dfbd

~o0o~

~Yonghoon pov~

 

“Ya…!! Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku..!!”

Masih sekuat tenaga meronta saat kedua pria itu menggelandangku masuk ke sebuah mobil besar dengan tampilan luar serba hitam mengkilat. Entah kesialan apa lagi yang kini ku terima, yang jelas aku tak tahu siapa mereka semua.

“Tenanglah nona, kami tak ‘kan menyakitimu. Kau hanya perlu ikut kami ke suatu tempat. Sebentar saja” jelas pria berambut pirang yang kini mencekal erat tangan kananku. Sedangkan seorang wanita didepan sana memilih focus pada kemudi mobil dan mulai melajukannya.

Kalau begitu lepaskan aku!”

Hmm? Sesuai permintaan, mereka serentak membebaskan kedua tanganku. Tapi percuma bila mobil sialan ini mejalu dengan kencang, bagaimana aku bisa kabur? Apa lagi yang bisa dilakukan selain diam meski tak sedikitpun melepas kewaspadaan pada setiap gerakan mereka. Tapi yang aneh adalah tak seperti kasus penculikan yang biasa ku lihat di drama. Dimana sang pelaku membawa perlengkapan semacam senjata tajam atau… entahlah… Yang kulihat di kursi belakang hanya tumpukan baju dan beberapa sepatu pria. Bahkan dilihat dari tampang pun mereka sama seperti orang pada umumnya. Tapi bagaimanapun, mereka telah membawaku secara paksa, itu termasuk tindakan kriminal.

“Kutegaskan sekali lagi! Jika yang kalian incar adalah uang, maka target kalian salah. Aku bukanlah anak seorang berkantong tebal yang bisa dikuras hartanya. Jadi lebih baik turunkan aku dan cari korban yang lebih layak”

“Nona, kami bukan ingin menculikmu. Ada sesorang yang harus kau temui sekarang juga.”

Omong kosong “Kalian pikir aku pejabat? Aku tak pernah memiliki janji dengan siapapun”

“SUDAH DIAM!! Kalian membuatku pusing”

~ ~ ~ ~

Setelah hampir tiga puluh menit perjalanan sunyi berkat satu bentakan dari wanita bertampang garang itu, kini kami berhenti di daerah Cheongdam-dong. ‘SM Entertaiment’ adalah label yang tertera pada gedung yang mereka tuju sambil terus menyeretku. Kalau kata Jisun, tempat ini merupakan sarang para artis terkenal. Lalu, mengapa mereka membawaku kemari? Belum sempat menuai jawaban, mereka kembali menggelandangku masuk ke sebuah ruangan. Benar-benar! Mereka memperlakukanku layaknya tersangka perampokan.

“Nona tunggu disini! Sebentar lagi dia akan datang” Dia? Siapa? Aku tak sehebat itu hingga memiliki seorang kolega dalam gedung semewah ini, asal tahu saja!

Tapi baiklah… Sembari menunggu seseorang yang bahkan tak ku ketahui, pandanganku bergerak mengitari tiap sisi ruangan. Ini lebih tampak seperti ruang latihan. Terdapat cermin besar yang memenuhi dua sisi dinding, juga poster-poster artis yang kurang ku kenal mengingat diriku bukanlah maniak K-Pop seperti Jisun.

Tapi tunggu! “Bukankah itu…”

Seketika mataku melebar. Benarkah pria dalam poster itu adalah Cho Kyuhyun?

“Yahh, kau benar. Itu adalah aku”

Kata seseorang yang entah sejak kapan telah berdiri tak jauh dariku. Seseorang yang merupakan perwujudan asli dari gambar yang baru kulihat. Dan dia adalah pria yang menjadi korban atas kegilaanku semalam. Ohh Tuhan… Jadi karena ini mereka membawaku kemari? Bagus, tamatlah riwayatmu Song Yonghoon. Dia pasti menuntut ganti rugi atas kekacauan yang kuperbuat.

“Baguslah kau sudah datang” ungkap pria bersweater stripe dengan paduan Jeans itu saat masih bersandar di daun pintu. Cukup memandang lipatan tangan di dadanya saja bisa kutebak betapa angkuhnya dia. Namun entah setan gila mana yang hinggap di raga ini hingga saat ia melangkah pelan padaku dengan gayanya yang sialan elegant, tubuhku serasa membeku. Bahkan mataku terlalu enggan menggeres focus darinya meski barang sesenti saja.

