

“Cho Kyuhyun, cukup!! Lebih baik bawa Yonghoon ke ruang kesehatan sekarang juga!”

Kyuhyun yang bersumpah akan menghabisi pria itu sekarang juga, berhasil disadarkan oleh teriakan Jisun yang ikut panik melihat kondisi Yonghoon. Tak lama kemudian tampaklah Kyuhyun yang berlarian membawa serta Yonghoon dalam gendongannya. Berharap gadisnya itu segera pendapat pertolongan.

~ ~ ~ ~

Rintik air kian berjatuhan dari balik pekatnya awan kala sebagian dari mereka mulai beranjak pulang. Hari semakin sore ditambah cuaca yang enggan bersahabat jadi mungkin kembali kerumah memang pilihan yang terbaik. Sempat terlintas pula hal itu di benak Jisun kala mata kuliah di hari yang panjang ini usai. Tapi bagaimana ia melakukannya sedangkan Song Yonghoon, si gadis belahan jiwanya itu masih tekulai tak berdaya?

Pada akhirnya Jisun memutar arah, mewati lorong kampusnya lagi dan berhenti pada satu ruang yang terlampau sunyi. Dibukanya pintu berwarna gading itu perlahan, langkahnya kian mendekat pada sebuah bilik yang siang tadi sempat ia datangi.

“Dia belum juga sadar?” tuturnya pada seorang pria yang duduk masih terpekur.

Cho Kyuhyun, dia hanya menggeleng pelan. Masih dengan raut yang sama sejak terakhir Jisun meninggalkannya. Menyedihkan, ditambah lagi rona merah kebiruan yang menghiasi sekitar wajahnya, buah dari pertikaian.

“Jangan khawatir! Sebentar lagi dia pasti sadar Kyu”

Ya. Lagipula hanya luka kecil. Yonghoon hanya mendapat plaster di sudut bibir dan hidungnya. Sejatinya ini bukan luka yang bisa menyebabkan pingsan begitu lama. Tapi entah mengapa hingga kini ia masih enggan membuka mata.

Tak lama kemudian ketukan langkah seseorang mulai terdengar. Membuat Jisun dan Kyuhyun saling menatap penuh tanya. Siapakah gerangan yang datang?

Sreeett…

Tirai pembatas bilik pun terbelah dua sisi kanan dan kiri, hingga menampakkan seorang pria yang berdiri kaku disana. Pria yang membuat Kyuhyun tak habis pikir, mengapa masih saja berani menampakkan muka setelah apa yang dilakukannya. Seketika itu pula darah Kyuhyun mendidih kembali.

“Mau apa lagi kau kemari?”

Park Haejin, meski kedatangannya disambut hawa dingin namun tak juga dia bergeming. Hanya terfokus pada sosok yang masih betah berbaring dengan napas teratur serta mata terpejam erat. Kemudian rasa sesak pun datang kala mendapati jejak luka yang tertinggal pada paras cantik Yonghoon. Haejin menyesal karena dialah penyebab dari luka itu.

Song Yonghoon, gadis yang harusnya ia lindungi kini malah terluka olehnya. Lalu apa bedanya dia dengan Kyuhyun sekarang? Mereka sama-sama telah menyakiti Yonghoon. Tak cukup dengan batin yang tersiksa, kini tubuhnya juga harus terluka. Mungkin benar, Haejin tak lagi pantas muncul dihadapannya. Tapi sebelum itu, biarkan dia melakukan satu hal. Sekali lagi saja, tampaknya ada yang harus ia selesaikan.

“Cho Kyuhyun, bisakah kita bicara sebentar?” pintanya tulus meski ia tak yakin pria itu mau mengabulkannya.

~ ~ ~ ~

“Kyu…”

Nada yang lemah, namun cukup menarik Kyuhyun dari alam bawah sadar. Pria yang nyaris tertidur itu kini mulai terjaga setelah merasakan gerakan kecil dari jemari lentik yang masih ia genggam. Kala fokusnya kembali sempurna, ia telah disambut oleh sepasang manic sayu yang semula enggan terbuka.

“Yonghoon-ah…”

Dengan sisa tenaga serta uluran tangan Kyuhyun, gadis itu mencoba duduk. Kepalanya masih pening saat ia memandang sekelilingnya. “Dimana ini?”

“Ruang kesehatan. Kau pingsan setelah Haejin tak sengaja memukulmu” jelas Kyuhyun.

