jeongmal-annyeong

_Untuk cintaku yang menyedihkan, hanya ‘Selamat tinggal’ yang bisa ku ucapkan_

_’Selamat tinggal’ yang sesungguhnya_

_o0o_

-At Yong’s Apartement-

Kyuhyun urungkan niatnya masuk teritorial Yonghoon, sesaat setelah menangkap kejadian yang tak harusnya ia lihat. Adegan menakjubkan dimana gadisnya itu mencumbui pria lain. Adalah Choi Minho, yang Kyuhyun kenal sebagai teman karib Yonghoon sejak jaman SMP dulu. Lalu? Haruskah Kyuhyun marah?

Hei… Tak peduli apapun hubungan mereka, seorang pria normal pasti meledak kala itu juga. Dengan sedikitnya dua atau tiga jejak pukulan membekas diwajah lelaki yang telah berani mengecup bibir gadisnya. Itu logikanya. Jadi anggap saja Kyuhyun sedang tidak waras. Karena yang dia lakukan hanyalah diam mematung sebelum ia memutuskan enyah dari tempat itu.

_o0o_

Pintu pun tertutup, menimbulkan bunyi-bunyian yang khas. Sayang bukan debuman seperti yang diharapkan. Hal itu membuat Yonghoon kecewa, karena berarti usahanya kembali sia-sia. Dengan sangat terpaksa, ia menghentikan sandiwara bodohnya. Helaan napas lega seorang Minho mengalun sesaat kemudian.

“Dasar gila!” Minho menyambar tissue dimeja dan menghapus jejak lipstick yang tertinggal di bibirnya. “Kau hampir saja membunuhku Yong!”

Yonghoon yang duduk disofa hanya meneguk anggur dalam gelasnya dengan tenang. “See? Dia bahkan tak mendekat sedikitpun dan malah pergi”

Tentang siapa sejatinya yang tidak waras disini, Minho sendiri masih bingung. Mungkinkah Yonghoon yang sengaja mempertontonkan adegan mesumnya didepan Kyuhyun sang tunangan, atau malah dirinya yang hanya diam saja ketika gadis itu tiba-tiba menyerang bibirnya? Entalah. Namun yang mengejutkan adalah ketika dia lolos begitu saja dari ancaman maut Kyuhyun. Ada apa dengan lelaki itu? Atau dialah yang sebenarnya tidak waras.

“Yong, jalani saja sesuai alur yang ada. Dengan begitu mungkin hidupmu akan lebih mudah”

“Dan kelak kau akan melihatku di rumah sakit jiwa, Minho-ya”

Ending yang sama tiap kali Minho mencoba berpendapat. Gadis itu terlalu kuat untuk dilawan. Bukan fisiknya, melainkan hati serta sifat keras kepala yang terlanjur mendarah darah daging. Hingga kadang pria itu lelah sendiri melihat tingkah sahabatnya yang kian hari kian menggila.

 

_o0o_

Pagi yang dingin di penghujung musim gugur. Yonghoon sengaja menjadikannya alasan untuk membolos kerja. Bayangkan betapa pusingnya sang ayah memiliki bibit penerus macam dirinya. Tapi masa bodoh, Yonghoon hanya tak ingin melakukan apapun sekarang. Setidaknya untuk sehari ini.

Kyuhyun melangkah mendekatinya. Pria berpenampilan rapi dengan jas serta celana sehitam arang itu menyodorkan secangkir kopi hangat lalu duduk disamping Yonghoon. Sedangkan gadis itu hanya diam, tanpa senyum, atau sekedar ucapan terimakasih atas kopi yang diterima. Sudah menjadi hal yang biasa mengingat kini dia bukanlah gadis yang ramah seperti sedia kala.

“Jam berapa kita akan berangkat?” Tak perlu basa-basi demi memecah keheningan. Kyuhyun tahu gadis itu sedang tidak dalam hati yang baik.

“Aku tidak akan pergi” jawab Yonghoon enteng.

“Kau ingin menjadi anak durhaka?”

“Jangan menasehatiku!”

Keras kepala. Mungkin takdir yang menggariskannya menjadi bagian dari pemilik aliran darah O macam Yonghoon. Tapi jangan dikira Kyuhyun akan menyerah begitu saja. Otak cerdasnya masih menyimpan seribu satu cara guna mengubah si kepala batu menjadi sedikit penurut. Lihat saja nanti!