Tuhan, bagaimana Kau menciptakan makhluk serupawan dia? Sekalipun tak jarang mendapatinya dalam berbagai pose di posel Jisun, tapi yang kulihat ini lebih menakjubkan. Padahal ia hanya maju beberapa langkah dengan kedua tangan bersembunyi dibalik saku celana, tapi ia tampak begitu mempesona. Tapi tunggu! Astaga, kini bukan saatnya untuk kagum Song Yonghoon! Ohh… Bodohnya diriku.

“Kau pasti tahu maksudku memintamu kemari bukan?”

Tentu saja, dia pasti ingin menuntutku. Tapi ada yang perlu dikoreksi. “Kau menculikku. Bukan memintaku” menyuruh orang untuk menyeretku, apa itu bisa disebut meminta? Yang benar saja!

“Yahh… Terserah apa katamu, yang jelas kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan padaku!”

“Mwo? Memang apa salahku?”

“Kau tak berniat melupakan kejadian semalam bukan, Yonghoon-ssi?”

Sial. Bahkan aku sama sekali tak mengingatnya, bagaimana aku bisa melupakannya? “Aku sedang mabuk saat itu. Jadi mana aku sadar apa yang ku lakukan?”

“Lalu, haruskah kita ulang lagi agar kau ingat? Tidak masalah. Dengan senang hati akan kubantu”

Ommo, senyum macam apa yang kini hinggap wajahnya? Sungguh, terkutuk mereka semua yang pernah memuja seringai mengerikan itu. Coba seberapa lama mereka mampu bertahan jika melihatnya dalam situasi seperti ini. Terlebih saat dia semakin mendekat lagi, membuat jantungku rasanya hendak berlari. Ohh… lebih baik tendang aku ke neraka sekarang juga. Mau apa dia sebenarnya??

~Yonghoon pov end~

Masih dengan mata terpejam serta tubuh mematung ketakutan, Yonghoon tak kunjung merasakan pria itu menjauh. Malah sebaliknya, dia semakin mengikis jarak hingga sapuan napas lembutnya beradu dengan area bibir Yonghoon, alhasil gadis malang itu kian menunduk. Mungkin menarik bagi Kyuhyun hingga ia tak berhenti disitu saja. Dengan kedua tangannya mencoba meraih pundak sempit Yonghoon, hingga berbuah pada pengakuan yang ia harapkan.

“Baiklah! Baiklah! Aku mengaku salah. Aku akan bertanggung jawab atas semuanya” pekik Yonghoon yang masih terpejam dengan dahi berkerut menahan takut. Kyuhyun yang melihatnya bahkan nyaris terbahak.

“Apanya yang lucu?”

“Kau ketakutan seperti aku hendak memakanmu” kata Kyuhyun ditengah kikikan yang kian menggila. Membuat gadis beriris coklat itu semakin muak melihat tingkah lakunya.

“Sekarang katakan apa maumu!”

“Yang ku mau?” Kyuhyun membeo, sesaat kemudian senyumnya mengembang. Inilah saat yang paling dia tunggu. Atau bisa dibilang, dia memang sengaja menciptakan situasi ini agar dapat menyampaikan keinginannya.

“Aku mau kau menjadi kekasihku” Kyuhyun berujar layaknya titah seorang raja.

Meski terdengar seperti sambaran petir, tapi apa Yonghoon terkejut dengan permintaannya? Tidak! Ia malah heran apakah pria berambut jamur itu masih waras atau memang sudah gila.

“Kyuhyun-ssi, menurutmu itu masuk akal?” Dipandang dari sudut teori manapun, itu sama sekali tak terkesan seperti bentuk pertanggungjawaban.

Yonghoon tentu tak terima. Bahkan saling mengenal saja tidak. Bagaimana bisa menjadi sepasang kekasih? Jangan mentang-mentang  Kyuhyun artis terkenal, hingga dengan mudah Yonghoon akan menerima tawarannya. Asal tahu saja, harga diri seorang Yonghoon itu terlampau tinggi, Tuan.

“Lebih baik undang semua media! Aku siap meminta maaf dihadapan mereka semua” itu lebih baik ketimbang dipaksa menjalin hubungan dengan pria yang tidak ia cintai.

