that fix

“Sadarkah engkau? Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, terkadang tak sesuai dengan apa yang kita rasakan. Namun hati kecil sejatinya suci, ia tak pernah mau berbohong”

 ~o0o~

Song Yonghoon, lengkap dengan earphone bersarang ditelinga. Seperti biasa, sunyi tanpa alunan merdu mengisi ruang sempit dalam tubuhnya itu, namun cukup menangkal suara-suara bising beserta celotehan tentang seorang pria. Tak ingin tahu, atau lebih tepatnya tak mau peduli. Adalah satu-satunya cara agar batinnya tak lagi terluka.

“Sampai kapan kau akan membiarkannya begitu saja?”

Jisun, adalah gadis manis bermarga Song yang hingga kini tak habis pikir dimana letak kewarasan sahabatnya itu berada. Bagaimana bisa Yonghoon membiarkan kekasihnya menggoda wanita lain didepan mata. Ini bukan kali pertama atau kedua, bahkan puluhan gadis terjerat dan masuk dalam rayuan maut prianya. Lalu bagaimana dengan Yonghoon?

Tak pernah lebih dari senyuman getir kala menanggapi cicitan Jisun, sejurus kemudian gadis itu pasti memilih pergi. Meninggalkan pemandangan laknat yang mampu menusuk mata serta batin dalam waktu yang bersamaan.

“Ya!! Apa aku perlu menghajarnya? Atau paling tidak katakan apa yang bisa kulakukan untukmu Hoonie!”

“Gwaenchana… Kau hanya perlu diam tanpa berbuat apapun itu sudah sangat membantu. Aku yakin suatu saat nanti dia akan mengerti Jisun-ah”

Sekali lagi, jawaban paling mengecewakan yang selalu sama. Mungkinkah hatinya terbuat dari bongkahan batu? Bahkan jika dia enggan menegur pria itu paling tidak harusnya dia lari dan menangis sejadinya. Ayolah… Semua orang tahu betapa sakitnya dipermainkan. Tapi entah mengapa Song Yonghoon dengan segala jenis kelihaiannya mampu menyembunyikan rasa sakit dari hadapan semua orang.

~ ~ ~

Kembali pada rutinitas bodoh itu lagi, dimana dia akan datang kemudian berkutat pada peralatan dapur serta berbagai bahan makanan, semua itu ia lakukan dengan suka rela. Begitulah Yonghoon dalam mengisi sore yang senggang sambil menunggu waktu partimenya tiba.

Selesai dengan kesibukannya, Yonghoon melirik sang penujuk waktu. 18:20, namun yang ditunggu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sebelum pukul enam sore biasanya dia akan pulang walau hanya sebentar. Yahh, meski sikapnya pada Yonghoon tak semanis yang dia tunjukkan pada gadis-gadis di luar sana, namun setidaknya pria itu bersedia meluangkan waktu untuk mencicipi olahan Yonghoon.

Mecium aroma tak sedap menguar dari tubuh, Yonghoon rasa dirinya perlu mandi. Tubuhnya terasa lengket karena keringat. Selagi pria itu belum pulang, sebaiknya ia bergegas menyiapkan diri.

~ ~ ~

Belum genap selangkah masuk pada ruang tengah apartemen pribadinya –Cho Kyuhyun- indra penciumannya dipermainkan oleh aroma menggiurkan. Reflek saja kaki jenjang itu mengantarnya pada deretan hidangan tertata di atas meja. Tak perlu lagi menerka, Kyuhyun tentu tahu siapa yang menyiapkan semua ini.

Pastilah itu dia. Si gadis tak tahu diri yang hampir sebulan ini merecoki hidupnya. Gadis yang berusaha mencuri perhatian dengan hal-hal selepe seperti menyiapkan makan malam. Yang Kyuhyun tahu gadis itu adalah tunangannya, atau bahkan calon istrinya.

Menghela napas sebelum memutar pandangan mencari gadis itu. Dan bingo! Kala tubuh mungil dengan butiran air masih menetes dari rambut basahnya itu perlahan mendekat, mata Kyuhyun tak mampu bergerak. Entah dimana letak kesadarannya hingga berkedip pun terasa sulit sekali. Kyuhyun sekuat tenaga menepis gejolak yang memacu jantungnya bergerak tak normal. Aneh… Ada apa dengan tubuhnya? Mengapa dia seperti ini? Ahh… Mungkin karena dia kelelahan. Itu alibinya dalam hati.