Hari ini adalah peringatan tahun kedua meninggalnya sang Ibu. Gila saja sampai Yonghoon mengabaikannya. Kalaupun ia tak datang bersama Kyuhyun, ia pasti akan pergi seorang diri. Jadi jelas dia sedang mengihindar bukan? Kyuhyun tak sebodoh itu hingga mudah dikibuli, Nona!

“Kyu, apa kau tak lelah terus bersandiwara?”

Lelaki itu menghentikan aktivitas menyesap pahitnya si kopi hitam. Dengan tak sedikitpun niatan memandang Yonghoon, jika itu ia lakukan maka yang terjadi selanjutnya hanyalah pertengkaran. “Aku bukan seorang aktor, untuk apa bersandiwara?” guraunya.

“Bagus! Dan satu hal yang harus kau tahu, aku telah menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku”

“Siapa? Minho?” tebak Kyuhyun setengah mengejek.

“Memang kenapa? Kau bahkan melihat kami bermesrahan, bukan?”

“Uhhukk…”

Kyuhyun tampak menahan tawa. Diletakkannya kopi yang tinggal separuh itu diatas meja. “Kau kira karena kalian berciuman, aku akan mundur teratur? Ayolah Yong! Aku tahu siapa kau dan siapa dia. Bagaimana dirimu dan bagaimana dirinya”

“Ya!! Jangan berlagak seolah kau tahu segalanya tentangku!”

“Mau bagaimana lagi? Memang itu kenyataannya. Bahkan aku tahu berapa kali kau pipis dicelana, dulu”

“Kau pikir aku bercanda?” Habislah kesabaran Yonghoon. Lagipula apa dia lupa bahwa tiap kali membahas soal ini, ujung-ujungnya dia yang kena imbasnya. Gadis itu kurang belajar dari pengalaman. “Baiklah, lakukan sesukamu! Dan kita lihat, sampai sejauh mana kau akan bertahan setelah apa yang kulakukan nanti”

Yonghoon lantas bangkit. Meninggalkan Kyuhyun yang mulai waspada dengan rencana gadis itu selanjutnya. Ini bukan kali pertama Yonghoon melakukan pemberontakan. Jujur saja Kyuhyun sering merasa kewalahan.

Tentang perjodohan yang dilakukan oleh kedua keluarga, Yonghoon setengah mati menolaknya.  Yang menjadi penyebab bukan karena dia tak menyukai Kyuhyun. Percaya atau tidak, Yonghoon telah mengakui perasaannya setahun silam. Mengelak juga percuma. Karena faktanya memang tak pernah ada istilah ‘teman sejati’ diantara sepasang lelaki dan wanita. Apalagi setelah puluhan tahun mereka selalu bersama.

Mengaku dirinya mencintai Kyuhyun, bukan berarti Yonghoon rela hati dijodohkan. Terlalu hanyak hal yang menjadi bahan pertimbangan. Termasuk latar belakang diadakannya perjodohan itu, dan yang paling penting adalah dampak yang ditimbulkan. Yonghoon benar-benar tak bisa menerimanya.

_o0o_

-At Cheongdam-dong Street-

“Hentikan mobilnya di toko bunga depan sana!” pinta Yonghoon.

Seketika raut Kyuhyun  memucat. Laju kemudinya bahkan menurun. “Kita beli saja di tempat bibi yang biasanya!” Firasat buruk menghantui Kyuhyun. Tentu saja! Hanya ada satu penjual bunga disekitar sana. Dan merupakan tempat terlarang untuk ia kunjungi.

“Kenapa? Kau keberatan meski hanya berhenti sebentar?”

“Bukan, hanya saja…”

“Kalau begitu berhenti!”

Bak titah seorang raja. Kilatan mata Yonghoon seperti berkata ‘Hentikan, atau aku akan pulang!’. Kyuhyun yang memilih pasrah, siap dengan lampu send disisi kiri. Sudah baik Yonghoon mau pergi tanpa ia harus repot membujuknya tadi. Jadi biarkan dia kali ini. Toh, semua akan baik-baik saja selama gadis itu tak tahu apa yang dirisaukannya, bukan?

“Kau mau ikut?”

Ayolah Nona! Dapat dipastikan jawaban Kyuhyun adalah “Tidak! Kau saja”

Yonghoon segera turun setelah melempar seringai hingga timbulah kecurigaan Kyuhyun. Menakutkan! Ada kemungkinan gadis itu siap dengan segudang akal busuknya.