“Ya, dan esok harinya duniamu akan habis di tangan para fansku”

Glekk…

Yonghoon mendadak sulit menelah ludah mengingat resiko yang harus ia tanggung. Apa dia lupa seberapa fanatic seorang fans di negaranya? Bahkan puluhan artis memilih mengakhiri hidup karena ulah dari mereka. Lalu bagaimana dengan Yonghoon? Apa dia rela hidupnya berakhir begitu saja? Bahkan dia belum meraih gelar sarjana seperti yang selama ini diimpikan kedua orang tuanya.

“Aa… apa kau punya cara lain agar masalah ini selesai?” ujar Yonghoon dengan nyali yang tinggal seujung kuku jari.

“Aku tidak memintamu menyelesaikannya, bagaimanapun ini terlanjur menyebar luas”

Pernyataan Kyuhyun membuatnya kian merasa bersalah. Sampai tak habis pikir dosa macam apa yang dulu ia perbuat hingga Tuhan menghukumnya dengan cara seperti ini. “Lalu apa yang harus kita lakukan?”

“Tak ada cara lagi selain berpura-pura menjadi kekasihku, dan untuk selebihnya kau tak perlu khawatir karena aku yang akan mengurusnya” Kyuhyun berusaha menenangkan gadis malang itu. Tapi walau bagaimanapun dia tetap berandil dalam masalah ini bukan? Jadi memang sudah seharusnya Kyuhyun ikut bertanggungjawab.

“Setidaknya berikan alasan mengapa harus dengan cara ini? Aku sungguh tak mengerti.”

“Kau tidak perlu tahu. Cukup lakukan saja! Ini perintah”

“Ya…!! Siapa kau hingga berani memerintahku?”

“Aku? Aku adalah korban dari tindak senonohmu semalam, sekaligus orang yang berhak menuntut ganti rugi atas apa yang terjadi. Apa kau masih belum mengerti?”

Skakmat, tampaknya mulai sekarang Yonghoon harus lebih hati-hati dengan mulut pria itu. Ucapannya telalu menusuk. Mungkin memang tak satupun yang mampu menyelamatkan Yonghoon dari kenyataan itu. Tapi haruskah ia pasrah? Tak bisakan ia mempertahankan harga dirinya?

“Kalau aku tidak mau? Apa yang akan kau lakukan?” Yonghoon tahu ini gila, tapi biarkan ia  menyelamatkan hidupnya meski dengan kemungkinan yang tak lebih dari sebiji anggur. Atau paling tidak agar Kyuhyun tahu dia bukan wanita yang mudah untuk ditindas.

“Tidak masalah bagiku, toh yang nantinya mendekam di bui atas tindak pelecehan itu bukan diriku, tapi kau. Ommo, ide bagus bukan? Disana kau bisa bebas dari amukan massa, setidaknya untuk beberapa waktu. Kau tahu sendiri bukan? Aku ini sedikit terkenal” kata Kyuhyun lengkap dengan senyuman bangga.

Pada akhirnya tak ada yang mampu memetahkan lidah tajam seorang Cho Kyuhyun. Ia berhasil mambuat Yong Hoon mati kutu. Lihat saja tubuhnya yang kini membeku! Dihadapkan pada tuntutan penjara yang kelam, otaknya mendadak lumpuh. Lagipula nyali siapa yang tak’kan mengkerut jika diancam demikian. Yahh, begitu pula gadis malang yang kini memilih pasrah dan menuruti kemauan Kyuhyun.

~ ~ ~ ~

Audi hitam itu sampai di gedung apartemen sederhana tempat Yonghoon singgah. Tampaknya Kyuhyun berhasil mengantarnya pulang meski harus melewati perdebatan panjang karena Yonghoon tolak habis-habisan. Terlihat jelas Kyuhyun yang begitu menikmati perannya meski ini sejatinya tak lebih dari sekedar sandiwara.

Tapi mari tengok sang pemeran wanita, dia masih betah dengan bibir mengunci rapat sejak keluar dari gedung pencakar langit itu. Yonghoon bahkan enggan menanggapi kicauan pria yang pada akhirnya kini memilih ikut diam. Terlalu sibuk dengan umpatan berbau makian yang bergejolak di benaknya. Untuk siapa? Tentu saja demi pria yang sejak beberapa jam yang lalu ia cap sebagai titisan iblis berkedok bintang bersinar.

“Kau tidak mau turun? Atau masih ingin berlama-lama denganku?” Tuhan, jangan biarkan tangan suci Yonghoon ternoda akibat mencekik leher jenjang Kyuhyun yang putih nan sexy itu. Tapi bukankah dia memang terlalu percaya diri? Atau mungkin sesekali memang perlu dipukul demi menurunkan tingkat kenarsisannya barang se-oktav saja.