“Kau sudah pulang, Kyu?”

Dalam sekejap tampang idiot Kyuhyun berganti dengan raut datar seperti biasa kala gadis dengan wajah berseri-seri itu datang menghampirinya.

“Tidak biasanya kau pulang terlambat, apa terjadi sesuatu?”

“Bukan urusanmu”

Ya, memang begitu. Yonghoon mulai kebal dengan sikap Kyuhyun yang satu ini. Dingin bahkan acuh, seolah menegaskan bahwa keberadaan Yonghoon disisinya sangat tidak ia harapkan. Namun tak peduli dengan semua itu, hingga kinipun Yonghoon masih bertahan bahkan lengkap dengan senyuman.

“Makanlah, aku sudah memasak menu sayuran untukmu” dengan antusias Yonghoon menarik satu kursi untuk Kyuhyun tempati. Tapi apa? Pria itu masih tegak berdiri. “Waeyo?”

“Aku bukan kambing yang memakan rumput hijau” Lihat saat dia mulai merajuk! Yonghoon nyaris tertawa saat Kyuhyun menatap horor pada hidangan yang ia buat. Meski tampang dinginnya tak berkurang sedikitpun, namun dia terlihat manis bukan?

“Ohh iya, kau pasti lupa. Setiap tiga hari dalam seminggu, kau harus makan sayur. Itu kesepakatan yang kita buat dulu, Kyu”

“Lelucon apa lagi yang kau buat sekarang, hah? Kau bertingkah seolah pernah melakukan semua hal bersamaku. Baiklah, mungkin semua orang bilang bahwa kau adalah calon istriku. Tapi mengapa dalam hati aku sangat membencimu?”

“Itu karena kau belum sembuh benar, Kyu. Gwaenchana. Asal kau mau berusaha, semua kenangan kita pasti akan kembali kedalam ingatanmu. Dan hingga saat itu tiba, aku berjanji untuk selalu berada disisimu”

Mungkin bagi Kyuhyun ini sangat tidak masuk akal. Disaat dia tak melupakan satu halpun termasuk kejadian naas yang menimpanya sebulan lalu, tapi mengapa ingatan tentang gadis itu tak tersisa sedikitpun dalam bilik memorinya? Benarkah otaknya yang bermasalah atau ini hanya akal-akalan semua orang saja?

“Ini membuatku gila”

“Kyu, mau kemana? Kau harus makan dan minum obat!”

Teriak sekeras apapun pastilah Kyuhyun tak mau kembali. Dia telah menghilang bersama dentuman pintu. Dan jika sudah seperti ini, Yonghoon bisa apa lagi selain pasrah? Mungkin Tuhan tengah meminjam sosok Kyuhyunnya yang manis dan lembut, hingga saat ini yang tersisa tinggal sisi gelapnya saja.

Hal ini bermula sekitar sebulan yang lalu, saat sebuah kecelakaan tragis menimpa Kyuhyun. Dikala semua orang berpikiran dia takkan selamat, namun tampaknya Tuhan masih memberinya kesempatan kedua meski sempat lima hari koma. Sungguh kejadian tak terduga yang nyaris menggagalkan rencana indah mereka. Dalam tiga bulan kedepan sejatinya pasangan sejoli ini hendak melangsungkan pernikahan. Tapi syukurlah, nyawa Kyuhyun tertolong saja itu sudah termasuk keajaiban.

Sayang, nasib buruk tak cukup sampai disitu. Saat semua orang,-terlebih Yonghoon- bergembira atas sadarnya Kyuhyun. Satu hal aneh tiba-tiba muncul. Kyuhyun tak bisa mengenali gadis itu.

~ ~ ~ ~

Siang itu terasa lengang. Entah kemana perginya semua orang hingga tempat yang biasa dipenuhi kaum-kaum kelaparan itu kini tampak sepi. Bahkan Yonghoon pun kini duduk seorang diri, tanpa adanya si gadis Song lain yang biasa menemani kemanapun ia pergi. Jisun mendadak harus pulang saat sang kakak menelpon karena terjadi masalah dibutiknya. Tapi justru hanya dimoment seperti ini Yonghoon bisa puas menyantap ramyeon pedas tanpa gangguan tangan jahil yang mencuri beberapa helai mie dalam mangkoknya.