Masuk area toko, Yonghoon disambut sekumpulan bunga yang… entah dia pun tak tahu apa namanya karena sendirinya memang bukan dari kalangan pecinta bunga. Tak lama kemudian, seorang gadis cantik menghampirinya. Lengkap dengan senyum menawan dan mata bulat yang berbinar. Dalam hati kecil Yonghoon bertanya-tanya. Diakah orangnya?

“Selamat datang di ‘Sun&Flowers’. Bunga seperti apakah yang anda cari, Nona?” Si gadis cantik pun menyapa dengan nada yang halus. Untuk sesaat Yonghoon tak bersuara. Mendadak tenggelam dalam fantasi yang diciptakannya sendiri tentang gadis jelita pemilik toko bunga itu.

“Nona?”

“Oh ya… Tolong berikan aku seikat Baby’s Breath dan juga… secangkir kopi”

“Ne?”

Heol, gadis itu kembali berulah. Memang dilihat dari sudut mananya, hingga tempat ini menyeruapi kedai kopi? Jelas-jelas hanya ada tumpukan bunga disekelilingnya. Tak heran bila sang gadis pemilik toko mulai tampak kebingungan.

“Kau keberatan bila kuminta waktumu sebentar, Song Jisun-ssi?”

 

_o0o_

Tuhan Yang Agung mungkin sedang menguji level kesabaran seorang Cho Kyuhyun. Dan kabar buruknya, ini hampir menyentuh batas atas. Kyuhyun seperti cacing kepanasan didalam mobil sendirian. Hingga kapan dia harus menunggu? Kalau sampai polisi datang dan menderek mobilnya, Yonghoon lah yang  harus bertanggung jawab.

Nyaris mencapai setengah jam, tapi gadis gila itu belum juga keluar dari toko. Hari semakin siang, dan masih banyak hal yang harus Kyuhyun lakukan. Apa dikiranya dia seorang pengangguran? “Ya!! Kau tertidur disana hah?” Cerca Kyuhyun melalui sambungan telepon. Lupakan soal kesabaran! Sebatas ini saja sudah merupakan keajaiban.

“Kyu, bisa tolong aku? Terjadi masalah disini”

Astaga, apa lagi sekarang? “Jangan bercanda Yong! Kita tak punya…”

Tuttt…tuttt…tuttt…

“Yeoboseo?? Yeob…  Haahhh… Sial!!”

Helaan napas Kyuhyun terkesan menyedihkan. Sadar akan dirinya yang terjerat dalam jebakan. Dapat ia pastikan, rahasia tentang gadis yang coba ia sembunyikan selama ini telah bocor ke tangan Yonghoon. Entah bagaimana dia bisa tahu, tapi yang jelas ini kabar buruk bagi Kyuhyun. Tapi dia bisa apa lagi sekarang? Percuma saja menghindar. Cepat atau lambat hal serupa pasti akan terulang. Yonghoon termasuk tipe yang pantang menyerah, jadi mustahil dia akan membiarkannya begitu  saja.

 

_o0o_

-At ‘Sun&Flowers’ Store-

“Cho… Cho Kyuhyun…”

Song Jisun nyaris tak percaya. Serasa dilempar pada mimpi indahnya semalam. Mimpi akan datangnya kembali sosok lelaki yang dulu pernah bertahta dalam hatinya. Tepatnya sekitar dua tahu silam, sebelum lelaki itu tiba-tiba memutuskan hubungan. Dan menjadikannya wanita yang amat kesepian. Cho Kyuhyun yang biasa hanya datang dalam mimpinya, kini ia berada didepan mata.

“Bisa kita pergi sekarang?”

Napas Jisun tercekat. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Dunianya mendadak kelam, saat Kyuhyun yang tak disangka akan datang, seseorang yang amat ia nantikan salam sapanya, ternyata datang bukan untuk dirinya. Jangankan menyapa, Kyuhyun malah terkesan mengabaikannya. Seperti boneka usang yang tak layak untuk dipandang. Begitulah Kyuhyun mengacuhkannya.