“Kyuhyun-ssi, bisakah kau mengganti tuntutanmu? Apapun itu selain menjadi kekasihmu, eoh?” Yonghoon mencoba bernegosiasi. Ini lebih baik ketimbang menambah daftar pidananya dengan tindak penganiayaan.

“Tidak. Keputusanku sudah bulat” Kyuhyun menggeleng kuat.

“Ayolah, ada banyak cara jika kau memang ingin menghukumku. Aku benar-benar tak bisa menjadi kekasihmu” asal tahu saja, ada hal yang lebih mematikan daripada ancaman para fans Kyuhyun.

Song Jisun

Semacam rasa bersalah muncul seketika. Bagaimanapun ia telah mengkhianati Jisun yang termasuk golongan pecinta Kyuhyun. Ia bahkan tak tahu bagaimana menjelaskan situasi malam itu agar Jisun mengerti. Tapi kenyataan sekarang malah diperparah dengan tuntutan gila yang harus ia terima. Akan seperti apa nanti situasinya?

Hati Kyuhyun tersentak mendapati raut keputus asaan Yonghoon. Sama seperti rasa sesak yang timbul saat gadis itu berulang kali menolaknya. Apa ia begitu membecinya? Atau seberapa besar katakutan Yonghoon akan nasibnya kelak? Sejatinya Kyuhyun juga tak mau menyeretnya dalam situasi ini. Tapi bagaimanapun, nasi sudah menjadi bubur. Scandal terlanjur menyebar, bukti pun terpampang di depan mata semua orang, walau itu jelas melenceng dari kenyataan.

Sempat terjadi perdebatan hebat antara Kyuhyun dengan pihak agensi. Bahkan sejatinya hingga detik ini pun belum ada titik terang. Kyuhyun tak suka dengan cara mereka menangani masalah ini. Bagaimana bisa mereka meminta Yonghoon yang mengaku salah? SM memang berniat membersihkan nama Kyuhyun, tapi seolah mereka  tanpa peduli dengan nasib gadis itu. Maka dari itu ia meminta Yonghoon menemuinya. Mungkin saja gadis itu bisa diajak bekerja sama. Tapi nyatanya… meskipun demikian Kyuhyun tetap bertekat untuk melindunginya. Paling tidak selama Kyuhyun berada disisinya, Yonghoon akan terhindar dari bahaya.

~ ~ ~ ~

Pletakk…

Sebuah remote tv mendarat bebas di meja berbahan kaca, tentu setelah dicampakkan begitu saja oleh pemiliknya. Nasib tragis juga menimpa layar lebar yang semula sibuk dengan siaran terbarunya namun kini gelap tanpa ada yang bisa dilihat. Lagi-lagi berkat ulah seorang gadis yang masih duduk di sofa, lengkap dengan tampang kecut yang menghiasi wajahnya.

Adalah Song Jisun, gadis yang kini bosan setengah mati dengan acara televisi. Bagaimana tidak? Dari sekian banyak channel yang ia kunjungi, mereka hanya sibuk mengoarkan gosip murahan itu. ‘Kabar mengejutkan datang dari seorang anggota Boygrup paling terkenal yaitu Super Junior. Ia kedapatan tengah berciuman dan bla…bla…bla’ mendengarnya saja Jisun merasa ingin muntah. Bukan apa-apa, ia hanya tak suka dengan bahasa mereka yang berlebihan. Padahal kejadian sesungguhnya tidak separah itu.

Ceklekk…

Gerakan pintu terdengar tak lama kemudian. Meski tanpa melihatpun ia pasti tahu siapa itu, tapi Jisun tetap menghampirinya. Banyak yang ingin ia tanyakan dan Jisun tak bisa lagi menunggu.

“Aku tak melihatmu di kampus seharian ini. Kemana saja Yong?” sergapnya pada gadis yang masih sibuk dengan ikatan tali sepatu. Jisun kira gadis itu sengaja membolos karena pemberitaan di tv, namun saat ia pulang ternyata rumah kosong.

Naas bagi Yonghoon, padahal sengaja ia mengulur waktu hingga pulang di jam-jam biasa Jisun lelap tertidur. Paling tidak ia tak perlu repot merangkai kata demi melawan introgasinya. Berdebat dengan Kyuhyun saja sudah menguras tanaga, apalagi ditambah Jisun yang mulutnya hampir sekelas dengan pria itu? Tapi mungkin ini memang hari sial baginya.