Begitulah yang seharusnya terjadi, tapi lihat! Gadis itu kini hanya mengaduk-aduk mie yang mulai mengembang, lengkap dengan tatapan kosong mengarah pada satu titik ambigu. Entah apa yang kini menari-nari diotaknya hingga saat seorang pria datangpun ia belum juga sadar.

Pria itu menarik kursi dihadapan Yonghoon kemudian duduk disana. Merasa tak mendapat respon, ia coba melambaikan tangan kanan di depan mata gadis itu.

“Sunbae?”

“Lihatlah ramyeonmu!”

“Mwo?”

Yonghoon terkejut saat kuah pedas favoritnya telah lenyap berganti dengan mie yang dua kali lebih besar dari ukuran semula. Astaga, memang berapa lama dia mendiamkannya?

“Gwaenchana?”

“Eoh? Ne… Gwaenchana. Kheundae Sunbae, jal jinesseoyo? (apa kabarmu baik?) Aku jarang melihatmu setelah kau mulai magang”

“Kau sendiri? Melihat kondisimu sekarang, rasanya aku yang harus menanyakan hal itu”

“Naega wae? Nan gwaenchanayo”

“Gotjimal” Jelas-jelas ia mendapati Yonghoon tengah melamun. Gadis cantik itu kini tampak rapuh bahkan menyedihkan.

Park Haejin. Selama mengenal Yonghoon sebagai Hoobae di kampusnya, tak pernah sekalipun ia mendapati gadis itu terlihat murung. Meski bukan juga berarti ia gadis yang periang, namun setidaknya Yonghoon selalu tampak manis dengan senyuman tulus dibibirnya. Terlebih saat gadis itu mulai tersenyum dan menyapanya, Haejin seolah melihat sosok lain yang sangat ia kenal, seorang gadis yang dulu pernah berada disisinya. Dari situlah ia mulai tertarik pada seorang Yonghoon.

“Bagaimana kabar Kyuhyun?”

Damn! Yonghoon serasa dilempar lagi pada kenyataan kelam, mengapa Haejin harus bertanya soal Kyuhyun? Gadis itu hanya tersenyum masam sambil mengedikan bahu. Ia sendiri tak yakin dengan keadaan Kyuhyun. Dan juga, akankah pria itu bersedia menerimanya seperti dulu lagi? Melihat Kyuhyun yang begitu membencinya, membuat ketakutan akan kemungkinan terburuk hubungan mereka kini mulai menghantuinya.

“Mianhae” lagi-lagi suara Haejin datang dan menarik Yonghoon keluar dari lamunan.

“Maaf untuk apa?”

“Maaf. Mungkin jika saat itu aku tak memintamu menemaniku, Kyuhyun tak akan semarah itu. Dan mungkin kecelakaan naas yang menimpanya takkan pernah terjadi”

“Sunbae, kau bicara apa? Semua ini terjadi bukan karenamu. Jadi jangan menyalahkan diri sendiri”

Namun jujur, dalam hati Yonghoon tak sepenuhnya menyangkal pernyataan Haejin. Andai kala itu mereka tak saling bertemu dan pergi bersama. Andai saja dulu dia menolak permintaannya. Mungkin Kyuhyun takkan memergoki mereka dan membuatnya salah paham.

Yonghoon ingat betul saat Kyuhyun tiba-tiba datang dan menariknya keluar dari rengkuhan Haejin. Betapa marahnya Kyuhyun saat memukul pria itu habis-habisan dan menyeret Yonghoon pulang. Mereka sempat bertengkar hebat sebelum Kyuhyun memilih pergi bersama motor besar yang mengantarkannya pada nasib malang itu. Mungkin karena itulah kini Kyuhyun membencinya. Meski ingatannya hilang, namun kemarahan itu masih terpendam dan kini menjelma menjadi benci.

~ ~ ~ ~

“Oppa, sudah seminggu kita tidak kumpul bersama. Bagaimana kalau malam ini kita semua pergi ke club”

Tawaran yang datang dari seorang wanita bertubuh bak biola kepada Kyuhyun beserta yang mengelilinginya. Tentu semua sangat antusias. Kapan lagi mereka bisa clubbing bersama pria setampan Kyuhyun.  Terlebih saat kata “Setuju” keluar dari bibir tebal itu, semua bersorak gembira.

“Kyuhyun-ah…”

Lucunya, dalam sekejap sorak sorai itupun lenyap. Berganti dengan suasana canggung saat Yonghoon tiba-tiba datang menghampiri Kyuhyun. Yah, sedikit banyak mereka tahu siapa gadis itu meski Kyuhyun belum juga mengakuinya. Sedangkan pria itu kini malah terkesan acuh.