Sadar akan aura yang mencekam, Yonghoon buru-buru ambil tindakan. “Song Jisun-ssi, aku harus pergi. Lain kali kita sambung lagi” Dan benar saja. Tepat di akhir kalimat, Kyuhyun langsung menarik  Yonghoon. Menyeretnya keluar dari toko itu dengan emosi yang menggebu. Kyuhyun kini marah besar. Yonghoon tahu ini akan terjadi, namun ia telah siap dengan segala resikonya.

“Lepaskan aku Kyu!” desis Yonghoon akibat cengkraman erat Kyuhyun. “Ku bilang lepas! Apa kau tuli?” tenaga yang ia kerahkan rupanya tak cukup untuk lepas dari Kyuhyun. Bahkan tarikan itu semakin kuat saat Kyuhyun membuka pintu mobilnya.

“Masuk!”

Mau tak mau Yonghoon menurutinya. Percuma saja melawan Kyuhyun yang tengah diselimuti hawa iblis. Setelah menutup pintu dengan kasar, Kyuhyun bergegas masuk dari sisi kemudi dan mulai melajukannya.

Bisa dibayangkan betapa tegangnya situasi diantara mereka. Yonghoon yang hanya pasrah ketika laju Kyuhyun makin menggila. Sedangkan lelaki itu tetap tak mempedulikan berbagai umpatan dari para pengguna jalan. Hingga entah apa yang terjadi, Kyuhyun tiba-tiba membanting setir kearah kiri. Mobil itupun kini berhenti.

Hampir lima menit berlalu, namun belum ada tanda-tanda Kyuhyun memulai pertengkaran. Pria itu hanya diam dengan pandangan lurus kedepan. Yonghoon yang tak sabar lagi lantas mengambil alih posisi.

“Itukah caramu bersikap pada mantan kekasih? Pengecut sekali!”

Entah itu umpan yang sengaja ditebar untuk menarik lawan bicara, atau lagi-lagi Yonghoon hanya ingin membuat perkara. Kyuhyun yang berniat menekan rendah emosinya, kini harus berjuang lebih keras lagi.

“Katakan! Mau apa kau menemuinya?”

Sejatinya banyak hal yang ingin ia ketahui. Termasuk bagaimana Yonghoon bisa mengenal Jisun. Seingat Kyuhyun, tak pernah dia mengenalkannya pada siapapun. Namun dalam situasi macam ini, masih patutkah hal itu dipertanyakan?

“Aku? Aku hanya ingin menyapa. Apa itu salah?” Yonghoon menjawab dengan enteng.

“Omong kosong! Ku tegaskan sekali lagi padamu Yong! Aku dan dia tak memiliki hubungan apapun lagi. Itu semua berakhir sejak kuputuskan memilihmu menjadi pendampingku. Jadi jangan sekali-kali kau melibatkannya dalam masalah kita. Terlebih menjadikannya kambing hitam untuk memperlancar aksi penolakanmu.”

Plok…plok….plok…

Tepukan tangan Yonghoon hadir diantara perdebatan mereka. Disusul oleh tawa dengan nada setengah menghina. “Hahaha… Memang apa yang akan ku lakukan Cho Kyuhyun? Kau anggap aku tokoh antagonis dalam dongeng yang menginginkan nyawa kekasihmu? Lucu sekali” Yonghoon berceloteh sesuka hati, tapi Kyuhyun tak kunjung memberi tanggapan. “Tahu apa artinya itu bukan? Kau masih mencintainya Kyu. Jadi berhentilah membohongi diri sendiri!”

“Jangan sok tahu!” sangkal Kyuhyun.

“Masih kurang bukti? Apa perlu ku panggilkan Sekretaris Kim yang tahu seluk-beluk berdirinya toko bunga milik gadismu itu?”

Jangan dikira Yonghoon tak tahu apapun soal itu. Kyuhyun yang diam-diam mencarikan tempat untuk gadisnya membuka usaha. Sengaja menawarkannya dengan harga murah agar Jisun bersedia menempatinya. Hingga menyewa beberapa orang yang diutus untuk menjadi pelanggan tetap toko bunga itu setiap harinya.

Awal mula kecurigaan Yonghoon adalah ketika ia mendapati makam sang ibu selalu penuh dengan bunga-bunga segar setiap hari. Dari situlah Yonghoon mulai mencari tahu siapa dalang dibalik semua ini. Dan tak disangka-sangka, hal itu malah mengantarkannya pada fakta mengejutkan tentang hubungan Kyuhyun dengan gadis bernama Song Jisun itu.