“Hanya keluar mencari udara segar”

“Hingga selarut ini? Kau kira aku percaya?”

Satu titik lemah seorang Yonghoon adalah berbohong kepada Jisun. Entah dia sendiri heran mengapa gadis berambut ikal itu selalu tahu jalan pikirannya. Dia itu dukun atau apa sebenarnya?

“Kau sudah lihat beritamu di TV?” kata Jisun yang mulai beranjak meninggalkan Yonghoon yang kini membeku ditempatnya. Tamat riwayatmu Nona! Jisun mulai mengibarkan bendera perang. Maka tanpa berpikir panjang Yonghoon segera menghampiri gadis yang kini duduk lagi di sofa lengkap dengan lipatan tangan di depan dada.

“Ji… kau boleh marah padaku, memukulku, atau apapun asal kau mau memaafkanku. Aku benar-benar hilang kendali saat itu. Aku tak sadar dengan apa yang kulakukan. Bahkan aku masih tak mengingat apapun sampai melihat berita di TV siang tadi”

“Aku tahu…” sela Jisun di tengah racauan Yonghoon yang sepanjang kereta api.

“Mworago?”

“Aku tahu karena itu memang kebiasaan burukmu dari dulu”

Yonghoon melongo. Kebiasaan buruk katanya? “Wae? Apa kau lupa? Dulu kau juga pernah menyerangku saat kau mabuk” gadis itu menatap horor Yonghoon yang tengah bergelut dengan memori dalam otak sempitnya.

“Apa iya?”

Helaan napas Jisun terdengar sesaat kemudian. Terlalu malas memaparkan lagi tragedy menggelikan beberapa tahun silam, dimana kesucian bibirnya direnggut oleh sahabatnya itu sendiri. Ihh, bahkan ia enggan mengingatnya kembali.

“Yong, kau belum menjawab pertanyaanku. Kemana saja seharian ini?”

Oke. Anggap satu masalah selesai. Tiba waktunya membuka lembar perkara lain. Tampaknya Jisun tak membiarkan Yonghoon bernapas lega barang sebentar saja.

“Itu… Seseorang membawaku menemui Kyuhyun” Yonghoon menyerah. Lagipula berdusta pun tiada gunanya. Malah akan membuahkan kebohongan-kebohongan lain yang suatu ketika menjadi boomerang bagi Yonghoon sendiri bukan?

“Sudah kuduga, lalu apa kata mereka?”

Diluar dugaan, reaksi Jisun hanya sedatar itu? Padahal Yonghoon kira gadis itu akan mengulitinya jika tahu ia bertemu Kyuhyun. Tapi heeiii… memang seberapa lama kau mengenalnya Nona? Apa Jisun sekekanakan itu?

“Mereka bilang akan mengundang media dan terpaksa harus mengakuinya”

“Mengakuinya?”

“Eumm… Membenarkan Kyuhyun yang kini tengah menjalin hubungan. Bukankah itu gila? Aku bahkan tak mengerti jalan pikir mereka”

“Ck, ppabo…!!” Jisun bangkit menuju pantry, menuang seperempat gelas air mineral dan meneguknya hingga kandas. Pandangannya lantas kembali pada sosok gadis malang yang kini memilih tiduran di sofa. “Itu memang solusi terbaik bagi semua pihak” tuturnya kemudian yang langsung berbuah semburan Yonghoon.

“Micheosseo?”

“Ya!! Coba kau pikir! Apa jadinya jika Kyuhyun lepas tangan begitu saja, itu pasti akan merusak imagenya. Selama ini ia dikenal sebagai artis baik-baik, tidak lucu ‘kan jika tahu-tahu dia mencium gadis yang tidak dikenalnya. Dan lagi, ku yakin banyak mata yang menangkap wajahmu kala itu, jika Kyuhyun juga tak mengakuimu kelak kau pasti habis di tangan para fansnya. Jadi secara tak langsung mereka gunakan cara itu untuk melindungimu, dan juga karir Kyuhyun tentunya”

Pintar! Memang tak salah Yonghoon berterus terang padanya. Entah mengapa Jisun selalu bisa memikirkan hal yang bahkan tak tergapai oleh otak sempitnya. Tapi baguslah kalau memang itu motif mereka. Paling tidak keselamatan dirinya akan terjamin meski harus sembunyi di balik nama besar Kyuhyun.