“Wae?”

“Narang yaegi jum haja!” (bicara denganku sebentar!)

Kyuhyun memutar mata malas saat gadis itu berlalu tanpa menunggu protes darinya. Meski hati mendengus sebal, namun entah mengapa tubuhnya bergerak sendiri mengikuti Yonghoon. Hingga mendadak gadis itu berhenti pada sebuah taman, Kyuhyun yang tak focus nyaris menabrak tubuh mungil itu. Alih-alih berteriak seperti biasa saat ia kesal, tapi kini Kyuhyun memilih mundur beberapa langkah sembari menunggu Yonghoon bersuara.

“Kyuhyun-ah, bisakah kau hentikan semua ini?” masih tak bergerak sedikitpun dari posisinya. Bahkan dia enggan menatap Kyuhyun.

“Apa maksudmu?”

“Berhenti menyakitiku dengan mengumbar kemesraan bersama gadis lain!”

Eoh? Ternyata tingkat kesabaran seorang Yonghoon juga memiliki batas tertentu. Emosinya meledak bersama lelehan air mata yang berusaha ia bendung sejak awal.

“Apa kau sengaja melakukan itu agar aku menjauh darimu? Katakan alasanmu Kyuhyun-ah!”

Cho Kyuhyun, untuk sesaat ia merasa menjadi pria berengsek didunia. Melihat gadis itu menangis karenanya seolah batinnya ikut terluka. Dan lagi, tentang alasan mengapa ia melakukan hal itu, Kyuhyun sendiripun tidak yakin. Benarkah ia ingin menyakiti Yonghoon? Bahkan alasan mengapa dia sangat membenci gadis itu, Kyuhyunpun belum bisa menemukan titik terang. Namun melihat Yonghoon duduk bersama pria lain di kantin kampus, cukup membuat moodnya hancur berantakan.

“Sebenci itukah dirimu padaku?”

Andai saja batin bisa bicara atau berteriak sesukanya, mungkin sebuah kata “tidak” kini tengah mengalun indah di telinga Yonghoon, namun sayang disini bibir Kyuhyun lah yang memegang kendali.

“Wae? Apa hanya kau yang bisa melakukannya? Bermesraan dengan pria lain, atau bahkan berduaan di kantin yang sepi. Apa hanya kau boleh melakukannya?”

“Apa maksudmu Kyu?”

“Haejin sunbae. Aku melihat kalian berdua disana”

“Itu… Itu tidak seperti yang…”

“Heol! Dimana Song Yonghoon yang selalu bangga menganggap dirinya seorang calon istri Cho Kyuhyun? Ternyata beginilah kelakuanmu di belakangku, hah? Menggelikan sekali.”

Untuk alasan yang kurang jelas, Kyuhyun merasa emosinya terpancing. Dan ia semakin tak bisa menghentikannya saat bayangan Yonghoon bersama pria itu melintas kembali dalam ingatannya. Ohh persetan, Kyuhyun hanya ingin marah sekarang.

“Mulai kini jangan pernah campuri urusanku lagi! Aku paling benci dengan orang asing yang mengganggu kehidupanku” kata Kyuhyun sebelum pergi.

Orang asing? Asal tahu saja, Yonghoon lebih rela dibuang ke neraka ketimbang Kyuhyun menganggapnya seperti itu. Baiklah… Mungkin ingatannya memang belum pulih, tapi haruskah ia menyakiti Yonghoon sampai sejauh ini?

~ ~ ~ ~

Selesai dengan perdebatan yang membakar habis jenggotnya, Kyuhyun menaiki satu-persatu anak tangga menuju kelas. Tapi disitulah ia merasakan hal aneh mengganjal disatu sudut hatinya. Terlebih saat ia berbalik dan mendapati gadis itu masih berdiri disana, menunduk dengan punggung sempit yang mulai bergetar. Mengapa hati Kyuhyun seolah dihujam ribuan belati? Semakin ia membenci gadis itu serasa Kyuhyun berbalik membenci dirinya sendiri. Ada apa ini? Siapa gadis itu sebenarnya?

Kyuhyun yang tak kunjung menuai jawaban berniat mengabaikannya. Ia mulai melangkah lagi saat seseorang entah sejak kapan sudah berdiri beberapa tingkat diatasnya. Memandang Kyuhyun dengan tatapan dingin namun setajam mata elang.