“Aku penasaran bagaimana reaksinya bila dia tahu soal tindakanmu selama ini!”

“Jangan coba-coba mengancamku!”

“Aku takkan senekat ini andai kau mau menuruti keinginanku!”

Tatapan Yonghoon tak kalah tajam. Seolah menegaskan bahwa ancaman itu tak sekedar omongan belaka. Yonghoon mulai lelah dengan situasi ini. Berbagai cara telah ia lakukan demi menggagalkan rencana konyol dari sang tetua. Dan berulang kali pula usahanya selalu gagal. Yang paling gila adalah ketika dia minggat dari rumah. Tapi tetap, hal itu tak mengubah apapun.

“Kenapa kau mati-matian menolak perjodohan ini?”

Helaan napas Yonghoon terasa enggan. “Apa masih kurang jelas? Ribuan kali ku tegaskan padamu, aku tak sudi membangun hubungan atas dasar balas budi. Andai aku tahu akan seperti ini jadinya, kala itu takkan ku biarkan ibu memberikan jantungnya pada kakakmu”

“Song Yonghoon, jaga mulutmu!” Kyuhyun kembali terpancing. Tapi apa yang gadis itu katakan memang sungguh keterlaluan.

“Biarkan saja itu menjadi urusan mereka. Kau tak perlu membalas budi sampai sejauh ini. Mengorbankan diri hingga mau saja dijodohkan, lelaki bodoh macam apa kau ini? Apa kau tak punya kehidupan sendiri? Lagipula aku juga bukan wanita malang yang sulit mendapatkan cinta. Ada banyak pria yang mau denganku, asal kau tahu”

Ia tak pernah bosan meyakinkan Kyuhyun. Seperti kata pepatah, sekeras apapun karang bila diterpa ombak setiap hari, suatu ketika dia pasti akan hancur. Hanya itu satu-satunya penghibur dikala Yonghoon merasa jengah.

“Tapi bukankah kau hanya mencintaiku?”

Yonghoon tertegun. Terlebih saat ditodong oleh sorotan sayu dari kedua manik almond Kyuhyun. Dalam batinnya, Yonghoon mengumpat tanpa kira. Meminta pada hatinya untuk tak goyah hanya karena tatapan Kyuhyun.

“Lantas, apa gunanya bila kau mencintai gadis lain? Memang ku akui diriku makhluk paling egois. Aku bisa memaksa lelaki mana saja untuk menjadi miliku. Tapi kau? Kau adalah sahabatku. Mana mungkin kukorbankan kebahagiaanmu demi kepentinganku sendiri, Cho Kyuhyun! Yang bahkan bukan merupakan jaminan aku akan bahagia saat kau disisiku. Kau pikir mudah hidup dengan lelaki yang menaruh hatinya pada wanita lain?”

Kyuhyun membisu. Tak satupun kalimat yang berhasil dia rangkai demi menyanggah omongan Yonghoon. Semua itu terasa benar. Kalimat Yonghoon berhasil mengetuk pintu hati yang selama ini tertutup rapat oleh rasa hutang budi. Tapi bagaimana dengan Yonghoon, bila nanti ia pergi? Jujur walau terkesan acuh, Kyuhyun sejatinya mampu merasakan betapa tulus cinta yang gadis keras kepala itu berikan untuk dirinya. Berbagai bentuk kepedulian dengan gaya seorang Yonghoon yang jauh dari kesan-kesan manis.

“Jadi bagaimana? Apa kini kau setuju dengan pendapatku? Ayolah Cho Kyuhyun! Mari kita lupakan perjodohan ini! Lupakan soal balas budi. Dan lupakan permintaan ayahku padamu. Aku yang akan bicara perlahan dengannya nanti. Oke?”

 

_o0o_

-At Yong’s Apartement-

Yonghoon menyerah. Sekeras apapun niatan untuk tidur, bila kedua matanya menolak bekerja sama, maka percuma saja. Yang ada hanya gulang-guling kesana-kemari, hingga akhirnya lelah sendiri. Entahlah… Semakin ia tepejam, pikirannya akan semakin melayang-layang. Memang, satu masalah telah teratasi. Tapi justru itu yang mengganjal tidur nyenyaknya malam ini.