“Lalu, apa kau tak marah padaku karena hal ini Ji?”

Yonghoon sedikit cemas saat gadis itu mulai menatapnya sinis. “Kau kira aku bayi yang akan merajuk saat mainannya diambil? Toh aku tahu apa yang terjadi sebenarnya, kecuali jika kau kembali menyentuhnya. Aku yang pernah berada dalam situasi rumit dengannya saja tak berani berbuat macam-macam, tapi kau malah…”

“Kyaaa…. Jisun-ah saranghae…” sayang sekali Jisun tak sempat menghindar saat gadis itu tiba-tiba memeluknya dari belakang. Hampir saja mereka tersungkur jika tak terselamatkan oleh keberadaan meja. “Aku janji takkan menyentuhnya atau bahkan bertemu dengannya lagi. Tidak akan Songji-ah!”

“Ya!! Lepaskan aku! Kau ini bau. Cepat mandi sana, dasar jorok!”

“Hahaha… Yes mom” kelakarnya dengan meniru gaya bicara Jisun.

Sedangkan Jisun hanya diam menatap punggung teman satu kamarnya itu sebelum hilang dibalik pintu. Sejenis perasaan aneh tengah menyelimuti hatinya kini. Semacam rasa yang sulit dimengerti, entah ia harus senang atau sedih melihat nasib yang menimpa sahabatnya itu.

“Kenapa harus dirimu? Mungkin jika orang lain, ini akan terasa lebih mudah” gumamnya seorang diri.

~ ~ ~ ~

Disisi lain, dimana dunia tengah bergoncang karena scandal seorang Cho Kyuhyun. Namun siapa sangka sang lakon utama kini malah asik bercumbu dengan istri tercintanya. Benda pipih memanjang itu bahkan enggan terlepas dari tangan Kyuhyun.

Hal itu tampak menjengkelkan bagi sepasang mata yang sejak lalu memantau gerakannya. Yesung, atau pria yang belum lama mengubah nama aslinya manjadi Kim Jong Hoon itu masih tak mengerti dengan jalan pikiran magnaenya. Apa stok game dalam PSPnya kian menipis? Hingga harus bermain dengan scandal yang menghebohkan seantero negeri. Tiba-tiba mengencani seorang gadis? Ohh ayolah, yang benar saja! Semoga ulah Kyuhyun tak membuat karir mereka tamat.

“Turunkan kakimu! Kita perlu bicara”

Yesung berusaha menyingkirkan kaki Kyuhyun yang memonopoli sofa. Sekaligus mengalihkan perhatian bocah tengik itu dari PSP tercintanya. Tindakannya sempat dibalas dengusan oleh Kyuhyun meski akhirnya ia tetap menurut. Tapi tidak kalau urusan game, ia hampir mencetak skor tertinggi asal Yesung tahu saja.

“Kyu, kau yakin dengan tindakanmu itu?”

Kyuhyun bukan idiot yang tak paham arah perbincangan Yesung. Karena itulah ia memilih tetap focus pada permainan yang sedang ia geluti. Terlalu malas jika harus membahasnya lagi.

“Aku sedang bicara padamu Cho Kyuhyun!”

Mendengar nada itu naik tujuh tingkat, dengan berat hati Kyuhyun menekan tombol ‘Pause’ dalam PSPnya. “Harus berapa kali ku katakan, hyung. Aku tidak akan merubah keputusanku”

“Tapi kenapa? Tak adakah cara yang lebih masuk akal?”

Yesung berharap Kyuhyun memutar pikiran. Atau paling tidak merubah sedikit strategi untuk memecahkan masalah ini. Tapi apa dia lupa betapa kerasnya kepala Kyuhyun? Melebihi kerasnya fosil tulang dari jaman purba kala mungkin.

“Beri tahu aku alasanmu!”

Bangkit dari duduknya, Kyuhyun yang mulai bosan dengan kicauan Yesung kini memilih angkat bicara. Satu jawaban mungkin akan membuat hyungnya itu puas dan berhenti mengganggunya.

“Aku harus melakukannya, karena ini satu-satunya cara untuk melindunginya”

Kata Kyuhyun sebelum pergi meninggalkan Yesung yang masih sulit mencerna maksud dari kalimatnya. “Ya!! Cho Kyuhyun, kita belum selesai bicara” namun terlambat. Magnaenya itu telah hilang dibalik pintu kamar yang terkunci rapat.