Yonghoon tampak menggiring ingatannya kembali. Sebab apa hingga hal itu terjadi. Mulai dari acara santap siangnya tadi hingga sampai pada kejadian tak mengenakkan yang sempat menjadi tontonan semua orang dan berakhir dangan terbaringnya dia disini. Ya, gadis itu mengingatnya dengan jelas.

“Yonghoon-ah, gwaenchana?”

“Kyu, apa benar kau telah mengingatku?”

Meski sudah tampak jelas, tapi biarkan ia mendengarnya langsung dari Kyuhyun. Satu kata yang pastinya akan menghidupkan lagi dunia yang semula hampa. Sesak tanpa adanya lagi cinta yang ia peroleh dari lelaki itu.

“Ya, ini aku. Kyuhyunmu yang dulu”

Bagaikan mimpi ketika tangan besar itu membelai rambutnya lagi. Menyapa puncak kepalanya dengan sapuan selembut sutra. Yonghoon serasa ditarik kembali ke masa itu. Tak jauh berbeda, hangatnya pun juga masih sama. Dan sampai kapanpun, moment seperti ini akan selalu menjadi favoritnya.

“Kau pasti sangat merindukanku”

Demi Tuhan Cho Kyuhyun, masih berani pula kau mengatakannya? Maka sedetik kemudian ditepislah belaian mesra itu. Jangan tanya mengapa! Kyuhyun tentu tahu apa yang menjadi penyebabnya.

“Nappeunom! Jinjja nappeunom! Tega-teganya kau melupakanku. Apa kau tahu betapa menderitanya diriku atas perlakuanmu?”

Bersama dengan sejumlah umpatan, tetes demi tetes cairan bening itu kini tampak meluncur bebas. Terjun melewati pipi hingga jatuh tepat dipangkuannya. Tangan mungil itu pun tak hanya tinggal diam. Ia gunakan untuk memukul dada Kyuhyun yang bidang. Berharap pria itu merasakan juga sakit yang pernah ia rasakan. Betapa sesaknya saat jantung itu dihantam, meski bukan dengan pukulan seperti yang sedang ia lakukan. Namun cukup dengan perlakuan Kyuhyun padanya selama ini.

“Maaf, aku tak bermaksud melupakanmu. Mianhae, jeongmal mianhae”

Direngkuhnya punggung sempit yang masih senantiasa larut dalam getar kepedihan. Hati Kyuhyun serasa dicambuk tiap kali merasakan napas gadis itu tersengal disela tangisan pilunya. Kyuhyun sadar apa yang telah dia lakukan. Meski tanpa disengaja ia menebar racun pada benih cinta yang disemainya sekian lama.

“Apa karena kau marah padaku?” dengan sepihak gadis itu melepas pelukan Kyuhyun. “Kau melupakanku karena kau marah besar waktu itu bukan? Kyuhyun-ah, sekarang dengarkan penjelasanku! Aku tak mau kau terus salah paham. Jadi saat itu…”

“Sssstt…” racauan Yonghoon ditahan oleh jari telunjuk Kyuhyun. “Tidak perlu. Park Haejin sudah menjelaskan semuanya padaku”

“Semuanya?”

“Mmm… Semuanya, termasuk sandiwara konyol yang kalian perankan. Kau ini bodoh atau apa? Menurut saja pada ide gilanya”

Jujur emosi Kyuhyun sempat meluap saat Haejin membeberkan rencana indah mereka. Bagaimana bisa Yonghoon menurut begitu saja? Apa dia tak memikirkan tentang resikonya? Tapi ayolah! Kembali pada tujuan gadis itu semula, Kyuhyun pun berusaha memahaminya.

“Maaf, itu karena aku benar-benar putus asa. Tak tahu lagi bagaimana mengembalikan ingatanmu”

“Aku tahu, kau pasti takut kehilanganku”

Astaga, apa benturan itu tak cukup berimbas pada ingatan Kyuhyun hingga mempengaruhi tingkat kenarsisannya juga? Setelah sembuh dari amnesia ke-PD-annya malah semakin membabi-buta.

“Kau benar. Aku memang takut kehilanganmu.” Kyuhyun dibuat beku oleh jemari Yonghoon yang perlahan meraih pipinya. Ada apa dengan gadis ini? Bahkan hanya untuk mendengar sebuah kata cinta lolos dari bibir mungilnya itu, dulu Kyuhyun harus memaksanya. “Aku terlalu mencintaimu hingga tak yakin masih bisa hidup bila kau meninggalkanku”

Layaknya sihir yang melambungkan diri seorang ho Kyuhyun. Ia merasa menjadi pria paling sempurna dengan adanya gadis itu disisinya. Song Yonghoon, gadis yang begitu mencintainya. Kurang beruntung apa lagi dia? Perlahan namun pasti, Kyuhyun mulai mendekat pada Yonghoon. Berusaha meraih bibir mungil yang dirindukannya setengah mati. Bahkan kadang sampai nyaris terbawa mimpi.