Berbekal sekaleng beer, Yonghoon mendudukan diri didepan televisi. Satu-satunya benda yang menjadi pelariannya saat suntuk begini. Namun ketika remote berhasil digenggam, benda lain dalam sakunya mendadak bergetar. Ternyata Lee Hyoshin, -sekretaris sekaligus orang kepercayaannya- yang membuat ponselnya meronta.

“Bagaimana? Dia datang lagi malam ini?”

“Ya, Nona. Tapi bukan hanya itu…” Hyoshin menjeda kalimatnya. Tercium aroma keraguan hingga Yonghoon merasa curiga.

“Dia menemuinya. Itu yang kau maksud, bukan?”

“Ya, Nona”

Benar dugaannya. “Baiklah, tugasmu selesai. Kau boleh pulang”

Helaan nafas terdengar sesaat kemudian. Disusul rasa sesak yang menghantam keras bagian dalam hatinya. Mood yang berantakan kini semakin tak karuan. Mendadak semuanya terasa kelam. Sedangkan otaknya kini seolah kosong. Tak tahu harus melakukan apa hingga membuatnya tenang. Hanya linangan air mata yang perlahan turun membasahi kedua pipinya. Datang sebagai perwakilan atas sesak yang dia rasakan.

Sekali ini saja, biarkan Yonghoon menangis sejadinya. Meski dari luar dia tampak sekokoh batu karang, tapi Yonghoon tetaplah sorang wanita. Yang hanya mengandalkan tangis saat hatinya terluka. Seperti malam ini misalnya. Disaat dia harus merelakan cintanya pergi. Melepas cinta yang menyedihkan agar menggapai kebahagiaan. Meski itu berarti ia menyakiti diri sendiri.

Adalah Cho Kyuhyun. Teman sekaligus pria yang menjadi tambatan hatinya selama hampir sepuluh tahun ini. Yonghoon mengutuk atas kebodohan dirinya yang sekian lama hanya diam tanpa mengungkap perasaan. Barulah ketika Kyuhyun mulai mengenal seorang wanita, Yonghoon akhirnya menyesal.

Itu terjadi sekitar empat tahun yang lalu. Masih basah dalam ingatan Yonghoon ketika seorang Kyuhyun yang enggan beramah-tamah dengan makhluk bernama wanita, tiba-tiba berceloteh tentang seorang gadis di hadapannya. Untuk pertama kalinya ia melihat Kyuhyun tersipu malu berkat ocehannya sendiri. Serta senyum termanis yang belum pernah dia tampakkan bahkan didepan Yonghoon sekalipun. Kyuhyun terlihat begitu bahagia saat itu. Berbanding terbalik dengan Yonghoon, yang akhirnya memilih untuk semakin mengubur dalam perasaannya.

Percaya atau tidak, dulu Kyuhyun sering datang diam-diam ketempat gadis itu kerja. Sebuah toko bunga yang luasnya hanya sepetak kecil, tapi itu memudahkan Kyuhyun yang hanya berani memandangnya dari kejauhan. Kyuhyun yang kala itu masih terlalu pengecut meski hanya datang menyapa. Hingga akhirnya dia mulai memberanikan diri. Dan tak lama kemudian kisah cinta pun dimulai.

Namun disaat yang sama, nasib malang menyapa kehidupan Yonghoon. Ibunya mengalami kecelakaan hebat akibat mobil yang ditumpanginya oleng dan menabrak pagar pembatas. Beruntung ia masih selamat, meski ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan. Ia sempat dirawat dirumah sakit selama beberapa hari, namun entah karena Tuhan begitu menyayanginya. Hingga tak membiarkannya merasakan sakit terlalu lama. Dan sebelum napas terakhirnya, Nyonya Song sempat berpesan kepada Ahra agar ia mau menerima jantungnya. Cho Ahra, adalah kakak kandung Kyuhyun. Anak dari sahabat karibnya –Ha Na-, yang sudah lama menderita gagal jantung.

Sejak saat itulah kisah cinta Kyuhyun mulai diterpa bencana. Hubungan mereka masih baik-baik saja sampai suatu ketika, ayah Yonghoon mengajukan perjodohan atas nama Kyuhyun dan Yonghoon. Dan entah karena merasa berhutang budi atas sang kakak, Kyuhyun akhirnya menerima. Berbeda dengan Yonghoon mati-matian menolak, bahkan hingga sekarang.