Kyuhyun menghela napas sesaat setelah menjatuhkan diri ke ranjang. Kenapa seharian ini mereka berisik sekali? Yesung adalah orang ketiga yang mencoba menasehatinya. Tapi ayolah, Kyuhyun tentu lebih tahu tentang resikonya dibanding siapapun. Termasuk soal karirnya yang jelas akan tergoncang, tapi bagaimana dengan gadis itu bila dia lepas tangan? Yonghoon mungkin akan berada dalam bahaya. Dan Kyuhyun bersumpah takkan memaafkan dirinya sendiri bila hal itu sampai terjadi.

Kyuhyun membuka nakas di samping ranjang, dikeluarkannya sebuah kotak berwarna hitam. Di dalamnya bersemayam sebuah syal dan juga topi. Kedua benda yang dulu sengaja ditinggalkan seseorang, sekaligus benda yang menyisakan cerita manis untuk dikenang.

Meski samar, kejadian di malam itu masih tersimpan rapi dalam memori Kyuhyun. Bagaimana dulu seorang gadis berusaha melindunginya, serta bagaimana syal itu bisa berakhir ditangannya. Tapi satu hal yang paling Kyuhyun sesalkan adalah ia tak sempat menanyakan siapa gadis itu. Jangankan bertanya, menatap parasnya saja ia tidak mampu.

“Kyu, buka pintunya!”

Astaga, dia belum menyerah juga? Yesung berulang kali mengetuk kamar Kyuhyun meski sang empu tetap tak bergeming. “Tak bisakah kau melepaskannya dan menurut saja pada perintah agensi? Mereka pasti memilih jalan terbaik bagimu Kyu?”

Terbaik? Jangan bercada! Apa itu berlaku pula bagi Yonghoon? Oke, mungkin Kyuhyun akan baik-baik saja setelahnya, tapi apa mereka pernah memikirkan nasib gadis itu? Tentang bagaimana dia menjalani hidup jika SM benar-benar memaksa Yonghoon bicara di depan media? Tidak mungkin, karena yang ada dalam otak mereka hanyalah bagaimana cara menghasilkan uang. Tapi asal tahu saja, sesungguhnya terdapat satu hal yang memberatkan Kyuhyun untuk menerima keputusan mereka.

Dipungutnya syal lembut merah marun itu dari dalam kotak. Bahkan hati Kyuhyun menghangat meski hanya dengan menyentuhnya. Sehangat yang ia rasakan kala gadis itu memasangkannya dileher hingga sebatas wajah Kyuhyun. Meski  ia tak sempat mengenali  gadis itu, tapi Kyuhyun yakin bahwa suatu saat mereka akan bertemu lagi.

“Sekian lama mencarimu, bagaimana aku bisa melepaskanmu?” tuturnya pada syal berinisial –S Y H- itu dengan senyum dan nada yang teresan pilu.

~ ~ ~ ~

 

-Flashback-

Oktober 2015, atau sekitar setengah tahun yang lalu-

.

.

.

Malam yang berat bagi seorang pria yang belum genap sehari ini meluncurkan album keduanya. Setelah seharian tampil di berbagai ajang music bergengsi dan harus rela pulang dengan tangan kosong, -Cho Kyuhyun-, merasa usahanya setahun ini berakhir sia-sia. Apa mereka tak lagi menyukainya? Atau karnyanya kini terlalu biasa? Dan masih banyak lagi bisikan iblis yang menyelinap masuk lubang telinga hingga pikirannya makin kacau saja.

Diraihlah botol minuman ketiga setelah dua sebelumnya habis tak tersisa. Kyuhyun mendesah frustasi saat benda itu ternyata kosong. Mungkin lupa bahwa tetes terakhirpun telah terjun ke perutnya. Ia lantas celingukan ke sana ke mari, mencari batang hidung seseorang yang semula datang bersamanya.

“Hyung!”

Siapa lagi kalau bukan Kim Jung Hoon yang dia maksud. Manager kasayangan yang kini hilang entah kemana. Bisa-bisanya meninggalkan dia dalam tempat seperti ini. Sebuah bar yang kini mulai padat pengunjung. Yah meski salah Kyuhyun sendiri yang memaksa datang kemari, tapi itu tetap saja. Pada akhirnya, Kyuhyun dengan tingkat kesadaran yang minim memilih beranjak dari tempat bising itu.