“Teruslah bersikap seperti itu, Cho Kyuhyun! Maka akan lebih mudah aku mendapatkannya”

Park Haejin. Sejatinya Kyuhyun masih tak mengerti dengan apa yang pria itu bicarakan. Hingga saat ia menemukan kemana titik focus mata elang itu bergeser. Jelas-jelas itu mengarah pada tempat dimana Yonghoon berada sekarang.

“Berengsek!”

Bukkk…

Haejin meringis saat punggungnya beradu dengan kerasnya tembok bangunan berkat dorongan kuat Kyuhyun. Baru dia akan bangkit namun tangan kekar itu kembali meraih kerah bajunya hingga ia kembali terpojok. Detik selanjutnya kilatan mata mereka bertemu, saling menodongkan tatapan tajam yang seakan mampu membunuh dalam satu tebasan.

Tapi mengapa? Tak sepenggalpun kata keluar dari bibir Kyuhyun untuk sekedar membalas ungkapan sialan pria dihadapannya itu. Jalan otaknya serasa buntu. Bahkan tak tahu mengapa ia harus bertindak sejauh ini.

“Wae? Mengapa kau marah? Bukankah kau membencinya?”

Sial. Pertanyaan itu pula yang kini bersarang di benak Kyuhyun dan nyaris membuatnya gila. Mengapa Haejin bisa membacanya dengan jelas? Apa itu semua tertulis di dahi lebarnya? Ayolah, Kyuhyun butuh seseorang yang bisa memberinya jawaban.

Jangan katakan soal cinta!!

Kyuhyun bahkan tak yakin siapa gadis itu sebenarnya, bagaimana mungkin ia menyukai atau bahkan mencintainya? Ohh entahlah…

“Ambil saja! Lakukan sesukamu! Aku sama sekali tak peduli padanya”

Baru setelah itu Haejin bisa bernapas lega. Kyuhyun melepas cengkramannya dan pergi begitu saja. Meninggalkan pria yang kini tersenyum puas tanpa sepengetahuannya.

~ ~ ~ ~

Tepat pukul 05.00 sore, Kyuhyun pulang dengan tubuh lunglai layaknya baru selesai dengan satu lep marathon. Ia membuang tasnya asal kemudian berbaring pada sofa yang hanya mampu menopang sebagian dari panjang tubuhya.

Sedikit terusik oleh teriakan cacing yang meronta didalam perutnya, tapi Kyuhyun yang terlalu malas keluar mencari makan lebih memilih tidur tanpa berniat mempedulikannya. Toh, saat ia terbangun nanti, hidangan-hidangan lezat pasti sudah siap tersaji dan menunggu untuk ia santap. Tentu semua itu berkat seseorang yang dengan bodohnya rela melakukannya. Jadi mengapa ia harus repot-repot keluar demi mendapatkan beberapa porsi makanan? Pikir Kyuhyun sebelum ia terlelap dan mulai berpetualang di alam mimpi yang indah.

~ ~ ~ ~

“Hari ini cukup sekian. Jangan lupa dengan tugas yang Ibu berikan!”

Seperti biasa, begitulah cara dia mengakhiri kelas tambahannya. Yonghoon kembali merapikan buku yang berserakan diatas meja, sembari menunggu satu-persatu muridnya keluar dari kelas. Ya, Yonghoon memang menghabiskan sebagian waktunya dengan menjadi tentor di sebuah tempat kursus Matematika. Kerja partime itu ia lalukan demi menyambung nyawa agar bisa bertahan hidup di kota yang sangat padat ini.

“Guru Song, seseorang sudah menunggumu diluar” kata guru lain yang tiba-tiba mengetuk pintu ruang kelasnya.

“Siapa Minjun-ssi?”

“Aku tidak tahu, yang jelas dia pria yang tampan” ungkap wanita bertubuh gempal itu dengan niatan sedikit menggoda Yonghoon.

Pria tampan? Hmm… Gadis itu tersenyum. Bagi Yonghoon, tentu tak seorangpun yang lebih tampan dari Kyuhyunnya. Dia adalah pria paling menawan di dunia. Entah mungkin karena ia telah dibutakan oleh pesona pria bermanik tajam serta indah itu atau apa, yang jelas dia sangat menyukainya.

“Sunbae?”

