170411

Pagi yang dingin di awal musim semi 2017. Mentari yang malu-malu mengintip dunia di balik awan kelabu di atas sana dan gerimis masih membasahi sepanjang jalanan Seoul.

Masih pukul enam pagi, yang artinya belum banyak orang memulai aktifitas mereka. Sekarang hari selasa, bukan kalender merah atau hari libur besar, tapi Ji Sun sedang menikmati hari liburnya. Ya, wanita muda itu sudah berjanji pada dirinya sendiri jika usai keikut sertaannya dalam pagelaran SEOUL FASHION WEEK dua pecan lalu, ia akan meliburkan diri. Memercayakan pekerjaannya pada Choi Soo Ki rekannya dan ia akan mengambil libur seminggu penuh.

Hari ini, hari keduanya menikmati hari libur dan hari ini Ji Sun mendedikasikan untuk kekasihnya. Setelah pergi ke supermarket membeli beberapa bahan masakan, ia bergegas naik taksi yang akan mengantar ketempat kekasihnya. Mereka sudah merencanakan kencan seharian lewat telephone semalam. Hanya saja Ji Sun mempercepat waktu bertemu mereka.

Lima belas menit kemudian Ji Sun telah sampai di tempat tinggal Yesung. Telah memiliki akses keluar masuk rumah kekasihnya membuat Ji Sun tak perlu membunyikan bel atau menunggu di bukakan pintu. Tempat tinggal itu masih tampak sunyi. Bukan kekasihnya yang pertama kali menyambutnya di depan pintu, melainkan anak anjing jenis poodle berwarna putih peliharaan Yesung.

“Morning Mello..” Ji Sun mengusap tiga kali kepala anak anjing itu sebelum melangkah menuju dapur untuk meletakkan belanjaannya. Membuka laci meja dapur kemudian mengeluarkan sebungkus makanan anjing.

“Appa-nim mu belum bangun eo?” anak anjing itu hanya menatap Ji Sun dengan mata bulat berbinarnya.

“Cha.. akan ku berikan makananmu jika kau menuruti perintahku, arrachi?!” Ji Sun berjongkok di depan Mello. Anak anjing putih itu mengibaskan ekornya ke kiri dan ke kanan seakan mengerti perkataan majikannya.

“Hand!” Tawa Ji Sun pecah saat Mello tanpa ba-bi-bu menaruh tangan mungilnya di atas telapaknya yang sengaja di julurkan ke depan.

“Ya! Kenapa kau menurut sekali pagi ini, eo? Baiklah, kau menang.”

Setelah puas melampiaskan rasa gemasnya pada Mello, Ji Sun beranjak dari dapur. Membiarkan anak anjing itu menikmati sarapannya yang datang lebih pagi dari biasanya.

Yesung masih pulas bergelung di balik selimut putihnya saat Ji Sun mengintip dari celah pintu yang sengaja hanya dibuka sedikit. Berniat mengusik tidur kekasihnya, Ji Sun  menyibak tirai katun berwarna light dusty yang menutupi pintu kaca penghubung beranda kamar itu.

Satu kecupan mendarat di atas tulang pipi menonjol Yesung, mengusik dunia mimpi pria itu.

“Sleeping Beauty,” ejek Ji Sun manakala Yesung baru sudi membuka matanya, bonus cengiran yang membuat pria berkepala tiga itu mirip bocah playgrub.

“Apa aku kesiangan?”

“Tidak, aku yang datang terlalu pagi.”

“Eum. Ingin berkencan ke luar?”

“Tidak. Di luar sedang gerimis.”

“Pantas saja dingin sekali.” Yesung baru menyadari saat pandangannya bergeser ke jendela kaca yang basah terkena percikan air hujan di luar kamarnya.