Paru-paru Kyuhyun mengembang kala udara segar berhasil dihirupnya. Ketika mata memandang, jadi beginikah Seoul di malam hari? Kyuhyun seperti katak dalam tempurung yang buta akan dunia luar akibat schedule yang membabat habis waktu senggangnya. Mungkin berjalan sejenak bisa melunturkan penat yang hinggap di kepalanya kini. Maka dengan sisa tenaga dan kesadaran yang dimiliki, Kyuhyun menggiring langkahnya menyusuri jalan trotoar.

Masih dengan langkah terseok berkat alcohol yang ditenggaknya tadi. Kini sampailah Kyuhyun pada sebuah halte yang sepi, dan disanalah ia berhenti. Lalu lalang kendaraan membuat kepalanya kian berputar. Kyuhyun lantas mendudukan tubuhnya pada bangku panjang yang tersedia.

Lima menit berselang rasa sunyi pun tergusur oleh datangnya sebuah bus. Tampak segerombolan siswa sekolah menengah turun dari sana. Entah sengaja atau apa, Kyuhyun tak berusaha menghindari sekumpulan gadis labil yang terkadang masih suka mengejarnya. Beruntung saja kalau tak seorangpun menyadari keberadaanya, namun suasana berubah sejak salah satu dari mereka mulai memperhatikan Kyuhyun yang masih tunduk menahan pening.

“Bukankah dia mirip Cho Kyuhyun?” tuturnya dan langsung disambut antusias yang lain. Satu persatu dari mereka mulai memastikan “Sepertinya benar, dia Kyuhyun Oppa. Kyaa…” Seketika suasana pun menjadi riuh.

“Yongju-ya, coba sapa dia! Palli…!!”

“Arraseo, chamkaman…”

Ketika yang lain sibuk dengan camera di ponsel mereka, seorang gadis kini mulai mendekati Kyuhyun. “Chogiyo, Kyuhyun oppa?”

“Hei!! Mau apa kalian?”

Tanpa diduga, seorang gadis tiba-tiba datang dengan lengan beracak pinggang. Entah dari mana datangnya tapi seolah ia sengaja menutupi wajah Kyuhyun. Dengan sikap seperti itu maka tak heran bila tindakannya berbalas cibiran.

“Eonni, mwo haseyo?” sambar bocah yang sempat dipanggil Yongju tadi, merasa terganggu dengan kedatangnnya.

“Dia oppaku, mau apa kalian dengannya?” intonasi wanita beberapa tahun lebih tua itu sedikit menekan, niatnya agar segerombolan bocah itu enyah dari hadapannya. Tapi dilihat dari gelagat mereka tampak tak seorangpun percaya ocehannya. “Kalian bilang apa tadi? Cho Kyuhyun? Ya!! Bisa-bisanya pria sejelek ini kau samakan dengannya. Yang benar saja! Mata kalian bermasalah, eoh?”

“Eonni, jaga ucapanmu ya! Kau ingin mencari masalah dengan ku rupanya?”

Siapa peduli dengan sopan santun? Yongju terlanjur emosi berkat ucapan gadis berkuncir kuda itu. Tak sebanding dengan wajahnya yang manis, ternyata mulutnya sungguh berbisa. Menyebalkan bukan?

“Kau duluan yang mengganggu Oppa ku”

“Siapa yang mengganggunya? Kami hanya…”

“Yongju-ya, geumanhae!” cegah seorang temannya. “Kita pergi saja! Percuma meladeni wanita sinting ini, membuang-buang waktu” tandasnya terlampau tajam.

Segaris lambang kemenangan timbul disebelah bibir gadis yang baru mendapat gelar sinting itu. Ada kemungkinan dia menang dalam sesi adu mulut ini. Dan benar saja, satu persatu dari mereka mulai pergi meninggalkannya. Barulah beberapa saat kemudian ia bisa bernapas lega. Rasanya seperti lepas dari sekumpulan singa. Well, satu masalah selesai. Kini tinggal bagaimana mengurus pria malang itu.

Angin malam kian berhembus kencang, membuat bulu kuduk pun serasa meremang. Dieratkannya lagi syal merah marun yang lembut nan tebal itu pada leher jenjangnya, sebelum ia mulai menghampiri Kyuhyun yang masih betah berdiam diri disana.

.

.

.

To be continue…

 

Ommo… ommo… ige mwoya??? Hahaha… yang penting sudah aku post, terima kasih atas kadonya semalam sayang. Yeppoda, neomu choa…