Siapa lagi? Jangan pernah berharap Kyuhyunlah yang akan datang. Mengingat kondisinya sekarang, mana mungkin dia kemari? Tunggu sampai Tuhan menjentikan jari hingga menciptakan sebuah keajaiban, mungkin hal itu baru akan terjadi.

“Naiklah!”

Bak seorang putri, baru keluar saja Yonghoon sudah disambut seorang pria tampan lengkap dengan mobil mulus sebagai tumpangannya. Tentu saja hal itu membuat rekan-rekan Yonghoon merasa iri. Bahkan semakin berliur saat pria tampan yang mereka maksud adalah Haejin itu turun dan membuka sisi lain dari pintu mobilnya, berniat mempersilahkan Yonghoon masuk.

“Kita mau kemana, Sunbae?” tanya Yonghoon.

“Sudah ikut saja. Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu”

~ ~ ~ ~

Bukkk…

“Aaahhk…”

Rasakan! Siapa suruh menggeliat seenak jidat. Apa dia pikir sofa itu cukup pintar mengikuti gaya tidurnya yang liar? Bahkan untuk menopang kakinya yang panjang saja tidak mampu. Cho Kyuhyun, ia harus rela dahi indahnya membentur lantai. Baru setelah sadar kini ia sedang tak berada di ranjang kesayangannya, pria itu mengehentikan umpatan kecil dalam hati dan diam merasakan linu disekujur tubuh.

“Sudah malam rupanya”

Tentu saja! Bahkan nyaris empat kali jarum panjang pada jam dinding itu berputar pada porosnya, terhitung dari ia mulai memejamkan mata. Kyuhyun yang masih setengah nyawapun bangkit dari lantai kemudian duduk bersandar pada sofa itu lagi. Daebak! Sebenarnya tadi itu dia tidur atau melakukan ritual hibernasi? Tapi yang membuat Kyuhyun heran adalah nyanyian yang masih saja mengalun merdu dari perutnya yang kosong. Ia semakin sebal saat suara itu kian mengeras dan terdengar  menggelikan.

“Arraseo! Ayo kita makan” ajaknya pada cacing-cacing kelaparan yang mungkin nyaris pingsan karena lelah meronta.

Kyuhyun berjalan menghampiri meja makannya didapur sambil menerka, kali ini menu apa yang coba gadis itu hidangkan untuk dirinya? Oh ya… Bicara soal Yonghoon, mengapa gadis itu tak membangunkannya tadi? Tapi… siapa peduli? Kyuhyun yang tak mau ambil pusing, lebih tertarik menyingkirkan tudung saji diatas meja dan melihat apa yang ada didalamnya.

Detik itu pula ia melongo. Meja kaca itu kosong, bersih, bahkan mengkilat hingga Kyuhyun bisa menangkap bayangan dirinya disana. Ommo… jadi gadis itu tidak datang hari ini? Kenapa?

Oke, Kyuhyun tidak bermaksud melupakan perseteruan mereka tadi siang. Tapi biasanya sehebat apapun mereka bertengkar, sore harinya gadis itu tetap akan datang membawa senyuman. Namun kali ini?

Ayolah… sekeras apapun benteng pertahanan yang coba ia buat demi menangkal sikap Kyuhyun yang menyebalkan, jika setiap saat digerus juga pada akhirnya pasti akan runtuh, bukan? Mungkin itulah yang dirasakan Yonghoon saat ini. Kyuhyun mulai berpikir, apa perkataannya tadi memang sangat keterlaluan? Tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah terlanjur emosi.

“Tidak! Dia tidak mungkin menyerah begitu saja” tegasnya dalam hati. Yahh, mengingat dulu ia pernah mencari gara-gara bahkan lebih parah dari ini pun tak membuat gadis itu merasa jera. Tapi mengapa sekarang…

“Apa mungkin terjadi sesuatu? Atau…”

Bagus! Pikiran Kyuhyun kini semakin kacau. Apalagi saat pernyataan sialan dari pria bernama Haejin itu kembali menertawakan dirinya, detik kemudian ia terlihat menyambar mantel tebal di punggung sofa dan pergi entah kemana.