“Tapi tunggu!!” Pria itu mendengus saat Yonghoon menahan laju tubuhnya. “Sejak kapan kau mulai mengingatku Kyu?” pertanyaan bagus nona. Tentu tak hanya kau yang penasaran dengan hal itu bukan?

“Ck, kau malah merusak suasana”

“Jawab dulu pertanyaanku!”

Cho Kyuhyun yang malang. Terpaksa niat bercumbunya harus tertunda. Mungkin ia lupa kalau soal alibi kekasihnyalah yang paling ahli. Oke, tak masalah jika hanya sekali saja. Lagi pula Yonghoon memang berhak mengetahuiya.

“Baru beberapa hari yang lalu. Tepatnya setelah aku siuman di rumah sakit waktu itu” ungkapnya.

“Mworago?” tak heran bila Yonghoon terkejut. “Lalu mengapa saat itu kau tetap dingin padaku?”

“Kau terlalu banyak tanya rupanya”

Dan chuuu~

Serangan pun datang tiba-tiba. Memang dasar Cho Kyuhyun itu! Bilang saja dia malu mengakui bahwa dulu dia sedang dilahap api cemburu. Bagaimana tidak di moment sepenting itu, saat ia berhasil mendapatkan ingatannya kembali, Yonghoon malah datang bersama pria lain. Terlebih pria itu adalah Park Haejin. Ohh jeongmal!

Hampir semenit sudah kedua bibir itu larut dalam pagutan mesra. Kyuhyun seolah membalas dendam atas hilangnya kesempatan menikmati aroma cherry dari bibir gadis cantiknya. Sensasi menggiurkan yang timbul dari tiap sentuhan basah mereka,  serta rasa manis yang selalu dan akan selalu menjadi candu yang memabukan bagi diri seorang Cho Kyuhyun. Namun ketika napas Yonghoon mulai tersengal, ia terpaksa harus menyudahinya.

Kyuhyun tersenyum melihat bibir Yonghoon yang basah dan memerah, tak jauh berbeda dengan rona yang kini timbul disekitar pipinya. Dan demi apapun rona itulah yang membuatnya kian mempesona. Kyuhyun berniat mengecup bibir itu sekali lagi namun Yonghoon bergerak menahannya.

“Wae?”

Gadis itu hanya tersenyum. Berusaha mengukir senyuman terindah yang pernah dimilikinya, dan hanya di depan Kyuhyunlah ia menampilkannya. Hanya untuk Kyuhyun. Pria yang amat dikasihinya. Tak lama kemudian ia bergerak meraih punggung tegap Kyuhyun. Membawanya dalam dekapan hangat nan mesra, dan disitulah Kyuhyun merasakan tenggelam dalam cinta dan kasih sayang  yang begitu dalam untuk dirinya.

“Kumohon, jangan pernah menyakitiku lagi Kyu!”

Untuk sesaat Kyuhyun terhenyak. Menyakitinya? Ohh demi Tuhan, bunuh saja bila dia berani melakukannya lagi. Ungkapan Yonghoon tak mengaja menggiring ingatan Kyuhyun kembali pada sosok Park Haejin. Atau lebih kepada apa yang pria itu sampaikan padanya.

“Mungkin kali ini aku memang bersandiwara. Tapi jika ku lihat lagi kau menyakitinya, tak menutup kemungkinan bila sandiwara ini akan menjadi nyata”

Baru sekali seumur hidup Kyuhyun merasa tergoncang akibat gertakan pria selain ayahnya. Apa mungkin karena manyangkut Yonghoon? Yahh, bisa saja! Entah betapa hancur hidupnya jika sampai kehilangan gadis itu. Bahkan hanya membayangkannya saja dada Kyuhyun terasa sesak. Jadi maukah dia kembali bermain api?

“Tidak. Aku tidak akan menyakitimu lagi”

Bersama dengan kalimat itu, sebuah janji pun terucap dalam batin Kyuhyun. Bersumpah pada diri sendiri bahwa takkan ada lagi setetes air mata pun yang akan membasahi paras cantik gadisnya. Karena sungguh ia tak sanggup bila harus kehilangannya.

 

 

~End~

 hoonie kyuLovely HoonieKyu

 

Keuttnasseoyo \^o^/ komen juseyo…!