Karena apa? Tentunya ia tak ingin membebani Kyuhyun. Menjadi penghambat jalannya cinta Kyuhyun bersama gadis yang bahkan tak kunjung dikenalkan padanya itu. Bodohnya Kyuhyun yang rela saja hidup dalam kesengsaraan cinta, hanya demi perkata balas budi. Yonghoon tak tega melihat Kyuhyun yang kembali pada rutinitas semula. Memandangi gadis yang dicintainya dari balik kaca mobil, di hampir setiap malamnya. Ya, seperti Yonghoon dengar dari laporan Hyoshin tadi.

Satu hal yang paling membuatnya muak adalah ketika si bodoh Kyuhyun mulai bersandiwara dihadapannya. Pria itu bisa saja tersenyum bahkan tertawa, tapi itu semua hanyalah dusta. Seolah ingin menunjukan bahwa dia masih baik-baik saja setelah apa yang terjadi. Tapi mendengar kabar bahwa Kyuhyun mulai menemui gadis itu lagi, membuat Yonghoon sedikit bernapas lega. Paling tidak satu hal yang menjadi beban dihatinya, perlahan mulai menghilang.

 

_o0o_

-At ‘Sun&Flowers’ Store-

“Toko ini sudah tutup, jadi lebih baik kau pergi!”

Sambutan yang masih terbilang ramah bagi seorang macam Kyuhyun. Pria berengsek yang pernah menistakan cinta yang tulus dari gadis bernama Song Jisun. Gadis itu kini menatapnya dingin, jauh berbeda dengan tatapan yang ia terima beberapa jam lalu saat mereka bertemu. Sungguh ia merindukan saat manik bulat itu berbinar kala menyambut kedatangannya. “Mau apa lagi kau kemari, Cho Kyuhyun?” ujarnya ketus.

Kyuhyun menarik napas dalam. Ini ganjaran yang harus dia terima atas pengkhianatan dirinya dulu. “Maafkan aku Ji” adalah satu kalimat yang Kyuhyun harap mampu mengubah suasana hati Jisun. Atau sekedar mengijinkannya masuk dan melakukan sedikit perbincangan dengannya.

“Ribuan kali aku mendengarnya darimu, dulu. Dan itu sudah cukup. Lebih baik cepat katakan motifmu menggagalkan rencana tidur nyenyakku!”

Kyuhyun tersenyum menanggapi tuduhan yang dilayangkan Jisun padanya. Gadis itu masih sama. Dia selalu menggunakan cara yang unik untuk menyampaikan isi hatinya. Walaupun ia lebih sering mempergunakan lidah pedangnya saat mereka bersama. Tapi justru itulah yang menjadi daya tarik tersendiri dimata Kyuhyun, bahkan itu termasuk dalam moment yang selalu ia rindukan. Tapi sialnya, gadis itu selalu saja mengingatkannya pada Yonghoon yang kebetulan memiliki tabiat yang hampir sama.

“Bisa kita bicarakan ini dengan ditemani sesuatu yang hangat? Kau masih menyimpan coklat bubuk siap seduh, bukan?” Kyuhyun tahu betul kebiasaan Jisun. Tak banyak minuman yang dia sukai, paling hanya susu hangat atau seduhan coklat. Berbeda dengan Yonghoon yang hampir meminum segalanya termasuk kopi.

Dinginnya malam dipenghujung musim gugur, memang terasa kian mematikan. Jisun bahkan sampai melihat uap yang keluar dari bibir Kyuhyun tiap kali pria itu bicara. Akan sangat keterlaluan bila dia membiarkannya begitu saja. Jadi untuk secangkir coklat hangat, mungkin itu tak masalah bukan?

 

_o0o_

-At Song Corporation-

“Ayah, aku ingin bicara”

Sambar Yonghoon setelah ketukan ketiga pada ruang Presiden Direktur. Mungkin merasa menyandang status sebagai anak kandung pemilik perusahaan besar ini, jadi dia pikir bebas keluar masuk kesana kemari. Beruntung sang ayah dalam posisi luang. Tidak sedang menerima tamu, kolega, ataupun semacamnya.

“Hai sayang, kebetulan sekali kau datang. Ada yang ingin ku bicarakan mengenai rencana pernikahanmu” Pria setengah abad itu bangkit dari kursi kebesarannya, dengan langkah antusias bermaksud memboyong Yonghoon menuju sofa. Tapi gadis itu menolak.