~ ~ ~ ~

“Terima kasih sudah mengantarku pulang, Sunbae”

“Eumm. Masuk dan istirahatlah”

Yonghoon beranjak keluar dari mobil Haejin setelah mengucapkan salam perpisahan. Ini hampir lewat tengah malam, suasana sekitarpun sudah sangat sepi. Maklum, Yonghoon memang tinggal sedikit jauh dari pusat kota. Tapi untung rumah susun tempatnya singgah terletak tepat di tepi jalan. Bahkan dari sini bisa terlihat ruangan kecil di atap bagungan empat lantai yang menjadi tempat persinggahan Yonghoon. Sebuah rumah atap yang mungil, tapi ia nyaman tinggal disana.

“Yonghoon-ah”

Gadis itu berbalik dan mendapati Haejin berjalan menghampirinya. “Waeyo Sunbae? Kenapa kau belum pulang?”

“Aku hanya ingin memastikan. Yonghoon-ah, tolong pertimbangkan permintaanku tadi, eoh?”

“Tapi Sunbae, aku…”

“Pikirkan baik-baik! Aku masih bisa menunggu. Arraseo?”

Setelah beberapa detik berselang, walau menyisakan keraguan dilubuk hati yang terdalam, Yonghoon memberanikan diri mengangguk pelan. Dan tindakannya itu sukses menarik sudut bibir Haejin terangkat hingga membentuk lengkungan manis yang menjadikannya semakin tampan.

“Hahh…Syukurlah” ungkapnya pada langit hitam bertabur bintang yang turut menyaksikan tingkah laku kedua insan itu. Sungguh malam yang indah. Nampaknya Tuhan sengaja mencipkatan moment yang pas untuk mereka berdua.

“Kalau begitu, aku masuk dulu Sunbae”

“Yonghoon-ah!”

Grepp…

Ya Tuhan, entah dari mana ide gila itu berasal, Haejin tiba-tiba menarik Yonghoon masuk kedalam rengkuhan kedua lengannya. Memenjarakan tubuh mungil yang kini membeku dalam dekapan hangat yang begitu erat. Yonghoon sendiri tak mengerti mengapa Haejin tiba-tiba bertindak seperti ini.

“Sunbae…”

“Tunggu sebentar! Sebentar saja, kumohon” Cegahnya saat Yonghoon mulai meronta. Dibalik pungguh sempit Yonghoon, pandangan Haejin kini mengarah tepat pada ujung bagunan itu. Di rumah atap Yonghoon, tepat dimana seseorang tengah berdiri tegak, lengkap dengan tatapan membunuhnya pada mereka.

~ ~ ~ ~

Benar! Dia adalah Cho Kyuhyun. Pria yang kini dibuat mematung oleh pemandangan laknat itu tepat di depan mata. Sial, ternyata pria berengsek itu tak main-main. Dia sungguh ingin merampas gadis bodoh itu dari genggamannya?

Baiklah, semula Kyuhyun memang tak keberatan. Tapi apakah itu benar? Bahkan hanya melihat mereka berpelukan saja darahnya seakan mendidih. Bagaimana nanti jika mereka benar-benar bersama? Akankah dia masih merelakannya? Yang benar saja!

Kyuhyun yang masih mengepal erat, beserta rahang yang sekeras batu karang, berniat menuruni tangga untuk menghampiri mereka berdua. Namun baru selangkah ia beranjak, tiba-tiba ia merasakan sakit itu menyerang kepalanya. Seolah bebatuan besar berhambur menghantam dirinya, bersama dengan klebatan bayangan suram muncul seketika di dalam benaknya.

“Aaahhk…”

Kyuhyun semakin tersiksa saat bayangan kejadian naas yang menimpa dirinya kembali terngiang, layaknya roll film yang berputar dengan sendirinya. Memunculkan lagi potongan-potongan adegan yang selama ini sempat menghilang dari ingatan, termasuk satu kejadian tak mengenakan dimana sepasang pria dan wanita tengah berpelukan mesra, kemudian ia hadir disana dan mengacaukan segalanya. Itu nyaris sama dengan apa yang ia lihat tadi.

Tubuh tegap itu kini mulai oleng, kaki jenjangnya tak mampu lagi memegang keseimbangan. Rasa sakit yang kian menyiksa, membuat Kyuhyun tak mampu lagi bertahan. Ia jatuh tak berdaya, tergeletak pada dinginnya lantai, dengan mata yang terpejam tanpa menyisakan sedikitpun kesadaran.

 

To be continue… 😀

 

Bagaimana? Penasaran? Perlu dilanjut? Atau kkeut, sampai disini saja? Aku tahu cerita ini terlalu biasa. Krisan juseyo… #bow