Masih bergelung, ia mengamati Ji Sun yang merangkak naik ke atas kasur dan ikut mengubur tubuh kecil itu dengan selimut yang dipakainya. Setelah wanita terkasihnya itu mengambil posisi nyaman di sampingnya, Yesung menyelipkan lengan kanannya sebagai bantalan kepala Ji Sun. Saling berbagi dekapan dalam kesunyian di iringi gemericik air hujan di luar sana sudah cukup bagi sepasang kekasih itu.

“Selamat untuk comeback solo ke-dua mu. Hibernation memiliki melodi yang romantis, Paper Umbrella juga sangat emosional. Aku suka semua lagunya.”

“Kalau benar-benar suka, seharusnya kau menyelamatiku dengan cara yang benar. Jangan setengah-setengah.”

Katakan Ji Sun lelet mencerna maksud kekasihnya yang seorang penyanyi itu. Sedikit membuat jarak untuk melihat wajah Yesung yang tengah menenggerkan senyum penuh modus. Dan baru ia paham, saat telunjuk pria itu mengetuk-ketuk bibir tipisnnya yang sedikit mengerucut. “Popohae.”

Decakan penuh geli lolos dari sela bibir Ji Sun. Meskipun demikian wanita itu tetap melakukannya. “Sudah,” kata Ji Sun setelah memberikan kecupan singkat di bibir kekasihnya yang sekarang menyeringai penuh arti.

“Tto! (Lagi)” dasarnya yang suka menawar, Yesung mencoba peruntungan dipagi ini. Barang kali kekasihnya yang sulit dinego itu sedang konslet dan dengan sukarela menurutinya.

Dan lihat, cengiran lebar membuat mata sipit pria itu tenggelam dalam satu garis lurus. Ji Sun benar –benar menurutinya. “Aigo.. Kau menurut sekali pagi ini?” dengan gemas Yesung mengacak poni depan kekasihnya.

Sedangkan Ji Sun merasa teringat sesuatu, jika tadi ia juga mengatakan hal yang sama kepada Mello. Kenapa sekarang ia merasa berada di posisi anak anjing itu. Batinnya geli.

“Anggap saja begitu.”

“Benarkah? Coba ku buktikan sekali lagi.”

Dengan cepat Yesung mengapit dagu kekasihnya untuk memudahkan menggapai bibir manis favoritnya itu. Dengan lembut bibirnya memagut bibir cery yang benar adanya dengan suka rela menyambut pergerakannya. Dan seulas senyum kepuasan terukir di sela decapan mereka saat ia merasakan jemari Ji Sun mengusap garis rahangnya. Satu hal yang Yesung hapal dari kebiasaan kekasihnya saat mereka sedang berciuman.

Apa kekasihnya benar-benar sedang konslet? Yesung sedikit khawatir terlepas dari rasa senang yang menyelimuti hatinya. Biasanya, Ji Sun akan menghindarinya bahkan dengan suka rela menendangnya jika Yesung mencium wanita itu dalam kondisi belum menggosok gigi. What the heaven pagi ini?

“Aku mencurigai sesuatu,” ujar Yesung menyadari gelagat kekasihnya.

“Sudah ketahuan ya?” aku Ji Sun.

Kekasihnya itu tampak menggulung bibirnya sendiri sebelum kembali menyamankan diri di dalam dekapan hangatnya.

“Sebenarnya, aku sedang menerapkan rumus menyimpan cadangan energi yang ku pelajari dari Yong Hoon,” terang Ji Sun. Yesung masih bergeming, menunggu kekasihnya beralibi.

“Besok pagi aku akan pulang ke Gangwon.”

“Kerumah appa mu?” barulah ia mengerti istilah mengisi cadangan energi yang dimaksud Ji Sun. Itu artinya mereka tidak akan bertemu untuk beberapa hari ke depan.

“Eum. Lusa adalah peringatan kematian eomma.”

“Ku antar saja ya?”

“Seperti kau tidak sibuk dengan jadwal comebackmu saja?”

“Jadwalku sore hari, besok.”