“Tidak! Kali ini biarkan aku yang bicara!”

Nada yang tegas sontak menghentikan langkah kaki Tuan Song. Ditatapnya wajah sang putri semata wayang yang tengah enggan mencerminkan sisi keramahan. “Jika ini menyangkut penolakanmu lagi, merengek pun aku tetap tak mau dengar!” tandasnya tanpa kompromi. Terlalu hafal dengan tabiat buruk Yonghoon.

“Tapi mau tak mau Ayah harus mendengarkanku. Atau jika tidak, kupastikan ayah menerima surat mengunduran diriku besok pagi”

Terkutuklah seorang Song Yonghoon. Mungkin predikat durhaka sudah lama menancap dikepalanya, mengingat hal semacam ini bukan perkara baru lagi. Berulang kali Yonghoon mengancam dengan hal yang kadang kurang logis demi menggagalkan perjodohan. Namun kali ini, dia mulai menggila. Diancam sedemikian rupa, Tuan Song bisa apa?

“Ada apa lagi, Sayang? Terjadi masalah diantara kalian? Atau Kyuhyun mencoba berkhianat?”

Yonghoon mendesah. Lagi-lagi sang Ayah berusaha memojokkan Kyuhyun. “Tidak ayah! Kurasa ayah cukup tahu siapa yang bermasalah selama ini. Akulah yang tidak mau menikah dengannya. Masing-masing kami memiliki kehidupan sendiri. Tentunya aku berhak menentukan jalan hidupku. Pilihanku sendiri. Begitupun Kyuhyun, Ayah! Jangan hanya karena balas budi, Ayah bisa mengekangnya seperti ini”

Yonghoon mulai berkoar. Menumpahkan semua yang ada dalam otaknya. Dengan harapan besar ayahnya itu mau mengerti.

“Tapi bukankah kau mencintainya? Setelah apa yang ibumu lakukan demi kelangsungan hidup Ahra dan demi kebahagiaan keluarga mereka, aku juga ingin mereka membuatmu bahagia. Jadi itu sudah sepantasnya dia lakukan, Sayang. Bahkan kurasa itu saja belum cukup”

“Terlepas dari itu semua, Ayah tahu seperti apa hubungan ibu dan bibi Hana bukan? Mereka bersahabat bahkan jauh sebelum ibu mengenal ayah. Dan ayah juga tahu bagaimana dulu ibu menyayangi Ahra eonni. Betapa dulu ibu menginginkan seorang putri, diusia pernikahan kalian yang tak kunjung dikaruniai seorang bayi. Ahra eonni lah yang menjadi pelipur hati ibu selagi aku belum hadir di antara kalian. Hingga pada akhirnya ibu pun melahirkanku. Jadi wajar bila ibu merelakan jantungnya untuk gadis yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Apa ayah tidak berpikir demikian?”

“Cukup Yonghoon-ah. Kau tak perlu membahas masalah itu lagi. Akan ku pikirkan masalah ini baik-baik. Jadi sekarang lebih baik kau pergi!”

Kalah telak. Titik lemah seorang Tuan Song memang berada pada punggung sang istri. Terlebih sejak kecelakaan tragis yang menewaskan ibunda Yonghoon dua tahun silam, Tuan Song kini menjadi sangat sensitif.

“Aku mengerti! Tapi kuharap Ayah bisa memutuskannya dengan bijak”

Yonghoon pergi setelah menunduk hormat. Ia sadar betul ayahnya setengah mati menahan emosi. Tampak dari kepalan erat di kedua tangan serta matanya yang menyalang merah. Namun Tuan Song berusaha tak melampiaskannya di depan Yonghoon. Terbukti setelah sepeninggalan gadis itu, barulah terdengar suara gaduh seperti benda yang hancur karena dilempar sekerasnya.

Tak lama kemudian, Sekretaris Lee yang masih setia berjaga diluar ruangan itu mendapat panggilan di ponselnya. “Ye, Sajangnim”

“Yonghoon kembali berulah. Selidiki apa yang terjadi sebenarnya! Kalau memang ada sesuatu yang mengganjal, singkirkan segera!” titah Tuan Song padanya.

“Ne, algaeseumnida”

.

.

.

To be continue…

 

################################

Ps: Maaf atas keikutsertaan Tbc disana. Karena akan sangat membosankan bila diluncurkan dalam sekali tembakan 😛

################################