“Tidak. Kau bisa kelelahan di perjalanan dan mengganggu kesehatanmu. Kau mau sakit lagi seperti tahun lalu di pertengahan jadwal promosimu? Tidak boleh,” tolak Ji Sun tegas.

“Aein.. (kekasih/sayang)” mencoba merajuk, begitulah nada yang dikeluarkan Yesung saat merayu Ji Sun dengan panggilan sayangnya.

“Seharusnya aku tak memberitahumu saja tadi,” nah kan. Inilah yang dimaksud Yesung tentang sulitnya menego sifat keras kepala Ji Sun.

“Baiklah. Tapi beritahu aku saat akan kembali ke Seoul, aku akan  menjemputmu. Dan tidak ada penolakan,” nah sekarang giliran Yesung yang memaksa. Menggagalkan kalimat-kalimat bantahan yang hampir lolos dari mulut kekasihnya.

Merasa gagal membantah, Ji Sun memilih semakin menenggelamkan diri di dalam rengkuhan prianya. Meskipun belum mandi, ia tetap menyukai aroma Yesung. Tangan kecilnya kini sibuk mengusap rambut belakang kekasihnya. Hanya seperti ini, Ji Sun sudah sangat bersyukur. Tak perlu kencan romantis ataupun apalah kegiatan yang sering dilakukan para pasangan kekasih lainnya di luar sana. Ia tak pernah merasa iri.

Di sisi lain Yesung juga merasakan perasaan yang sama. Cinta mereka tak butuh diumbar. Privasi adalah hal utama untuk kenyamanan mereka. Ya, hanya sesekali ia akan menunjukkannya pada dunia. Tak sesering ia mengumbar selcanya di media social, karena kekasihnya tak terbiasa menjadi pusat perhatian. Yesung akan menghargai privasi Ji Sun, itu yang utama.

Rintik hujan di luar sana semakin deras, udara yang dibawa angin musim semi juga semakin berhembus dingin. Tak menyalahkan jika beberapa orang yang tak memiliki kesibukan hanya bergelung malas di atas tempat tidur. Seperti Ji Sun yang berpindah ranjang untuk melanjutkan tidur lebih nyamannya bersama Yesung. Tidak lebih, jangan berpikir terlalu jauh. Mereka hanya pasangan naïf.

“Jangan membaca komentar apapun. Baik atau buruk, jangan dibaca.” Ji Sun memohon. Terselip nada khawatir di sela suaranya yang semakin lirih di ambang kantuk.

Yesung tahu, jika wanita dalam dekapannya ini mengkhawatirkannya lebih dari siapapun. Selalu mengamatinya dalam diam, dan selalu memperhatikannya diam-diam. Meskipun kadang ia merasa geram saat kekasihnya tanpa rasa bersalah lebih sering memuji Kyu Hyun, atau tak merasa sungkan pada Yong Hoon yang jelas-jelah memiliki hak atas pria seratus delapan puluh cm itu. Yesung terlalu mencintai wanita ini hingga tak bisa marah lebih lama.

Yesung mencium puncak kepala Ji Sun sebelum menyusul kekasihnya yang telah terbuai sejak sepuluh menit yang lalu. Mereka kembali menyelami alam mimpi yang sempat terjeda.

Siang semakin merangkak, meskipun hujan di musim semi enggan berjeda dari semalam.

PS:

Selamat untuk album keduamu yang menurutku lebih matang dari yang pertama. Tolong berikan banyak cinta kalian untuk SPRING FALLING​. Biarpun sudah kusuruh tak membaca komentar, kekasihku itu akan tetap melakukannya

Terimakasih..

1410945907_46
Enter a caption

1410945907_34

FB_IMG_1492656694434

FB_IMG_1492656647078

FB_IMG_1492656592233

FB_IMG_1492656586585

FB_IMG_1492656574784

FB_IMG_1492656512303